Jakarta - Mantan Menteri Hukum dan HAM yang juga pakar Hukum Tata Negara, Yusril Izha Mahendra, mengaku menolak diajukan menjadi Kuasa Hukum pasangan capres nomor urut satu, Prabowo-Hatta, dalam sengketa hasil Pilpres 2014 ke Mahkamah Konstitusi (MK). Yusril beralasan sengketa Pilpres ini berbeda bila dibanding sengketa di Pilkada, sehingga dirinya mengaku sulit membeberkan bukti kecurangan yang diduga dilakukan oleh pasangan capres nomor urut dua, Jokowi-JK.

"Kalaupun saya menyadari ada kecurangan,  akan tetapi pembuktiannya sangat sulit. Berbeda dengan pilkada, lebih mudah pembuktiannya. Makanya, saya tidak mau menangani perkara (sengketa pilpres) itu kemarin," kata Yusril saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Banten, Jumat (1/8) dini hari.

Menyikapi adanya klaim dari kubu Prabowo-Hatta yang menilai telah terjadi penggelembungan suara atau penyimpangan yang dilakukan kubu Jokowi-JK lebih dari 8 juta suara, Yusril meminta pasangan yang diusung Koalisi Merah-Putih itu untuk membuktikan klaim penyimpangan tersebut.

"Kalaupun ada klaim penyimpangan dalam pilpres, harusnya kubu Prabowo-Hatta membuktikan klaimnya itu. Dan saya melihat itu sulit dibuktikan. Makanya saya di sini bersikap netral. Kalaupun salah satu pasangan bertanya tentang masalah ini saya akan jawab, tapi dalam kapasitas saya sebagai pengamat, bukan terlibat di dalamnya," tegas Yusril.

Yusril sendiri berharap apapun nantinya keputusan MK terkait sengketa pilpres, kedua belah pihak dapat bersikap legowo, meskipun terkadang hasilnya tidak sesuai dengan harapan.

"Saya sendiri berharap, apapun nantinya keputusan MK, kedua belah pihak bersikap legowo, karena ini demi kemajuan bangsa. Dan apapun nantinya keputusan MK, tanggal 20 Oktober mendatang, harus ada Presiden yang dilantik sebagai presiden terpilih. Bila tidak bisa jadi negara ini terpecah belah dan itu yang tidak kita inginkan. Semoga keputusan MK bisa menyelesaikan semuanya," tutup Yusril.


Sumber ;

http://beritasatu.com/politik/200201-minta-capres-legowo-atas-putusan-mk-yusril-ogah-bela-prabowohatta.html