APA YANG TERJADI DENGAN PILPRES 2014?

SEMINGGU SEBELUM PILPRES 2014 YANG LALU , SEMUA lembaga survey yang selama ini kita anggap Kredibel sudah berkesimpulan Prabowo-hatta memenangkan Pilpres 53 persen melawan Jokowi_JK 46 Persen.

Apa yang diperkirakan seminggu sebelum Pilpres itu kemudian membuat Tim besar Jokowi-JK melakukan sesuatu untuk menghadang kemenangan Prabowo-Hatta. dari level propaganda Jakarta Post, Tempo, sampai provokasi Romo magnis Suseno serta Luhut panjaitan yang menebarkan isu kecurangan dimana-mana.

AKHIRNYA Tim besar Jokowi-Jk dengan dana tak terbatas malakukan operasi terbatas efektif mempengaruhi dua Komisioner KPU Pusat, KPUD jawa tengah, KPUD Jawa barat, KPUD Sumatera Utara dan KPUD Dki jakarta dan KPU Jatim. Tim ini dibantu oleh para ahli IT China dan Indonesia. Strateginya membentuk opini sebesar-besarnya untuk kemenangan Jokowi-JK dengan dibarengi operasi Quick Count dan dan merekayasa sitem tabulasi sehingga Jokowi JK menang dengan kisaran 52 persen.

Sumatera Utara, jawa barat, jawa tengah dan jatim lalu disebutkan sebagai operasi suntikan 4 jt. Disiapkan data entri untuk memasukkan Pemilih fiktif dalam sistem tabulasi sebanyak 4 jt. Rinciannya 2 jt suara akan disuntikkan pada pasangan Jokowi-Jk di jateng, 1 Jt ke Prabowo- hatta di jateng, dan 1 jt ke Jokowi-Jk di sumatera Utara. Dua propinsi ini memang sudah diperkirakan walau tidak disuntik namun mayoritas kabupaten/ kota Jokowi- JK unggul. namun keunggulan suara itu tanpa disuntik akan tetap tak mampu menghadang Prabowo-Jk.

Penyuntukan ke suara jawa tengah tujuannya agar terjadi perbedaan kemenangan menjadi 6,5 jt. jika tidak disuntik maka kemenangan hanya 4,6 jt. Di Sumatera Utara menyelamatkan kekalahan 1,5 jt menjadi menang 600 ribu suara.

taktik ini digunakan untuk melawan kemenangan besar Prabowo-hatta terutama di jawa Barat yang mencapai 67 persen sejumlah 8,5 jt suara.

Quick count Burhanudin Muhtadi dan Syaiful mujani menyesuaikan sampilngnya dengan strategi penyuntikan di jawa tengah dan sumatera utara. Tim jokowi-JK yang didukung hampir mayoritas media berhasil mengoperasikan quick count 52 persen lawan 48 persen dan berhasil menyedot perhatian publik apalagi SRMC dikenal kredibel.

Pada saat bersamaan mereka memanipulasi jumlah data C1 dengan sukses 1 jt dibagi ke beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dan 3 Juta di jawa tengah yang semua kabupaten kota dimenangkan Jokowi-Jk.

Operasi 7 persen di jawa barat dipimpin 5 purnawirawan Jendral dengan cara 7 persen kemenangan diturunkan hingga Prabowo-hatta hanya menang 59 persen. Caranya dengan sebagian suara dihilangkan dan sebagian suara di bagi ke empat kabupaten/kota sehingga di empat tempat itu Jokowi-Jk unggul. target maksimal di sini berhasil, Prabowo-hatta hanya menang 5 jt suara.

Dengan demikian maka di Jawa operasi bersih dan mulus Jokowi-Jk sudah menang di jawa 1,5 jt suara. Sedangkan kekalahan di banten menang tertutup oleh kemenangan di DKI dan Yogyakarta.

Sementara hasil real di luar pulau Sumatera dan yogya yaitu di sulawesi , Nusatengggara, kalimantan, papua, dan maluku tanpa rekayasa Jokowi-Jk sudah unggul 3,5 jt suara.


Secara keseluruhan operasi 4 jt ini sukses menciptakan skor hanya sumatera Prabow0-hatta menang sekitar 1,2 jt suara. di pulau lainnya (tanpa jatim) sudah memenangkan 4,5 jt suara termasuk suara jawa.

Inilah yang kemudian bisa disaksikan melalui berbagai media bahwa dengan menunggu Jawa Timur Jokowi-Jk dipersepsikan menang 5 jt suara.

Dua hari ke depan kampanye besar-besaran melalui rekapitulasi daerah bahwa Jokowi-Jk menang dengan 5 Jt suara. Tim besar Jokowi-JK sudah persiapkan pesta kemenangan yang didapat dengan cara ini.


Pertanyaannya? Apakah Prabowo-hatta terbawa permainan kotor Jokowi ini?....... Kita lihat bersama tanggal 22 juli ini. Siapa yang menang dan siapa yang menangis.