stelingardAvatar border
TS
stelingard
Wawancara BBC dengan Prabowo.. Monggo Disimak
Wawancara BBC dengan Prabowo Mengukuhkan: Ia Seorang Megalomania


Quote:


BBC (British Broadcasting Corporation) menggelar wawancara eksklusif dengan Prabowo Subianto malam tadi (11/7/2014) sekitar pukul 20.30 WIB. Mengenakan batik bermotif parang cokelat, berkacamata, dan berpeci hitam, Prabowo menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter BBC World News Impact, Babita Sharma.

Salah satu pertanyaan paling penting yang diajukan kepada Prabowo adalah apakah ia akan menerima kekalahannya dengan lapang dada jika hitungan resmi KPU menunjukkan lawannya menang. Ia menjawab:

“Ini adalah bagian demokrasi, jika ia dinyatakan menang tentu saya akan menerimanya tapi… Jika KPU sudah memutuskan kehendak rakyat, saya akan menghormati, tapi tidak pernah sekali pun mereka [Joko Widodo] mengatakan hal itu. Yang ada justru pengumuman kalau Prabowo menang berarti dia curang.”

Faktanya, Joko Widodo tak sekalipun pernah mengatakan hal tersebut, bahwa jika Jokowi kalah, berarti dicurangi. Ungkapan tersebut merupakan akumulasi kesadaran kolektif masyarakat yang menginginkan kompetisi berjalan dengan fair.

Publik dengan akal sehat melihat potensi kecurangan besar dalam skala luas, terlebih dengan fakta kedekatan penguasa incumbent (Presiden) kepada koalisi Merah Putih. Tentunya dengan dukungan birokrat dan segenap jajarannya, ini makin memudahkan penguasaan teritori proses penghitungan suara.

Ketika ditanya pendapat mengenai gaya politik Jokowi yang lebih merakyat dibandingkan Prabowo yang konservatif, Prabowo secara spontan menyebut Jokowi sebagai sosok yang artificial, dibuat-buat.

“Lawan saya tidak humble, itu hanya pura-pura. Ia bukan orang yang merakyat, ia mengklaim sebagai orang yang rendah hati tapi saya rasa itu cuma akting…”

Sungguh aneh kalimat tersebut datang dari seorang Prabowo. Menyebut Jokowi hanya akting, padahal Prabowolah yang mengalami perubahan tabiat drastis selama masa kampanye. Mulai dari menyalami Megawati dengan hormat, berjoget di atas mobil usai mengambil nomor urut, atau yang kentara pura-puranya: menghampiri, menyalami, dan cipika-cipiki dengan Jokowi di panggung debat capres kedua. Padahal di luar panggung gestur tubuh Prabowo terlihat jelas menolak ajakan cipika-cipiki Jokowi. Topeng Prabowo sekali lagi kembali terbuka ketika ia ngamuk ke media selepas pencoblosan di kediamannya.


Quote:


Babita Sharma mengelaborasi pertanyaan lebih lanjut: “Apa pesan Anda kepada pendukung Anda karena ada kekhawatiran kekerasan di jalanan jika hasil pilpres tidak memenangkan Anda?”

dijawab oleh Prabowo:

“Tahukah Anda salah satu stasiun TV yang mendukung saya diserang dan satu lembaga survei yang memenangkan saya dilempari bom molotov? Jadi dari mana datangnya kekerasan itu, dari mana datangnya intimidasi itu?”

Prabowo yang dipersepsikan gagah berani ini sedang bermain sebagai korban. Padahal selama ini yang rajin menjungkirbalikkan fakta ya kubu Prabowo sendiri. Mereka melancarkan isu Jokowi keturunan Tionghoa dan beragama Kristen, sementara faktanya ibu kandung Prabowo adalah seorang berdarah Manado-Jerman yang beragama Nasrani.

Keluarga Jokowi juga disebut anti-Islam padahal Prabowo sendiri baru masuk Islam ketika menikahi Titiek Soeharto. Adik Prabowo, Hashim Djohodaikusumo juga seorang Nasrani. Jokowi dituduh sebagai antek asing padahal jelas di video ini Hashim melacurkan dirinya untuk menjadi mitra setia Amerika. Belum lagi kerjasama Hashim dengan Rothschild, dinasti bisnis Yahudi kelas internasional. Semua itu fakta namun tidak dijadikan kubu Jokowi sebagai bahan eksploitasi pemberitaan. Sedangkan fitnah kepada Jokowi adalah jelas dibuat-buat dan dengan mudah dapat dibantah.

Sebelumnya, Prabowo dengan tegas berujar “salah satu stasiun TV yang mendukung saya diserang dan satu lembaga survei yang memenangkan saya dilempari Molotov.” Ini sepertinya tergelincir dari lidah Prabowo. Secara terang benderang ia menyebut ada TV yang mendukung dan lembaga survei yang ‘memenangkannya’.

Pada kenyataannya memang setidaknya ada 4 (empat) TV nasional yang mendukung Prabowo secara membabi buta: TVOne, RCTI, Global TV, dan MNC TV. Yang paling brutal adalah MNC TV yang menerapkan zero publication untuk Jokowi melalui Arya Sinulingga, orang kepercayaan Hary Tanoesoedibjo yang juga pimpinan IRC (Indonesian Research Center) – salah satu dari empat lembaga survei yang merilis quick count keunggulan Prabowo-Hatta. Kebrutalan TV pendukung Prabowo dalam menyiarkan fitnah inilah yang mengakibatkan kesabaran massa menjadi habis sehingga mendatangi biro TVOne di Yogyakarta. Ini merupakan aksi spontan masyarakat, bukan perintah resmi.

Metro TV juga berpihak ke Jokowi, namun dari segi pemberitaan masih menjaga kaidah-kaidah jurnalistik dan metode ilmiah. Bukti nyatanya adalah, Indikator Politik Indonesia yang merupakan lembaga pelaksana resmi quick count di Metro TV dengan santainya telah merilis data quick count secara lengkap dan transparan. Beranikah IRC dkk melakukan hal serupa?

Mengenai bom molotov yang ditujukan kepada kantor JSI (Jaringan Suara Indonesia), ini terkait dengan rencana pimpinan JSI, Widi Aswindi yang sedianya akan merilis data quick count-nya ke publik. Data quick count yang ditayangkan TVOne dan MNC adalah data yang tidak utuh, karena data sampel yang masuk baru di angka 91%. Sejatinya, sisa data 9% yang ‘disimpan’ adalah data Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, di mana Jokowi menang cukup telak. Jadi, bom molotov tersebut merupakan upaya teror kepada Widi yang sampai dengan kini masih ketakutan akan keselamatannya.

Gangguan keamanan serta kegaduhan dalam skala besar memang menghantui apapun hasil pemilu presiden kali ini. Terkait hal ini Prabowo berujar:

“Saya dapat laporan dari pendukung saya bahwa mereka diserang, diintimidasi di banyak wilayah di Indonesia jadi saya sudah sering bilang tetap tenang, rival kita adalah saudara kita, mereka bukan musuh tapi tidak pernah sekali pun rival saya mengatakan hal yang sama”

Lagi-lagi, Prabowo bermain sebagai korban. Seolah-olah rivalnya yang mengumandangkan kekacauan dan kerusuhan massa dalam menyikapi proses pemilu ini. Sebaliknya, secara jelas pihak Prabowo lewat jubirnya, Tantowi Yahya yang menyatakan bahwa warga etnis Tionghoa pada tanggal 8-9 Juli lalu banyak yang pergi ke luar negeri untuk menghindari kerusuhan. Ini adalah statement yang meresahkan dan meneror warga khususnya etnis Tionghoa yang menjadi basis massa pendukung Jokowi-JK.


Quote:


Babita Sharma, presenter berparas jelita berkebangsaan Inggris-India ini beberapa kali terlihat melontarkan pertanyaan tajam, termasuk perihal yang tak pernah usang: keterlibatan Prabowo dalam pelanggaran HAM atas penculikan aktivis pada tahun 1998. Beberapa kali pula Prabowo terlihat emosional dan berusaha keras menyembunyikan amarahnya. Akibatnya ia terlihat makin tak sedap dipandang mata.

Kita patut berterima kasih kepada BBC. Berkat wawancara eksklusifnya dengan Prabowo Subianto, kita dapat melihat dengan gamblang, betapa mengerikannya jika seorang Megalomania (menganggap kemuliaan dan kebesaran yang berlebih-lebihan atas diri sendiri) seperti ini menjadi penguasa republik yang kita cintai ini.
0
8.5K
72
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan