Gubernur terdahulu kau cari kabarnya, kau tanya “dimanakah dia.?”
Sekarang Gubernur-mu di Got, di gorong-gorong, di pembuangan sampah kotoranmu, ke tempat yang dengan segera engkau menutup mulut dan membuang ludah pun enggan, namun itu pun menjadi ke-iri-an bagimu.

Tak mudah tersulut, memilih diam, muka tak semarak, tidak tampan, tidak gagah, tak suka membalas dan teramat sering dia berkata “.. sudahlah nak, biarkan saja mereka, aku gak apa..” sungguh ! kau jadikan dia objek hinaan paling enteng di muka bumi !
Dihina, lalu kau ludahi dengan kata-katamu, Ia masih saja tetap diam dengan tangan dan kaki berlumpur di tengah hujan lebat yang membanting tubuh kerempeng-nya sembari membersihkan kotoran sampahmu.

Untunglah ia tak duduk dibalik kursi mewahnya, Jika begitu, mungkin sampai matahari terbenam kau tak akan berhenti mengoloknya, Seolah kaulah orang paling “Suci” di planet bumi, berkalungkan ribuan kitab suci, seolah suka memilih berdiskusi, padahal cuma arogansi, enggak punya visi .

Jika kau tak suka, ungkapkanlah dengan ramah, jika kau benci tuliskan dengan cinta bagai curahan seorang anak kepada bapaknya. Jika kau terluka, sembuhkan lukamu dan bicaralah dari hati-ke hati.
Jika kau tak juga sembuh dari lukamu, ingatlah bahwa sesungguhnya orang terluka akan melukai. Jangan pernah melemparkan lukamu. Berhentilah, tenangkanlah dirimu, sembuhlah dan mari tertawa membangun negeri.

Pernahkau kau berdoa bagi sosok ini? doa seperti apa yang kau ucapkan ? Yah, dia Sosok yang selalu ada dipikiran seseorang bernama Iriana dan sosok yang sangat disayang Ahok Si pendekar kebenaran dari Pulau Belitung.


Lets Check Our Heart, You And Me,

But Please..Don’t Kill Your Governor,

If He Will Be Our Next President, Let It Be.

Written by: @iin easton