abumusyaffaAvatar border
TS
abumusyaffa
Catatan Anjangsana ke Atap Sumatera (Kerinci 3805 mdpl), 1 - 5 Mei 2014.
“Selalu ada Kemudahan dalam setiap Kesulitan “
Catatan anjangsana ke Puncak Tertinggi di Tanah Sumatera (Kerinci 3805 mdpl).




Puncak-puncak gunung tertinggi di setiap pulau dalam bentangan alam Indonesia Raya memang memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang menggemari kegiatan pendakian gunung, tak terkecuali Gunung Kerinci. Puncak Gunung tertinggi di tanah Sumatera yang berjarak 3.805 m di atas permukaan laut, Tertinggi ke-2 dalam jajaran puncak-puncak gunung di Indonesia setelah Carstenz Pyramid (4.884 mdpl) namun yang tertinggi di antara Gunung berapi di Indonesia.

Kami termasuk diantara mereka yang terpikat dengan pesona Gunung Kerinci. Walaupun masing-masing sudah disibukan dengan beragam aktifitas, tanggung jawab ataupun rutinitas yang cukup menyita waktu, tenaga serta fikiran, kami tetap memendam asa dan selalu melingkarinya dalam agenda rencana kami bahwa suatu saat kaki kami akan bisa menjejak tanah tertinggi di Pulau Sumatera, puncak Gunung Kerinci.. #tsaah.

Akhir tahun 2013 adalah permulaan dari bertemunya rencana indah dengan realitasnya. Sebagaimana akhir tahun-tahun sebelumnya, di kantor saya selalu ada “pembagian jatah” kalender tahun berikutnya. Baik kalender keluaran kantor sendiri dan tentu saja yang lebih banyak lagi adalah kirimin dari para subkontraktor ataupun supplier..hehe. Karena saya berfikir jumlah hari, bulan dan hari libur dalam setiap kalender pasti sama, saya memutuskan mengambil 2 kalender saja, ia yang dari jenis kalender meja serta kalender dinding (kalimat gak penting dan garing banget ya?).

Setelah Kalender diterima, sejurus kemudian saya langsung sibuk dengan aktifitas lingkar-melingkari dengan spidol merah untuk tanggal yang saya berencana menghabiskan 12 hari jatah cuti tahunan dari kantor. Jatah yang harus dibagi-bagi untuk liburan lebaran, liburan akhir tahun, liburan anak sekolah, liburan keluarga serta last but not least.. untuk pendakian gunung yang memerlukan waktu lebih dari 2 hari 1 malam (weekend).
Pastinya sih 12 hari tidak akan cukup jadi ya kudu di-siasati sebijak-mungkin dan enjoy aja.

1 – 5 Mei 2014 adalah waktu yang akhirnya dipilih untuk Mendaki Gunung Kerinci. Selain pertimbangan “Hari kejepit nasional”, banyak kalangan juga menilai Bulan Mei adalah bulan permulaan yang tepat untuk musim pendakian, dan selanjutnya Juni dan Juli.

Jadwal telah ditetapkan, saatnya menebar racun !

Setelah memfiksasi tanggal pelaksanaan, saya pun mulai menebar racun (baca : mengajak) ke rekan-rekan lain untuk bisa ikut barengan mendaki. Postingan ajakan mendaki bareng pun saya upload di berbagai social-media termasuk pastinya Kaskus. Dari postingan-postingan ajakan tersebut akhirnya berhasil “terjaring” 13 orang peserta atau total 14 orang termasuk saya, 14 orang yang warna-warni, dari beragam usia, pekerjaan, lokasi, suku dan warna rambut >.<. Sebagian besar peserta berasal dari sekitaran Jabodetabek, 1 orang dari Jambi dan 1 lagi bergabung dari Padang.

Kami kemudian menyengaja memilih pesawat terbang sebagai moda transportasi karena pertimbangan waktu serta memilih Jambi ketimbang padang sebagai kota transit sebelum menuju Basecamp pendakian di desa kersik tuo, karena ingin bersilaturrahiim dengan paman & bibi saya yang ada di kota Jambi serta agar bisa dibersamai oleh seorang rekan kami di Jambi yang mengatur transportasi serta akomodasi menuju Kerinci, plus alasan utama di balik semua itu.. karena Tiket PP Jakarta-Jambi lebih murah ketimbang Jakarta-Padang emoticon-Stick Out Tongue

1 Mei 2014, Time to Rollin’ !

Waktu menunjukkan pkl 09.00 WIB ketika saya menjejak Bandara Soekarno-Hatta. Sebagian peserta sudah lebih dahulu tiba, bahkan sudah ada yang tiba jam 7an pagi padahal jadwal penerbangan adalah pkl 11.40 WIB lantaran kita sudah disergap isu sejak malamnya bahwa akan ada pemblokiran akses jalan menuju Bandara di tanggal 1 Mei alias Mayday. Dan ternyata HOAX sodara-sodara ! .. Untungya tak ada keterlambatan di penerbangan Citilink yang kami tumpangi, sehingga kami tak perlu lebih lama lagi di bandara Soetta. Sekitar pukul 12an Citilink 9541 yang kami tumpangi landing dengan selamat sentosa di Bandara Jambi.

Dijemput oleh Paman serta Bibi saya di bandara Jambi dengan 3 mobil, rombongan kami yang berjumlah 12 orang lalu meluncur ke kediaman mereka di kota baru, Jambi untuk transit sejenak sampai dengan Maghrib. Setelah santap siang, istirahat, keliling kota jambi sambil belanja-belanji logistik, selepas maghrib kami sudah duduk manis di elf dari PO. Safa Marwa yang kami carter untuk mengantar kami langsung ke basecamp pendakian kerinci di desa kersik tuo. Membelah pekat malam dan jalanan sepi menuju desa kersik tuo lebih banyak didominasi oleh aktifitas tidur.. thanks to 2 butir antimo yg cukup efektif membuat saya lelap emoticon-Big Grindan pkl 07.00 kamipun tiba di Basecamp Pendakian Gn. Kerinci, kediaman keluarga berdarah jawa yang akrab di kalangan pendaki untuk istirahat sebelum dan setelah pendakian ke Gunung Kerinci.

2 Mei 2014, Etape 1 : Pintu Rimba – Shelter 1

Kediaman Ibu Jus alias Basecamp cukup ramai pagi itu oleh para pendaki yang akan mendaki kerinci. Banyak juga yang dari jabodetabek dan sekitarnya seperti kami dan sebagian besar sudah siap memulai trekkingnya ketika kami tiba pagi itu. Agaknya mereka sudah sejak kemarin bermalam di basecamp. Kami memilih istirahat dulu meluruskan kaki yang belasan jam tertekuk di elf, sarapan, bersih-bersih dan re-packing.

Pukul 09.15 WIB waktu Kerinci. Seluruh peserta pendakian berdiri melingkar di halaman basecamp untuk briefing dan dosa bersama. Jelang Pkl 09.30 kamipun menaiki angkot yang sengaja kami carter untuk mengantar hingga jelang Pintu Rimba. sekitar 10 menit perjalanan dengan angkot kamipun berhenti dititik terakhir sebelum berjalan kaki 10 menitan lagi menuju Pintu Rimba.

Selepas beristirahat sejenak dan berfoto-foto di pintu rimba, sekitar 15 menit perjalanan dengan mayoritas trek datar kami tiba di Pos 1, berhenti sejenak dan kembali foto-foto emoticon-Big Grin.

Dari pos 1 menuju pos 2 kami masih disuguhi trek yang masih mayoritas mendatar alias banyak bonus, sesekali menanjak dan sesekali juga harus melewati pohon-pohon tumbang yang melintang di jalur. Setelah 30 menitan berjalan kami sampai juga di pos 2. Seperti aktifitas di Pos 1, di pos 2 kami rehat sejenak, ngemil-ngemil plus foto-foto tentunya.

Menuju pos 3 jalur masih mirip-mirip pos 1 ke pos 2, namun porsi tanjakannya lebih banyak dengan waktu tempuh yang lebih lama. Jelang Dzuhur seluruh rombongan berhasil menjejak Pos 3. Di Pos 3 kami rehat agak lama untuk sholat Dzuhur dan makan siang bekal nasi bungkus yang kami bawa dari basecamp, plus menanti hujan yang turun ketika kami sampai di pos 3 mereda.

Jelang Pukul 13.00 WIB, Seluruh rombongan mulai beringsut dari Pos 3 menuju Shelter 1 dalam dalam kondisi kenyang dan menunaikan sholat dzuhur untuk rekan2 yang Muslim. Hujan tinggal menyisakan rintiknya saja namun dari ‘gelagat’-nya porsi derasnya belum lagi turun mengingat mendung masih menggantung.

Dan benar.. belum lama berjalan lepas dari Pos 3 hujan kembali mengguyur dan seperti dugaan kami..lebih deras !. Perjalanan menuju shelter 1 pun harus ditempuh dengan perlengkapan ‘anti hujan’ .. raincoat, ponco, payung dll. Menuju shelter 1 trek tanjakan mulai lebih sering dan menguras tenaga, ditambah tanah yang licin akibat hujan sukses membuat kami cukup kepayahan selama di jalur. Jelang pukul 3 sore kami tiba di Shelter 1, dengan hujan yang masih setia menemani walau rintik tapi awet.

Kami memilih melanjut ke Shelter 2 sebagai destinasi kami bermalam dalam tenda ketimbang membuka tenda di shelter 1 walau konskwensinya kami nantinya harus berjalan dalam gelap malam sebelum sampai di shelter 2.

Spoiler for Jelang Pintu Rimba:

Spoiler for Effect Tongsis:

Spoiler for Masih ceria dan seger:


Menuju Shelter 2, Ujian Keteguhan

Tabiat asli trek pendakian gunung Kerinci dimulai selepas shelter1 “ ujar seorang rekan mengingatkan kami beberapa pekan sebelum pendakian. Dan apa yang kemudian kami hadapi sepanjang jalur menuju Shelter 2 seperti menegaskan statement tersebut. Dengan rintik hujan yang masih terus setia menemani, kami disuguhi trek pendakian yang minim bonus jalur mendatar dengan terkadang harus melewati tanjakan dengan keterjalan sekitar 60 derajat yang memaksa kami sedikit merayap.

Panjangnya jalur dengan suguhan tanjakan terjal serta licin dan berlumpurnya tanah pijakan membuat rombongan mulai terpecah-pecah ke dalam beberapa kelompok. Dinginpun mulai lebih menusuk hingga ke dalam tulang, membuat kami harus memaksa untuk tetap bergerak walau perlahan untuk menjaga tubuh tetap hangat ketimbang berdiam lama yang cepat membuat tubuh lebih didera kedingingan.

Seperti yang telah kami perkirakan sesampainya di Shelter 1, kami harus melupakan idealita itinerary yang telah disusun bahwa kami semua akan tiba di Shelter 2 untuk membuka tenda sebelum gelap atau maghrib. Setelah berpayah-payah dalam jalur Shelter 1 menuju Shelter 2 akhirnya keseluruhan rombongan sukses menjejak Shelter 2 sekitar pkl 19.30 WIB dan sempat berpapasan dengan rombongan 53 orang pendaki dari Malaysia yang memutuskan turun malam itu kembali ke desa kersik tuo.

Aktifitas Camp Area pun mulai digelar sesampainya kami di Shelter 2. Pasang tenda, ganti pakaian, Sholat lalu masak-masakan. Setelah kenyang santap malam, chit-chat sebentar kamipun langsung terlelap di tenda masing-masing mengingat kami hanya punya waktu tidur yang cukup singkat dan harus bangun sebelum pkl 02.00 WIB untuk “Summit Attack”.

3 Mei 2014, Jalan Terjal Menuju Atap Pulau Sumatera

30 menit sebelum pkl 02.00 WIB saya mulai terbangun. Melihat keluar tenda, rintik hujan sudah tak lagi menemani. Alhamdulillah cerah, guman saya lirih sambil mulai membangunkan Yuda rekan satu tenda. Kami berdua kemudian mulai memasak air di vestibul tenda untuk menyeduh kopi dan teh hangat. “kehidupan” di beberapa tenda juga mulai menggeliat tanda kalau mereka juga tengah bersiap untuk summit attack walau suara dengkuran juga masih terdengar memenuhi alam raya emoticon-Big Grin.

15 menit sebelum pkl 02.00 WIB, saya baru benar-benar keluar tenda, lengkap dengan segala peralatan, memakai sepatu dan mulai “gedor-gedor” tenda sebelah mengingatkan rekan-rekan untuk segera bersiap.

Jelang Pkl 02.30 WIB, dengan di awali sedikit briefing dan tentu saja do’a bersama, rombongan mulai beranjak menuju Shelter 3 untuk seterusnya menuju Puncak Gunung Kerinci. Dinihari itu tak semua dari ke-14 peserta rombongan memutuskan ikut serta dalam kafilah Summit Attack. Keseluruh 4 orang srikandi dalam rombongan memutuskan tidak ikut muncak, serta 3 orang pria. 1 orang srikandi belakangan kemudian menyusul bersama 2 orang pria yang memang sudah mengkonfirmasi akan menyusul ke puncak.

Benar seperti yang disampaikan banyak rekan di Catatan Perjalanannya, dari tingkat kesulitan jalur maka etape Shelter 2 ke Shelter 3 ditahbiskan sebagai yang terberat. Dari tanjakannya yang sangat terjal, minimnya pijakan yang aman di beberapa lokasi serta cerukan-cerukan jalur air yang dalam & sempit membuat pilihan kami untuk ngecamp di shelter 2 terasa sangat pas. Kami bersyukur dinihari itu cuaca cerah, entah seperti apa tingkat kesulitannya bila kami harus melewati jalur tersebut dalam kondisi hujan dan apalagi bila harus sambil menggendong keril.

Satu setengah jam lebih melewati jalur sulit dari shelter 2 menuju shelter 3 kami akhirnya tiba di shelter 3, yang merupakan batas vegetasi. Shelter 3 adalah camp area yang sangat terbuka dimana setiap pendaki yang memilih bermalam disini harus bersiap dengan terpaan angin dingin yang bisa sangat kencang sewaktu-waktu. Cukup banyak tenda pendaki yang berdiri di shelter 3 dinihari itu.

Di shelter 3 kami beristirahat agak lama sambil menanti masuknya waktu Sholat Subuh. Lepas sholat subuh, sekitar pkl 05.00 WIB kami bersiap untuk mulai mendaki trek terbuka menuju puncak yang didominasi batuan dan pasir. “ Mirip-mirip trek menuju Puncak Slamet ”, ujar seorang rekan.

Langkah demi langkah kami ayunkan, menyusuri trek berbatu serta pasir yang terkadang kerikil yang kita pijak menggelincirkan bila kita tidak hati-hati. Saya sendiri sempat tergelincir di jalur pasir berkerikil dan merosot hampir 1 meter ke bawah. Trekking pole yang sangat berguna di sepanjang jalur khususnya jalur shelter 1 hingga shelter 3, kembali sangat terasa manfaatnya untuk membantu menopang tubuh dari shelter 3 menuju puncak.

Sunrise kami abadikan di pertengahan jalur dari Shelter 3 menuju Tugu Yuda. Ketika hari semakin terang, semua pendaki yang ada jalur ketika itu dibuat takjub bin terkesima dengan hadirnya pelangi yang sempurna menghiasi langit kerinci pagi itu. Alhamdulillah, “Rejeki anak soleh..” , seloroh seorang peserta rombongan.

Jelang pkl 06.30 kami menjejak Tugu Yudha. Rehat sejenak, bersantap cemilan sambil menatap puncak kerinci yang sudah jelas terpampang di depan mata dengan kemiringan trek berbatu yang lumayan. “45 menitan lagi dah.... “, celetuk seorang rekan menyemangati.

Waktu menunjukkan jelang pkl 07.30 WIB ketika kami akhirnya berhasil menjejak tanah tertinggi di Pulau Sumatera. Lantunan kesyukuran langsung berkumandang seraya sujud di tanah berbatu puncak kerinci. Cuaca cerah yang mengiringi sejak beringsut dari shelter 2 tetap setia menemani hingga kaki-kaki kami menjejak Puncak Kerinci, 3.805 mdpl. Alhamdulillah.

Spoiler for Semburat Mentari di Lereng Kerinci:

Spoiler for Habis Hujan Terbitlah Pelangi:

Spoiler for Puncak so dekat:

Spoiler for Stand On Highest Volcano in Indonesia:

Diubah oleh abumusyaffa 25-06-2014 01:09
0
5.3K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan