Quote:
Siapa sangka Monumen Nasional atau yang biasa kita kenal dengan Monas dulunya pernah dipakai sebagai tempat eksekusi mati tahanan Belanda. Monas yang berada di jantung kota Batavia ini lantas terus berevolusi hingga menjadi icon Indonesia.
Dalam buku karangan Adolf Heuken SJ yang berjudul 'Historical Sites of Jakarta' disebutkan Monas pada dulu kala adalah sebuah lapangan. Dalam buku itu disebutkan, Gubernur Daendels menamai lokasi Monas sebagai 'Champ de Mars' alias tempat latihan militer di era 1800-an. Pada masa itu juga Deandels sempat memerintahkan eksekusi mati pada Kolonel F.Filz yang dianggapnya menyerah terlalu mudah pada Inggris saat memperebutkan benteng di Ambon pada tahun 1810.
Setelah itu, kawasan Monas yang dulunya bernama lapangan Koningsplein terus berevolusi. Dikutip dari National Geographic, pemerintah Belanda kala itu membangun hotel dan pacuan kuda Lapangan Koningsplein. Hal itu perlu dilakukan karena Koningsplein memiliki arti King Square atau alun-alun raja.
Fasilitas lain di Koningsplein termasuk pacuan kuda dibangun 1840-an dan pada 1850-an dibangunlah hotel, taman hiburan. Tidak salah jika kemudian Koningsplein menjadi tujuan wisata para pelancong kolonial.
Pada zaman Jepang di tahun 1942, lapangan itu diubah jadi Ikada yang merupakan singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Di sekitar kawasan tersebut terdapat sejumlah lapangan sepak bola milik klub sepak bola era 1940-an dan 1950-an seperti Hercules, VIOS (Voetbalbond Indische Omstreken Sport) dan BVC, yang merupakan kesebelasan papan atas kompetisi BVO (Batavia Voetbal Organisatie). Setelah kemerdekaan, kesebelasan tersebut digantikan oleh Persija. Selain lapangan sepak bola, di sekitarnya terdapat pula lapangan hoki dan lapangan pacuan kuda untuk militer kavaleri.
Setelah merdeka, pada tahun 1961, Soekarno menggandeng arsitek Frederich Silaban dan RM Soedarsono. Tahun 1961 proyek Tugus Monas pun dimulai dan sampai sekarang hasil pembangunan bisa dirasakan masyarakat Indonesia. Kini Monas menjadi tempat wisata sejarah