mewpanicAvatar border
TS
mewpanic
[CATPER+FOTO] Menapaki puncak tertinggi di jawa tengah, Gn.Slamet 3428 mdpl
permisi dan salam lestari penghuni sub forum OANC, status gunung slamet yang sedang waspada saat ini, membuat nubie ingin berbagi cerita perjalanan nubie ke gunung slamet beberapa waktu lalu..semoga bermanfaat

PROLOG
Gunung Slamet (3,428 mdpl ) merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah sekaligus gunung tertinggi kedua setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. Gunung Slamet berbentuk kerucut/Strato dan memiliki kawah yang masih aktif dan luas. Letusan besar terakhir terjadi pada tanggal 13 juli 1988, yang menimbulkan lidah api dan semburan lava pijar setinggi 300 meter. Gunung Slamet terletak di perbatasan Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, dan Brebes.
Spoiler for @dwifahmi media:


Pertengahan September 2013 teman-teman kampus ex BEM memprakarsai pendakian ke gunung Slamet, mendadak memang. Namun mengingat seperti “terhutang” belum lunasnya S3 di jawa tengah ini, saya langsung meng-iya-kan ajakan tersebut tanpa pikir panjang. Pada 2011 lalu saya dan 3 orang yang baru kenal di gunung sudah melakukan pendakian ke gunung Sindoro dan Sumbing.

Total peserta pada awalnya berjumlah 13 orang termasuk teman-teman dari kampus ITB. Namun diluar dugaan pada hari H keberangkatan kita, 3 orang terpaksa tidak ikut dalam perjalanan kali ini.

Hari pertama (13 September 2013):
Kami menggunakan kereta api kelas bisnis Sawunggalih dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Purwokerto. Berangkat dari St. Pasar Senen pukul 20.30 WIB dan tiba di Purwokerto sekitar pukul 01.40 WIB (14 September 2013).

Hari kedua (14 September 2013):
Setibanya di stasiun, kami beristirahat sejenak sambil menunggu mobil carteran yang akan membawa kami ke basecamp datang. Lagi-lagi banyak hal yang berada di luar kendali kita. Supir yang semula akan menjemput kami berhalangan karena sakit. Kalaupun bisa, Beliau bisanya mengantar kami setelah subuh. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari mobil lain di sekitar stasiun dan alhamdulillah ada angkot yang bersedia kami carter sampai basecamp, dengan tarif 300rb sekali jalan.

Ada tiga jalur pendakian Gunung Slamet yaitu jalur utara via Gambuhan-Jurangmangu, jalur selatan via Baturraden-Gunung Malang, dan jalur timur via Bobotsari-Bambangan. Jalur rekomendasi yaitu Bambangan karena relatif aman dan lebih pendek. kami memilih naik lewat jalur Bambangan. Sekitar pukul 03.00 WIB kami berangkat menuju basecamp Bambangan, Purbalingga. Perjalanan ke sana memerlukan waktu sekitar 2-2,5 jam dari stasiun. Untuk menghemat waktu, supir mobil kami memilih menggunakan rute Baturaden. Rute yang hampir terus menanjak dan cukup berkelok-kelok, dan jalanan yang masih sepi membuat hati damai. Suasana subuh yang sangat indah. Rasa kantuk seolah hilang karena sayang untuk melewatkan suasana yang indah.

Perjalanan kami cukup lancar. Kami sempat berhenti di daerah Priatin, mengingat matahari sudah tersipu malu mau menunjukkan sinarnya dan kami belum shalat shubuh. Udara dan air di sini sangat dingin, nyeeess menusuk ke tulang. Setelah selesai, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Bambangan.
Spoiler for @dwifahmi media:


kami tiba di Desa Bambangan sekitar pukul 06.15 waktu setempat. jadwal sesuai dengan waktu di itinerary yang kami buat sebelumnya.
Spoiler for @dwifahmi media:

Lagi-lagi ada hal yang berada di luar kendali kita namun berada dalam kuasa Allah. Ketika kami sampai di basecamp (Pondok/Pos Pemuda) dan mengurus simaksi ternyata kami dilarang melakukan pendakian karena ada pendaki yang tersesat dan belum ditemukan. Kami semua tidak boleh mendaki sebelum tim SAR dan relawan menemukan korban. Batas maksimal pencarian adalah sampai sore hari. Seandainya korban tidak ditemukan, kita boleh naik keesokan harinya, yaitu Minggu (14 september 2013). Banyak pendaki yang kecewa bahkan ada yang memustuskan untuk pulang dan/atau pindah ke gunung yang lain.
Spoiler for menunggu kepastian @dwifahmi media:


Karena kabar baik yang ditunggu belum juga datang, kami memutuskan untuk beristirahat dulu di rumah Pak Mucheri (cmiiw), seorang yang 'dituakan' di sana. Kita bisa mengurus perijinan dan simaksi di rumah beliau. Lumayanlah kami bisa istirahat (tidur) dan mempersiapkan fisik sambil menunggu kabar dari tim SAR. Oiya, saat itu di rumah Pak Mucheri juga ada kedua orang tua dan saudara pendaki yang belum ditemukan tersebut. Kami pun iba melihat mereka, terutama ketika menatap raut wajah ibu yang seolah kosong dan dipenuhi kecemasan.

Saya juga sempat diberi petuah oleh Pak Mucheri dan Isteri. Diberi gambaran tetang gunung Slamet, rute ke sana, hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mendaki, komunikasi antar personil rombongan dan kondisi fisik/stamina serta perbekalan/logistik kita selama mendaki. Saya dan teman-teman yang lain sempat tertidur pulas, sampai akhirnya, sekitar pukul 11.00 ada tim SAR yang mengabarkan bahwa korban berhasil ditemukan dalam kondisi selamat. Kabarnya korban ditemukan di jalur Baturaden dalam kondisi lemah. Mendengar kabar tersebut kami langsung bersiap menyusun planning selanjutnya, yaitu langsung naik setelah dzuhur.
Spoiler for korban hilang sudah ditemuka @dwifahmi media:


Kami langsung packing ulang, mengurus perijinan/simaksi dengan menyerahkan KTP ke pak Mucheri/istri, shalat dzuhur dan bergegas menuju Pondok Pemuda. Sambil makan siang, kami juga melengkapi logistik yang masih kurang (air minum dan parafin) di warung. Dukuh Bambangan ini merupakan perkampungan terakhir di kaki Gunung Slamet. Di sini kita harus mengisi persediaan air karena sepanjang rute pendakian sulit ditemui mata air terutama saat musim kemarau. Sekedar info,  saat kami ke sana, Desa Bambangan sedang mengalami krisis air. Sumber air yang biasa mereka gunakan kering. Penduduk Bambangan harus membeli air untuk keperluan minum dan memasak/mencuci seharga 250 - 300 ribu rupiah per drumnya. Di sini air sudah menjadi barang kebutuhan pokok yang langka.

Sekitar pukul 13.30 WIB kami memulai pendakian. Tak lupa kami berdoa sebelum berangkat demi kelancaran dan keselamatan selama mendaki.
Spoiler for @dwifahmi media:


Pendakian dimulai dari Pondok Pemuda melewati gerbang pendakian Pos Bambangan (1.575 mdpl). Setelah itu kita mengambil rute ke kanan melewati perkebunan penduduk. Sebagian besar penduduk Dukuh Bambangan berprofesi sebagai petani sayuran. Setelah melewati perkebunan, kita akan menemukan sungai yang mengering. Kemudian kita melewati rute hamparan padang rumput yang juga ditumbuhi pinus. Jalurnya tidak terlalu terjal bahkan sesekali kita akan menemukan lahan yang landai. Pemandangan yang sama akan kita temukan sampai kita sampai di pos 1.
Spoiler for @dwifahmi media:

Untuk mencapai puncak Slamet via Bambangan, kita harus melewati 9 pos. Pos pertama adalah Pondok Gemirung (2.220 m dpl) yang dapat di, Pos II adalah Pondok Walang (2.500 m dpl), Pos III adalah Pondok Cemara, Pos IV Pondok Samarantu (2.635 m dpl), Pos V Samyang Rangkah/Pos Air (2.775 m dpl), Pos VI Samyang Jampang (2.950 m dpl), Pos VII Samyang Katebonan (3.000 m.dpl), Pos VIII Samyang Kendil, Pos IX Plawangan (3.250 m dpl), dan setelah itu puncak Slamet.

Perjalanan dari basecamp Pondok Pemuda sampai Pos Gembirung (pos 1) memerlukan waktu sekitar 1-2 jam tergantung kecepatan dan kondisi fisik masing-masing. Alhamdulillah karena stamina kami masih prima (baru makan siang, hehe emoticon-Stick Out Tongue), kami hanya memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di pos 1. Di pos ini terdapat shelter atau pondokan yang bisa digunakan untuk istirahat, bisa juga untuk camp. Kami pun tak berlama-lama istirahat di pos ini mengingat waktu sudah semakin sore dan perjalanan kita masih sangat panjang.
Spoiler for @dwifahmi media:

Perjalanan langsung kami lanjutkan menuju pos 2 (Pondok Walang, 2.500 mdpl) dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Jalur pendakian dari pos 1 ke pos 2 cukup panjang dan vertikal dengan vegetasi tumbuhan yang mulai rapat. Mengingat waktu sudah sore dan sudah hampir gelap, serta udara semakin dingin dan lembab, kami memutuskan untuk beristirahat cukup lama di pos ini. Kami memasak nasi dan nugget agar saat sampai di pos 5 (tempat camp) kita bisa langsung makan. Susu coklat hangat plus roti/sandwich toping coklat menjadi makanan terlezat se-pos 2 kala itu. Setelah selesai memasak nasi, kami segera bergegas melanjutkan perjalanan.

Dari pos 2, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3 (Pondok Cemara) dengan waktu tempuh sekitar 45 menit- 1 jam. Sesuai dengan namanya, di sekitar pos ini banyak ditemui pohon cemara. Oiya, saya jadi teringat nasihat Pak Mucheri. Beliau menghimbau kepada kita bahwa sebisa mungkin kita tidak bermalam di pos 3 (kecuali dalam keadaan sangat darurat). Konon kabarnya 'penghuni' pos ini sering berbuat usil kepada pendaki yang ngecamp di sana. Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut, alangkah lebih baik jika kita mengindahkan nasihat beliau, demi kebaikan bersama.

Perjalanan pun kami lanjutkan menuju pos IV (Pondok Samarantu) yang berada di ketinggian 2.900 m dpl. Kami memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk tiba di pos ini. Udara malam yang dingin serta perut yang lapar membuat stamina kami drop. Karena persediaan air kami terbatas, jadi kami harus menghemat air yang ada. Dari Samanrantu perjalanan diteruskan menuju Samyang Rangkah (Pos V). Dibutuhkan waktu sekitar 30 - 45 menit untuk mencapai pos ini. Kami mendirikan tenda dan bermalam (lebih tepatnya tidur 1-2 jam) di sini. Pos V dikenal juga sebagai Pos Air karena pada musim hujan di sini akan ditemui sumber mata air. Namun karena kami naik pada musim kemarau, sumber mata air yang dimaksud kering kerontang. Oleh karena itu manajemen air harus dipersiapkan sematang mungkin agar tidak kekurangan air saat mendaki.

Kami tiba di pos V sekitar pukul 22.00 WIB. Terlihat beberapa tenda sudah didirikan para pendaki yang tiba jauh lebih dulu sebelum kami. Kami pun harus jeli melihat celah/spot yang bisa dijadikan area untuk mendirikan tenda. Udara sudah semakin dingin ditambah hujan rintik-rintik mendorong kami untuk sigap membuat tenda. Kami membagi tugas laki-laki memasang tenda dan perempuan menyiapkan makan malam dan membuat teh hangat. Menu makan malam kami sangat istimewa. Ada nasi, rendang, sambal goreng ati, nugget, telor asin dan orek tempe.

Hari Ketiga (15 September 2013):
Tepat pukul 01.00 alarm berbunyi. Tidur hanya satu jam, sambil terkantuk-kantuk kami bersiap-siap untuk summit attack.

Suasana di luar tenda sudah ramai oleh pendaki yang akan summit juga. Sekitar pukul 02.00 dini hari kami mulai melanjutkan perjalanan. Rute dari pos V (Samyang Rangkah) menuju pos VI (Samyang Kendit) cukup terjal. perjalanan dilanjutkan menuju pos VII, Samyang Jampang (2.950 m dpl). Di Pos VII juga terdapat pondokan/shelter seperti di Pos I dan Pos V, sehingga pos ini biasa jadi alternatif untuk mendirikan tenda. Dari Pos VII perjalanan dilanjutkan ke Pos VIII (Samyang Ketebonan, 3.000 mdpl). Jalur yang dilalui semakin terjal dan berbatu. Di pos ini kita bisa menjumpai bunga Edelweis, sayangnya Edelweis di sini sangat jarang. Pos Terakhir adalah Pos IX (Pos Plawangan). Pos ini terletak diketinggian 3.250 mdpl dan merupakan perbatasan hutan dengan trek berbatu (puncak). Pos ini sering dijuga disebut sebagai batas vegetasi tumbuhan hanya hidup sampai pos ini saja. Sedangkan trek menuju puncak hanya terdiri dari pasir dan batuan lahar (batu lepas dan tajam) yang sesekali bisa menyebabkan longsoran, sehingga kita harus lebih waspada di trek ini. Untuk menuju Puncak dibutuhkan waktu sekitar 1 jam lagi dari batas vegetasi.

Perjuangan menuju puncak sesungguhnya barulah di mulai. Selain udara yang dingin, kita juga harus menaklukan batuan lahar dan pasir yang bisa longsor sewaktu-waktu. Mendaki dengan persediaan air yang terbatas sangatlah tidak direkomendasikan.
Spoiler for jalur menuju puncak @dwifahmi media:


Dengan kaki yang bergetar, kami terus menapaki punggungan puncak Slamet. Selangkah demi selangkah..namun pasti. Debu yang beterbangan di mana-mana, meski sudah menutup hidung dengan masker namun tetap saja masuk dan menyumbat slauran pernapasan. Hanya yang tabah dan bertahan yang bisa mencapai puncak. Dengan kaki yang masih bergetar, kini kami berada di Puncak tertinggi di Jawa Tengah. Semburat jingga yang sungguh Indah. Tampak juga Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di balik lautan awan. Sungguh Indah. Subhanallah Maha Suci Engkau, Maha Besar Engkau ya Allah. Terima kasih atas kekuatan yang Engkau berikan kepada kami sehingga kami bisa menyaksikan keagungan-Mu melalui ciptaan-Mu.
Spoiler for puncak slamet @dwifahmi media:

Spoiler for pose dipuncak @dwifahmi media:

Spoiler for sarapan dipuncak @dwifahmi media:

Kami tak berlama-lama berada di puncak. Setelah sarapan dan puas menikmati keindahan alam di Puncak Slamet, kami segera bergegas turun. Jika tidak ingin ketinggalan kereta pulang meuju Jakarta, kami harus sudah sampai di basecamp maksimal jam 3 atau jam 4 sore. Perjalanan turun yang benar-benar melelahkan. Stok air kami sudah sangat menipis. Hanya tersisa setengah botol untuk bekal sampai ke pos V. Bisa dibayangkan setengah botol sampai pos V untuk 10 orang dengan udara yang sangat panas dan berdebu. Di sinilah kebersamaan kami di uji. Dalam kondisi seperti ini kami banyak belajar tentang arti berkorban, arti berbagi, senasib-sepenanggungan-seperjuangan, dan saling menguatkan satu sama lain, dan tentunya belajar survival, lebih dekat dengan alam dan Sang Pencipta.
Spoiler for perjalanan turun menuju pos 5 @dwifahmi media:

Setibanya di pos V kami segera bongkar tenda dan packing. Mengingat waktu sudah semakin siang dan kami harus bergegas turun agar bisa sampai di basecamp jam 3 sore. Rencananya mobil yang kami carter untuk mengantar sampai stasiun akan menjemput kami pukul 3 sore. Turun gunung setengah maraton. hahaha.. Meski badai sudah mulai lelah dan gontai, apalagi rasanya beban keril jadi bertambah berat, kami terus melangkah secepat yang kita bisa.

Waktu untuk perjalanan turun relatif lebih cepat dibandingkan waktu naik. Kami meninggalkan pos V sekitar pukul 11 siang. Waktu tempuh pos V pos IV sekitar 20 menit, pos IV - pos III 20 menit, pos dIII - pos II 30-40 menit, Pos II - Pos I hampir 1 jam lebih. Kami sempat terbagi menjadi kelompok. Tim pertama turun lebih cepat daripada tim dua. Saya sendiri tergabung di tim kedua. Ada salah seorang rekan kami di tim dua yang mendapat musibah, kakinya kesleo sehingga butuh usaha dan perjuangan ekstra untuk sampai di basecamp tepat waktu. Meski dengan berjalan tergopoh-gopoh dan kaki yang sudah bergetar, air minum yang sudah kering tak bersisa, Alhamdulillah kami --tim dua-- berhasil sampai di basecamp Pondok Pemuda dengan selamat sekitar jam setengah 4 sore.

Kami pun tak berlama-lama istirahat di sini karena harus segera pulang menuju Stasiun Purwokerto jika tidak ingin ketinggalan kereta. Perkiraan waktu tempuh dari Basecamp ke Stasiun sekitar 2 jam. Jalan yang kami lewati cukup lancar sehingga kami sampai di stasiun tepat pukul 6 sore. Masih ada waktu sekitar 1 jam untuk shalat, ke toilet, dan istirahat. Kami harus berpisah dengan dua orang teman pendaki yang lain. Mereka akan melanjutkan perjalanan ke Bandung, sedangkan kami (8 orang lainnya) pulang ke Jakarta. Sekitar pukul 19.05 Kereta yang kami nantikan tiba. Kami menggunakan kereta api Kutojaya Utara dari Stasiun Purwokerto menuju Stasiun Pasar Senen. Kami langsung bergegas menuju gerbong masing-masing dan menikmati perjalanan malam menuju Jakarta. Rasa lelah dan kantuk sudah tak bisa ditahankan. Saya pun tertidur pulas di kereta dan terbangun ketika sampai di stasiun Jatinegara sekitar pukul 01.30 WIB. Sebagian ada yang turun di Stasiun Jatinegara dan sisanya turun di Stasiun Pasar Senen.

Pendakian Gunung Slamet ini menyimpan banyak kisah dan kenangan yang tak kan terlupakan. Setiap potongan kisahnya akan selalu indah dikenang. Suka dan duka, persahabatan, kekeluargaan, kebersamaan, susah senang bisa kita lewati bersama. Buat saya mendaki bukan hanya sekedar menggapai puncak. Lebih dari itu. Puncak itu adalah bonus yang Tuhan kasih buat kita sebagai imbalan atas usaha yang kita lakukan. yang terpenting adalah bagaimana proses dan usaha kita mencapai puncak itu. Mendaki Gunung adalah sebuah proses. Puncak akan bisa dicapai bila kita mau dan berani berproses, mengalahkan ego pribadi untuk mulai melangkah ke gerbang pendakian. Mendaki gunung mengajarkan kita untuk bertahan dan kreatif seperti mencari jalan keluar untuk memecahkan suatu masalah. Apalagi Tuhan berbaik hati membagikan kekayaanannya dengan cuma-cuma.
emoticon-Travelleremoticon-Travelleremoticon-Travelleremoticon-Travelleremoticon-Traveller
Diubah oleh mewpanic 29-04-2014 03:40
0
3.5K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan