- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Blogger terkenal Miss Jinjing di bully gan.. gara-gara tulisannya tentang gay
TS
mystrio
Blogger terkenal Miss Jinjing di bully gan.. gara-gara tulisannya tentang gay
Blogger dan penulis buku, Amelia Masniari di bully habis-habisan di media sosial twitter, FB dan lain-lain cuma gara-gara tulisannya di Koran-Sindo.com tentang kaum Gay, bahkan sutradara terkenal Joko Anwar pun ikut-ikutan membully dia..
ini tulisannya :
Target Market Baru: Gender ke-3
Sejujurnya, saya bukan antigay, tapi juga tidak pernah menyetujuinya, malah saya suka jengkel sama mereka. Tuhan itu menciptakan segala sesuatunya untuk saling melengkapi dan saling membahagiakan dalam mengarungi kehidupan, eh bisabisanya makhluk yang satu ini, malah justru sibuk asyik saling main “pedang-pedangan”.
Padahal kan mestinya nih, skenarionya yang dari Atas itu kan dengan pedangnya, mereka main perang-perangan sama kita. Sudah jumlah perempuan semakin hari semakin banyak, eh lakilakinya malah sibuk dengan preferensi baru. Semakin tidak kebagian deh kita. Celakanya nih, yang tertular itu justru banyak yang terpelajar, ganteng, dan punya karier bagus. Adapun yang tersisa itu banyak yang tidak bermutu, tidak bermodal (modalnya hanya yang satu itu yang digandang-gadang) dan penjahat kelamin pulak. Ini curhatdari hati yang paling dalam loh.
Anyway, di sini saya tidak bermaksud membahas urusan saya yang sampai hari ini tidak kebagian, he-he-he. Bahasan hari ini adalah perkembangan dunia ritel global yang mulai menerima target marketbaru, yaitu “gender ke-3” tadi, gay. Harus dibedakan antara gay sebagai preferensi seksual dan gay sebagai gaya hidup. Saya malah melihatnya sekarang lebih kuat sebagai gaya hidup. Nah yang harus dipersalahkan, sekali lagi, adalah media televisi yang semakin hari semakin menonjolkan peran kaum ini, bahkan sering tanpa filter sama sekali. Akibatnya, banyak yang salah persepsi, banyak yang melihat ini sebagai gaya hidup yang baru dan lebih memudahkan mencari uang jika masuk ke kalangan ini.
Bahkan, beberapa profesi seakan terlegitimasi menjadi milik kaum ini. Tanpa disadari, akhirnya banyak orang yang normal pun jadi tertular preferensi ini setelah sebelumnya tertular gaya hidupnya terlebih dahulu. Hal yang sering terjadi, seorang “figur publik” yang tadinya semua orang tahunya dia normal, dia straight, eh sekarang malah bahasa tubuhnya jadi “ngondek banget” dan penampilannya, oh so gaybanget. Akhir-akhir ini dia sering terlihat “gentayangan” sendirian di mal dengan mengenakan celana jins warna peachdan blus warna kuning. Jelas laki-laki normal tidak akan berpenampilan seperti itu.
Padahal, dia masih beristri loh dan juga seorang selebriti. Saya sering berpikir, bagaimana cara dia keluar rumah dengan penampilan seperti itu, sementara dia masih beristri. Karena semakin sering dan semakin kencang ekspos yang diberikan media massa terhadap kaum ini, bukan saja di Indonesia, juga di banyak negara di dunia, membuat eksistensi kaum ini semakin kuat sehingga mereka semakin berani tampil mengakui eksistensi mereka. Eksistensi mereka ini yang memperlihatkan simbol-simbol tertentu dan signature style tertentu untuk saling menandakan satu sama lain.
Kadang hanya kaum mereka yang tahu dan banyak yang sudah menjadi rahasia umum. Banyak dari mereka malah yang terlihat usaha banget untuk memperlihatkan jati diri baru mereka bahwa mereka bukan lagi pria dengan preferensi lawan jenis. Untuk itu, mereka membutuhkan “signature style” yang baru, “baju baru”. Kebutuhan mereka pun jadi lebih banyak dan lebih meriah dari kaum pria normal lainnya. Kaum ini juga dikenal lebih konsumtif dan lebih berani tampil dibandingkan pria normal. Perilaku dan gaya hidup seperti ini yang sepertinya mewabah, segera disikapi pelaku bisnis, pemilik sejumlah brand.
Berbeda dengan di Thailand yang sudah menerima kaum ini sebagai “gender ke-3” dalam kehidupan mereka seharihari. Mungkin di Indonesia belum terlalu terlihat walau di Jakarta sudah mulai terlihat butik-butik internasional dan lokal yang memajang barangbarang yang dianggap menjadi simbol atau signature style mereka. Jika kita melintas di depan etalase sebuah butik, mungkin dahi kita sering mengernyit melihat model sepatu pria, tapi warnanya lebih merah dari lampu merah di pinggir jalan, berpaku-paku pulak dan ada heels-nya. Jelas pria yang “straight” bukan target market-nya.
Atau Anda melihat tas cowok yang bentuknya lebih mirip tote bagperempuan dari seorang perancang terkenal, tapi ada gambar tengkoraknya, jelas itu bukan barang yang bisa dibelikan untuk pacar Anda pada Hari Valentine karena itu signature style-nya kaum gay. Salahsalah, pacar Anda bisa digoda kaum ini. Hari gini, jangan heran jika Anda sama-sama kaum ini mencoba lipstik atau lipglossterbaru di gerai kosmetik kesayangan Anda. Andanya risih, merekanya mahbiasa-biasa saja, lempeng-lempeng saja. Malah genitanmereka dari kita dan mereka lebih berani “complain” dari kita.
Jangan sedih juga jika Anda duduk antre panjang di bangku yang sama di dokter kulit dengan kaum ini dan mereka jauh lebih mulus dari kita. Kadang sejujurnya kita bisa minder jika duduk bersebelahan dengan mereka. Pernah beberapa kali saya antre di bank, antrean yang panjang dan lama, eh makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini, yang berdiri antre di depan saya, memakai tas Hermes yang saya tidak punya, memakai blus sutra warna kuning stabilodengan bordir hitam, ikat pinggang Hermes, dan sepatu Loubi, modelnya sih sepatu cowok, tapi warnanya itu loh, kuning stabilo(dan saya tahu banget kalau itu brandPrancis yang mahal banget).
Rambutnya, rasanya gadis Sunsilk pun kalah. Jangan pingsan jika hari ginitibatiba Anda melihat pria, yang jelas-jelas look-nya pria banget, tapi memakai sepatu flattiesatau sepatu ballerina atau memakai wedgesmenyala. Jangan salahkan mulut Anda kalau Anda tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak mencelanya. Tapi itu kenyataan. Jika Anda masuk ke butik sepatu ternama kelas dunia, lalu Anda melihat sepatu-sepatu yang bentuknya membuat Anda speecless, jelas itu bukan buat pacar Anda. Jika Anda nekat tetap memberikannya, bisa jadi dia akan marah, tersinggung dan tidak akan memakainya karena bakalan dibullysama teman-temannya.
Anda perlu curiga jika dia menerimanya dengan senang hati dan mengenakannya ke mana-mana, mungkin dia sedang dalam tahap sedang terkontaminasi virus gaya hidup yang satu ini. Semakin hari semakin banyak produk-produk fashionseperti dompet, dasi, dan berbagai aksesori yang memang secara sengaja diciptakan untuk mereka karena mereka adalah pangsa pasar yang potensial. Buat kaum ini, harga sepertinya tidak masalah, gengsi dan eksistensi jati diri baru di atas segalanya. Adalah biasa bagi mereka, terlihat manicuredan pedicuresambil hair spadi salon ternama secara rutin.
Jangan heran juga dan jangan juga terlihat kepomendengar bahasa planet mereka saat mereka ngerumpi. Anda masih normal jika tidak mengerti bahasa atau idiom-idiom yang mereka gunakan. Jika Anda minder karena mereka jauh lebih terawat dari kita, karena bukan kita yang salah, tapi merekanya yang keterlaluan, he-he-he. Gaya hidup ini juga disikapi bukan hanya usaha ritel fashion,juga gaya hidup lainnya, seperti salon dan spa, kafe, club, night clubdan loungewalau belum terang-terangan seperti di luar negeri, ada beberapa spot tertentu yang jadi “milik” mereka.
Perempuan dilarang masuk, tapi pria normal diterima dengan senang hati. Pria normal jangan coba-coba masuk ke sana kalau tidak mau di “makeover”. Anda harus ketat mengawasi pacar Anda karena sekarang saingan Anda yang paling berbahaya bukan lagi perempuan atau “ayam kampung”, tapi justru kaum ini. Ada yang bilang, sekali kena, mereka akan susah untuk kembali lagi kecuali tangan Tuhan yang mengembalikannya. Mungkin di Indonesia belum seperti di Paris atau Milan, kaum ini punya toko buku sendiri, toko pakaian dalam atau sex shop khusus untuk kaum mereka.
Di luar negeri, kaum ini adalah bisnis, pangsa pasar yang “pemainnya” belum terlalu banyak, tapi jelas ada market untuk digarap secara serius. Saya percaya, cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi di Indonesia, atau malah sudah? Walau belum terang-terangan? Dalam dunia bisnis, sebuah brandtidak lagi bisa menentukan apa yang akan ditawarkan, tapi marketyang akan menentukan dan branditu akan menjadi milik market itu sendiri. Karenanya, tidak usah heran jika di Milan atau di Paris sudah ada label mode yang dilegitimasi jadi simbol kaum ini. Sekarang sih kita yang straight hanya bisa menonton dari jauh, eh salah, dari dekat. Bukankah gay is woman best friend forever? Love Miss Jinjing
http://www.koran-sindo.com/node/379655
rupanya banyak pihak-pihak penyuka tusbol yang nggak suka gan.. dia dibully, dihina, bahkan disuruh minta maaf secara terbuka oleh pihak penyuka tusbol.. kesian banget dah.. padahal dia nulis itu hak dia untuk berpendapat kalau dia menyatakan dia nggak suka kaum tusbol.. padahal kan hak dia ya gan untuk menyatakan pendapat..
Lama-lama ane kok makin heran ya gan.. ini kaum tusbol kok lama-lama kaya mereka aja yang paling bener dan paling pinter.. kalau ada opini yg agak menyerang tentang gay atau homoseksual.. wuih mereka langsung menyerang habis-habisan.. ngomong kalau itu hak hidup lah.. kebebasan lah.. dooh.. kalau tusbol2an itu dibenerin, emang di Indonesia dibolehin kimpoi sesama jenis?
oh iya, gara-gara kaum tusbol ini nih.. kejadian.. baru-baru ini anak-anak kecil kena akibatnya.. ckckck..
Merdeka.com - M, bocah pre-school (TK) berusia 5 tahun disodomi oleh Agung dan Awan yang merupakan petugas kebersihan Jakarta International School (JIS) yang berada di kawasan Terogong, Cilandak, Jakarta Selatan. Dengan pilu, T (40), ibu korban, menceritakan awal mula terungkapnya aksi bejat yang menimpa buah hatinya tersebut.
"Anak saya baru cerita sekitar tanggal 20 Maret kemarin. Itu juga setelah saya tanya. Saya ajak ke kamar untuk ngomong berdua," ucap T kepada wartawan, di Jakarta Selatan, Senin (14/4).
Sebelumnya, T telah melihat kejanggalan yang terjadi pada anaknya itu. "Pertengahan Maret ia jadi sering ketakutan, mengigau dan berteriak ketika tidur," tutur T.
Kegundahan T semakin menjadi setelah melihat luka memar di bagian kanan perut M anaknya. Kemudian, sang anak mengaku 'dinakali oleh seseorang'.
"Saya sudah menangis, anak saya mendapat tindakan kekerasan seksual di kamar mandi sekolah,'' ucap T sedih.
"He puts the b**d inside my butts so deep," ujar T seraya menirukan perkataan anaknya saat ditanya.
Kepada ibundanya, M juga menuturkan dirinya diintimidasi dan diancam jika tidak mau mengikuti kemauan pelaku.
"Another time aku sudah enggak mau Mom, tapi kalau enggak mau dipukul. Disuruh enggak boleh berisik. Dibuka semua bajuku. Aku nangis tapi enggak boleh," ucap T menirukan pengakuan M anaknya.
Dari pengakuan M, T pun melapor ke polisi. "Saya lapor polisi tanggal 22 Maret. Setelah diselidiki polisi mengamankan dua orang yaitu Agung dan Awan yang ternyata cleaning service sekolah anak saya," jelas T.
Penangkapan keduanya bukan tanpa sebab. Saat ditanya, M mengaku dicabuli oleh seseorang yang mengenakan baju biru.
"Setelah dikonfirmasi ke sekolah, ada gardener dan cleaning service yang memang mengenakan seragam warna biru. Setelah itu pihak sekolah memberikan daftar siapa-siapa saja yang menjaga saat kejadian itu menimpa anak saya. Didapatlah si Agung dan Awan itu," urai T sambil menahan emosi.
Dugaan Agung dan Awan semakin kuat setelah M menunjuk sendiri bahwa merekalah yang mencabulinya. "Waktu itu anak saya dipanggil polisi lalu disuruh liat muka pelakunya secara langsung dengan dibatasi kaca. Jadi pelaku enggak bisa lihat anak saya, tapi anak saya bisa. Saat itu untuk membuktikan kebenaran, tidak hanya pelaku yang dikasih lihat ke anak saya. Tapi polisi juga," ucapnya.
"That one," ujar T menirukan ucapan M yang saat itu menunjuk ke arah muka Agung dan Awan.
Selain itu, lanjut T, polisi juga menemukan sejumlah bakteri yang sama di kemaluan kedua pelaku dan anus korban M.
Kuasa Hukum korban, Andi M Asrun mengatakan, kasus pencabulan anak sudah menjadi tren di Indonesia dan masyarakat harus memberikan perhatian.
"Kasus ini jadi semacam perlawanan terhadap deklarasi sekolah sebagai zona damai dan aman bagi anak. Apalagi sekolahnya dengan status keamanan yang tinggi di Jakarta," ucapnya.
http://www.merdeka.com/jakarta/bocah...sihan-jis.html
ini tulisannya :
Spoiler for koran Sindo:
Target Market Baru: Gender ke-3
Sejujurnya, saya bukan antigay, tapi juga tidak pernah menyetujuinya, malah saya suka jengkel sama mereka. Tuhan itu menciptakan segala sesuatunya untuk saling melengkapi dan saling membahagiakan dalam mengarungi kehidupan, eh bisabisanya makhluk yang satu ini, malah justru sibuk asyik saling main “pedang-pedangan”.
Padahal kan mestinya nih, skenarionya yang dari Atas itu kan dengan pedangnya, mereka main perang-perangan sama kita. Sudah jumlah perempuan semakin hari semakin banyak, eh lakilakinya malah sibuk dengan preferensi baru. Semakin tidak kebagian deh kita. Celakanya nih, yang tertular itu justru banyak yang terpelajar, ganteng, dan punya karier bagus. Adapun yang tersisa itu banyak yang tidak bermutu, tidak bermodal (modalnya hanya yang satu itu yang digandang-gadang) dan penjahat kelamin pulak. Ini curhatdari hati yang paling dalam loh.
Anyway, di sini saya tidak bermaksud membahas urusan saya yang sampai hari ini tidak kebagian, he-he-he. Bahasan hari ini adalah perkembangan dunia ritel global yang mulai menerima target marketbaru, yaitu “gender ke-3” tadi, gay. Harus dibedakan antara gay sebagai preferensi seksual dan gay sebagai gaya hidup. Saya malah melihatnya sekarang lebih kuat sebagai gaya hidup. Nah yang harus dipersalahkan, sekali lagi, adalah media televisi yang semakin hari semakin menonjolkan peran kaum ini, bahkan sering tanpa filter sama sekali. Akibatnya, banyak yang salah persepsi, banyak yang melihat ini sebagai gaya hidup yang baru dan lebih memudahkan mencari uang jika masuk ke kalangan ini.
Bahkan, beberapa profesi seakan terlegitimasi menjadi milik kaum ini. Tanpa disadari, akhirnya banyak orang yang normal pun jadi tertular preferensi ini setelah sebelumnya tertular gaya hidupnya terlebih dahulu. Hal yang sering terjadi, seorang “figur publik” yang tadinya semua orang tahunya dia normal, dia straight, eh sekarang malah bahasa tubuhnya jadi “ngondek banget” dan penampilannya, oh so gaybanget. Akhir-akhir ini dia sering terlihat “gentayangan” sendirian di mal dengan mengenakan celana jins warna peachdan blus warna kuning. Jelas laki-laki normal tidak akan berpenampilan seperti itu.
Padahal, dia masih beristri loh dan juga seorang selebriti. Saya sering berpikir, bagaimana cara dia keluar rumah dengan penampilan seperti itu, sementara dia masih beristri. Karena semakin sering dan semakin kencang ekspos yang diberikan media massa terhadap kaum ini, bukan saja di Indonesia, juga di banyak negara di dunia, membuat eksistensi kaum ini semakin kuat sehingga mereka semakin berani tampil mengakui eksistensi mereka. Eksistensi mereka ini yang memperlihatkan simbol-simbol tertentu dan signature style tertentu untuk saling menandakan satu sama lain.
Kadang hanya kaum mereka yang tahu dan banyak yang sudah menjadi rahasia umum. Banyak dari mereka malah yang terlihat usaha banget untuk memperlihatkan jati diri baru mereka bahwa mereka bukan lagi pria dengan preferensi lawan jenis. Untuk itu, mereka membutuhkan “signature style” yang baru, “baju baru”. Kebutuhan mereka pun jadi lebih banyak dan lebih meriah dari kaum pria normal lainnya. Kaum ini juga dikenal lebih konsumtif dan lebih berani tampil dibandingkan pria normal. Perilaku dan gaya hidup seperti ini yang sepertinya mewabah, segera disikapi pelaku bisnis, pemilik sejumlah brand.
Berbeda dengan di Thailand yang sudah menerima kaum ini sebagai “gender ke-3” dalam kehidupan mereka seharihari. Mungkin di Indonesia belum terlalu terlihat walau di Jakarta sudah mulai terlihat butik-butik internasional dan lokal yang memajang barangbarang yang dianggap menjadi simbol atau signature style mereka. Jika kita melintas di depan etalase sebuah butik, mungkin dahi kita sering mengernyit melihat model sepatu pria, tapi warnanya lebih merah dari lampu merah di pinggir jalan, berpaku-paku pulak dan ada heels-nya. Jelas pria yang “straight” bukan target market-nya.
Atau Anda melihat tas cowok yang bentuknya lebih mirip tote bagperempuan dari seorang perancang terkenal, tapi ada gambar tengkoraknya, jelas itu bukan barang yang bisa dibelikan untuk pacar Anda pada Hari Valentine karena itu signature style-nya kaum gay. Salahsalah, pacar Anda bisa digoda kaum ini. Hari gini, jangan heran jika Anda sama-sama kaum ini mencoba lipstik atau lipglossterbaru di gerai kosmetik kesayangan Anda. Andanya risih, merekanya mahbiasa-biasa saja, lempeng-lempeng saja. Malah genitanmereka dari kita dan mereka lebih berani “complain” dari kita.
Jangan sedih juga jika Anda duduk antre panjang di bangku yang sama di dokter kulit dengan kaum ini dan mereka jauh lebih mulus dari kita. Kadang sejujurnya kita bisa minder jika duduk bersebelahan dengan mereka. Pernah beberapa kali saya antre di bank, antrean yang panjang dan lama, eh makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini, yang berdiri antre di depan saya, memakai tas Hermes yang saya tidak punya, memakai blus sutra warna kuning stabilodengan bordir hitam, ikat pinggang Hermes, dan sepatu Loubi, modelnya sih sepatu cowok, tapi warnanya itu loh, kuning stabilo(dan saya tahu banget kalau itu brandPrancis yang mahal banget).
Rambutnya, rasanya gadis Sunsilk pun kalah. Jangan pingsan jika hari ginitibatiba Anda melihat pria, yang jelas-jelas look-nya pria banget, tapi memakai sepatu flattiesatau sepatu ballerina atau memakai wedgesmenyala. Jangan salahkan mulut Anda kalau Anda tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak mencelanya. Tapi itu kenyataan. Jika Anda masuk ke butik sepatu ternama kelas dunia, lalu Anda melihat sepatu-sepatu yang bentuknya membuat Anda speecless, jelas itu bukan buat pacar Anda. Jika Anda nekat tetap memberikannya, bisa jadi dia akan marah, tersinggung dan tidak akan memakainya karena bakalan dibullysama teman-temannya.
Anda perlu curiga jika dia menerimanya dengan senang hati dan mengenakannya ke mana-mana, mungkin dia sedang dalam tahap sedang terkontaminasi virus gaya hidup yang satu ini. Semakin hari semakin banyak produk-produk fashionseperti dompet, dasi, dan berbagai aksesori yang memang secara sengaja diciptakan untuk mereka karena mereka adalah pangsa pasar yang potensial. Buat kaum ini, harga sepertinya tidak masalah, gengsi dan eksistensi jati diri baru di atas segalanya. Adalah biasa bagi mereka, terlihat manicuredan pedicuresambil hair spadi salon ternama secara rutin.
Jangan heran juga dan jangan juga terlihat kepomendengar bahasa planet mereka saat mereka ngerumpi. Anda masih normal jika tidak mengerti bahasa atau idiom-idiom yang mereka gunakan. Jika Anda minder karena mereka jauh lebih terawat dari kita, karena bukan kita yang salah, tapi merekanya yang keterlaluan, he-he-he. Gaya hidup ini juga disikapi bukan hanya usaha ritel fashion,juga gaya hidup lainnya, seperti salon dan spa, kafe, club, night clubdan loungewalau belum terang-terangan seperti di luar negeri, ada beberapa spot tertentu yang jadi “milik” mereka.
Perempuan dilarang masuk, tapi pria normal diterima dengan senang hati. Pria normal jangan coba-coba masuk ke sana kalau tidak mau di “makeover”. Anda harus ketat mengawasi pacar Anda karena sekarang saingan Anda yang paling berbahaya bukan lagi perempuan atau “ayam kampung”, tapi justru kaum ini. Ada yang bilang, sekali kena, mereka akan susah untuk kembali lagi kecuali tangan Tuhan yang mengembalikannya. Mungkin di Indonesia belum seperti di Paris atau Milan, kaum ini punya toko buku sendiri, toko pakaian dalam atau sex shop khusus untuk kaum mereka.
Di luar negeri, kaum ini adalah bisnis, pangsa pasar yang “pemainnya” belum terlalu banyak, tapi jelas ada market untuk digarap secara serius. Saya percaya, cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi di Indonesia, atau malah sudah? Walau belum terang-terangan? Dalam dunia bisnis, sebuah brandtidak lagi bisa menentukan apa yang akan ditawarkan, tapi marketyang akan menentukan dan branditu akan menjadi milik market itu sendiri. Karenanya, tidak usah heran jika di Milan atau di Paris sudah ada label mode yang dilegitimasi jadi simbol kaum ini. Sekarang sih kita yang straight hanya bisa menonton dari jauh, eh salah, dari dekat. Bukankah gay is woman best friend forever? Love Miss Jinjing
http://www.koran-sindo.com/node/379655
rupanya banyak pihak-pihak penyuka tusbol yang nggak suka gan.. dia dibully, dihina, bahkan disuruh minta maaf secara terbuka oleh pihak penyuka tusbol.. kesian banget dah.. padahal dia nulis itu hak dia untuk berpendapat kalau dia menyatakan dia nggak suka kaum tusbol.. padahal kan hak dia ya gan untuk menyatakan pendapat..
Spoiler for bully:
Spoiler for BULLY:
Spoiler for bully:
Lama-lama ane kok makin heran ya gan.. ini kaum tusbol kok lama-lama kaya mereka aja yang paling bener dan paling pinter.. kalau ada opini yg agak menyerang tentang gay atau homoseksual.. wuih mereka langsung menyerang habis-habisan.. ngomong kalau itu hak hidup lah.. kebebasan lah.. dooh.. kalau tusbol2an itu dibenerin, emang di Indonesia dibolehin kimpoi sesama jenis?
oh iya, gara-gara kaum tusbol ini nih.. kejadian.. baru-baru ini anak-anak kecil kena akibatnya.. ckckck..
Spoiler for JIS pedofil homo:
Merdeka.com - M, bocah pre-school (TK) berusia 5 tahun disodomi oleh Agung dan Awan yang merupakan petugas kebersihan Jakarta International School (JIS) yang berada di kawasan Terogong, Cilandak, Jakarta Selatan. Dengan pilu, T (40), ibu korban, menceritakan awal mula terungkapnya aksi bejat yang menimpa buah hatinya tersebut.
"Anak saya baru cerita sekitar tanggal 20 Maret kemarin. Itu juga setelah saya tanya. Saya ajak ke kamar untuk ngomong berdua," ucap T kepada wartawan, di Jakarta Selatan, Senin (14/4).
Sebelumnya, T telah melihat kejanggalan yang terjadi pada anaknya itu. "Pertengahan Maret ia jadi sering ketakutan, mengigau dan berteriak ketika tidur," tutur T.
Kegundahan T semakin menjadi setelah melihat luka memar di bagian kanan perut M anaknya. Kemudian, sang anak mengaku 'dinakali oleh seseorang'.
"Saya sudah menangis, anak saya mendapat tindakan kekerasan seksual di kamar mandi sekolah,'' ucap T sedih.
"He puts the b**d inside my butts so deep," ujar T seraya menirukan perkataan anaknya saat ditanya.
Kepada ibundanya, M juga menuturkan dirinya diintimidasi dan diancam jika tidak mau mengikuti kemauan pelaku.
"Another time aku sudah enggak mau Mom, tapi kalau enggak mau dipukul. Disuruh enggak boleh berisik. Dibuka semua bajuku. Aku nangis tapi enggak boleh," ucap T menirukan pengakuan M anaknya.
Dari pengakuan M, T pun melapor ke polisi. "Saya lapor polisi tanggal 22 Maret. Setelah diselidiki polisi mengamankan dua orang yaitu Agung dan Awan yang ternyata cleaning service sekolah anak saya," jelas T.
Penangkapan keduanya bukan tanpa sebab. Saat ditanya, M mengaku dicabuli oleh seseorang yang mengenakan baju biru.
"Setelah dikonfirmasi ke sekolah, ada gardener dan cleaning service yang memang mengenakan seragam warna biru. Setelah itu pihak sekolah memberikan daftar siapa-siapa saja yang menjaga saat kejadian itu menimpa anak saya. Didapatlah si Agung dan Awan itu," urai T sambil menahan emosi.
Dugaan Agung dan Awan semakin kuat setelah M menunjuk sendiri bahwa merekalah yang mencabulinya. "Waktu itu anak saya dipanggil polisi lalu disuruh liat muka pelakunya secara langsung dengan dibatasi kaca. Jadi pelaku enggak bisa lihat anak saya, tapi anak saya bisa. Saat itu untuk membuktikan kebenaran, tidak hanya pelaku yang dikasih lihat ke anak saya. Tapi polisi juga," ucapnya.
"That one," ujar T menirukan ucapan M yang saat itu menunjuk ke arah muka Agung dan Awan.
Selain itu, lanjut T, polisi juga menemukan sejumlah bakteri yang sama di kemaluan kedua pelaku dan anus korban M.
Kuasa Hukum korban, Andi M Asrun mengatakan, kasus pencabulan anak sudah menjadi tren di Indonesia dan masyarakat harus memberikan perhatian.
"Kasus ini jadi semacam perlawanan terhadap deklarasi sekolah sebagai zona damai dan aman bagi anak. Apalagi sekolahnya dengan status keamanan yang tinggi di Jakarta," ucapnya.
http://www.merdeka.com/jakarta/bocah...sihan-jis.html
Diubah oleh mystrio 17-04-2014 11:32
0
48.4K
Kutip
405
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan