Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

derosadiAvatar border
TS
derosadi
P-3 Orion ongkos satu jam nya 1 Triliun rupiah
Pencarian pesawat
Malaysia Airlines MH370, selain
menyuguhkan banyak spekulasi,
ketidakpastian, dan sisi
menyedihkan, juga menunjukkan sisi
lain yang mengagumkan.
Banyak bangsa membantu pihak
Malaysia untuk mencari pesawat
yang hilang sejak Sabtu (8/3/2014)
lalu. Mereka mengerahkan teknologi-
teknologi tercanggih yang dimiliki.
Salah satu teknologi canggih yang
patut disorot adalah pesawat AP-3C
Orion milik Angkatan Udara Australia
(RAAF).
AP-3C Orion dikerahkan untuk
mengonfirmasi obyek diduga puing
pesawat Malaysia Airlines MH370
dalam citra yang dirilis oleh
Pemerintah Australia, Kamis
(20/3/2014).
Seperti apa AP-3C Orion itu? Apa
kecanggihan yang dimiliki sehingga
diandalkan untuk menguak salah
satu teka-teki pesawat hilang paling
besar ini?
AP-3C Orion sebenarnya adalah
keluarga pesawat P-3 Orion. Pesawat
itu diproduksi oleh salah satu
industri pesawat terkemuka, Lockeed-
Martin.
Kini, ada 17 negara yang memiliki
pesawat P-3 Orion. Selain Australia,
negara lain yang memiliki pesawat
tersebut antara lain Kanada, Jepang,
Inggris, Pakistan, dan tentu saja
Amerika Serikat.
P-3 Orion dikembangkan sejak tahun
1950-an. Pesawat ini adalah
modifikasi dari pesawat penerbangan
sipil yang diproduksi Lockeed Martin,
Electra.
P-3 Orion awalnya dikembangkan
untuk kepentingan Angkatan Laut
Amerika Serikat (US Navy). Tujuan
pengembangannya adalah untuk
melakukan patroli laut dan
memantau keberadaan kapal selam.
Prototipe dari pesawat P-3 Orion
disebut YP3V-1 dengan nomor seri
148276. Pesawat itu terbang perdana
pada 25 November 1959.
US Navy memesan 157 unit pesawat
canggih ini. Generasi pertama dari
P-3 Orion yang digunakan oleh US
Navy disebut P-3A Orion.
Getty Images
Kapetn Russel Adams, pilot AP-3C
Orion milik Angkatan Udara Australia
dalam pencarian Malaysia Airlines
MH370
Sebagai pesawat militer, P-3 Orion
tentu berbeda dengan Electra.
Perbedaan utamanya adalah adanya
perangkat deteksi anomali magnetik
(MAD) untuk mengetahui adanya
kapal selam.
Keunggulan P-3 Orion adalah
kemampuannya untuk terbang
rendah serta dalam jangka waktu
lama sehingga sangat bermanfaat
bagi patroli maritim.
Seiring waktu, banyak negara
kemudian meminati pesawat ini
untuk kebutuhan militer maupun
risetnya.
Pengembangan juga dilakukan
seiring dengan kemajuan teknologi
penerbangan. Kini, ada banyak jenis
pesawat P-3 Orion.
Generasi P-3A mulai digunakan
tahun 1962. P-3 Orion generasi ini
telah dilengkapi dengan sensor
elektronik, terpedo, dan sonobuoy.
Operasi dengan P-3A berlangsung
selama 8-10 jam.
P-3A Orion bisa memuat 11 kru. Ada
3 pilot, 2 insinyur penerbangan,
operator radio, teknisi, empat
operator sensor, koordinator taktis,
dan navigator.
Pada tahun 1964, Lockeed-Martin
kemudian mengembangkan P-3B
yang digunakan pertama kali oleh
Selandia Baru.
Beberapa pengembangannya antara
lain tak adanya injeksi air dan
kapasitas untuk menembakkan
Bullpup. Pada tipe P-3B, jumlah kru
dipangkas. Satu operator sendor
dihilangkan.
Pada tahun 1968 kemudian muncul
P-3C Orion. Generasi ini telah
dilengkapi dengan radar terbaru, low
light television (LLTV), dan sistem
deteksi inframerah (IRDS).
Pengembangan paling canggih pada
P-3C adalah sistem sensor dan taktis
yang terintegrasi dengan Univac
CP-901 Digital Computer.
Banyak jenis P-3 Orion kemudian
muncul karena modifikasi untuk
memenuhi kebutuhan masing-
masing negara atau lembaga yang
menggunakannya.
Contohnya, pesawat WP-3D yang
dimodifikasi untuk memenuhi
kebutuhan Badan Administrasi
Kelautan dan Atmosfer Amerika
Serikat (NOAA) guna memantau
cuaca dan badai.
Pesawat milik RAAF yang digunakan
untuk melacak puing MH370 sendiri
adalah AP-3C Orion, digunakan sejak
tahun 2002.
Sebagai pesawat yang telah puluhan
tahun "mengabdi", P-3 Orion telah
memenuhi kebutuhan banyak negara
di banyak misi.
Tahun 1990 misalnya, saat perang
Irak, Amerika Serikat menggunakan
pesawat ini untuk melacak kapal Irak
yang menyeberang dari Basra dan
Umm Qasar.
P-3 Orion juga digunakan dalam
pemantauan selama serangan
Amerika Serikat ke Libya. Badan
Penerbangan dan Antariksa Amerika
Serikat (NASA) juga menggunakan
pesawat ini untuk riset.
Pencarian MH370 dengan AP-3C
Orion memakan biaya yang tak
sedikit. Satu jam operasi biayanya
mencapai Rp 1 triliun rupiah, 10-15
kali lipat lebih tinggi dari pesawat
tebar garam.
Secanggih apa pun P-3 Orion, ada
saatnya perannya bakal tergantikan.
US Navy pada tahun 2019 akan
mengganti P-3 Orion yang
dimilikinya dengan Poseidon 8
produksi Boeing.
Sementara itu, di militer Amerika
Serikat, perannya bakal tergeser, tak
berarti harus mengucapkan selamat
tinggal pada pesawat hebat ini.
Banyak bangsa masih
menggunakannya.
Sumber : Kompas.com
Diubah oleh derosadi 21-03-2014 14:52
0
12.2K
71
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan