Ada sedikit cerita tentang tingginya rasa empati warga daerah ane. Dulu pernah ada remaja yang mengalami gangguan secara mental, sebut saja Budi. Dia berumur sekitar 27 tahun tapi sikapnya kayak anak2 gan, dan kemampuan berfikirnya mungkin dibawah rata-rata orang normal. Tapi klo masalah sopan santun dia ane anggap yang terbaik dikalangan remaja lain, cara berbicara dan berbahasa.
Budi ini sebenarnya dari RT sebelah tapi lebih suka main di RT 23, wilayah tempat tinggal ane. Ya mungkin warga ane lebih menerima dia, dan kita memang terbuka. Dia dapat makan dari orang2 sekitar gan.

Suatu ketika Budi ini terkena musibah, dia tertabrak sepeda motor . Warga sekitar langsung membawanya kerumah sakit, dan agan tau yang mengurus Budi ini kebanyakan ya warga RT23. Setelah dikabarkan membaik dan sempat diajak komunikasi dia bilang ingin pulang, namun tuhan berkata lain gan, Budi akhirnya diambil yang maha kuasa.
Masalah tidak selesai disini, ternyata masjid RT sebelah tempat Budi tinggal ini gak mau ngurus dia (Budi disini sudah seorang diri gan setelah ditinggal neneknya meninggal) alasanya dia dianggap orang gila gan .

Salah satu kyai dari RT sebelah bahkan berani memberikan komentar "Orang gila seperti itu gak usah diurus". Salah satu warga wilayah ane langsung komentar "Seumpama kamu mati gak usah diurus gimana?". Langsung diam itu kyai.

Mulai dari mandikan, menyolati dan pengajian warga RT23 gotong royong bersatu gan. Para remaja RT sebelah akhirnya pada datang setelah dibujuk sama remaja RT23. Dan mungkin percaya ato gak, pemakaman Budi ini ane anggap sebagai pemakaman paling rame terutama remaja tumpah ruah disitu. Bahkan salah satu orang yang dianggap preman diwilayah ane memberikan penghormatan terakhir dengan ikut mengangkut kerandanya sampek pemakaman.

Selanjutnya peringatan 40 hari dan 100 hari Budi diadakan di Mushola dekat rumah ane. Warga RT23 gotong royong untuk patungan.