Kaskus

News

eCiputraAvatar border
TS
eCiputra
Terry Gou, Pemilik Foxconn Technology Group
Terry Gou, Pemilik Foxconn Technology Group

Siapa pengusaha sukses di Taiwan? Pasti semua telunjuk akan mengarah kepada Terry Gou. Sosok orang yang kerap masuk Majalah Forbes saban tahun itu memang dikenal sebagai pengusaha yang tangguh dan tiada tandingannya.

Dia adalah pemilik perusahaan manufaktur di Taiwan, yang bergerak di bidang elektronik melalui bendera Foxconn Technology Group. Salah produk yang digarap oleh pengusaha dengan jumlah kekayaan mencapai lebih dari US$ 5,9 miliar ini adalah komponen elektronik untuk Apple, Sony, Microsoft, Dell, HP, Motorola, Amazon, Nintendo, Intel, Cisco, Nokia dan banyak merek-merek terkenal lainnya.

Lahir pada 8 Oktober 1950 di Taiwan, Terry sesungguhnya bukan asli Taiwan. Orang tuanya yang seorang polisi memutuskan hijrah dari Provinsi Shanxi, di daerah Cina daratan, ke Taiwan. Terry lahir dalam kondisi kehidupan yang memprihatinkan. Tak heran, bila sejak kecil dia sudah ditempa oleh kedua orangtua untuk bekerja keras dan menerapkan disiplin yang tinggi.

Sebagai anak sulung, Terry selalu dijadikan suri tauladan bagi kedua adik lelakinya: Tai-Chiang Gou dan Tai-Cheng Gou. Karena itu, Terry menerapkan hidup dengan belajar serius, baik saat duduk sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Begitu lulus kuliah, dia tak lantas mendapat pekerjaan yang baik. Dia menjadi buruh di pabrik karet. Bosan karena tak ada kemajuan, Terry pindah bekerja bengkel ban. Sesudahnya, dia tercatat sebagai karyawan di sebuah perusahaan tanaman obat-obatan.

Hingga suatu ketika, pada tahun 1974, Terry nekat meminjam uang ibunya sebesar US$ 7.500. Dengan uang itu dia mendirikan Foxconn, pabrik plastik yang digunakan untuk televisi. Saat itu saya hanya punya sepuluh karyawan dengan pabrik yang sangat kecil, kenangnya.

Terry yakin, pabriknya akan berkembang. Dan, kenyakinannya terbukti. Karena, memasuki periode 1980-an, saat komputer menjadi fenomenal, Terry beralih memproduksi konektor untuk PC. Permintaan pasar cukup pesat.

Hingga membuat Terry membangun Longhua Sains & Teknologi Park di Shenzen, Cina pada 1988. Di pabrik barunya ini ada sekitar 270.000 pekerja.
Longhua Sains & Teknologi Park-lah yang menghantarkan kesuksesan Terry.

Di pabrik ini pula semua manufaktur elektronik dikembangkan. Kini, Terry memiliki 40 pabrik Foxconn yang tersebar di seluruh dunia, dengan kantor pusat di Taiwan. Dari pabrik ini, Foxconn menjadi pemasok terbesar di dunia perangkat elektronik dan memiliki fasilitas dan laboratorium di Cina, Amerika Serikat, Jepang, Republik Ceko, Hungaria, Meksiko, Brasil, India dan Vietnam.

Digantikan Robot
Dalam waktu dekat Foxconn akan mendirikan pabrik di Indonesia untuk memproduksi ponsel. Terry sangat optimistis, awal 2014 Foxconn sudah bisa membangun pabrik. Rencana investasi bertahap hingga US$ 5 miliar. Diakui Terry, proses investasi di Indonesia agak lambat karena harus mempersiapkan banyak hal. Setelah ini saya akan ke Jakarta. Kami sudah berkomitmen investasi di Indonesia, tegas Terry.

Terry mengaku, Faxconn merupakan perusahaan terbesar yang memproduksi komponen elektronika untuk dipasarkan di seluruh dunia. Sejumlah merek barang elektronika terkenal di dunia mendapatkan pasokan komponen dari Foxconn. Bahkan, sejak tahun 2003, Foxconn juga mulai memproduksi motherboard untuk PC dan saat ini memiliki omzet lebih dari US$ 40 miliar.

Saat itu, Intel sedang mengembangkan chipset, lalu menggandeng Foxconn menjadi mitra bisnisnya dalam mengembangkan motherboard. Sukses bermitra dengan Intel, Foxconn mulai dipakai oleh vendor dan perusahaan penyedia elektronik lainnya. Apel mempercayakan bahan material produknya dibuat oleh Foxconn. Apple saat ini berkontribusi terhadap 40 persen dari pendapatan tahunan Foxconn.

Pada tahun 2012, Sharp Corporation -- perusahaan multinasional dari Jepang yang terkenal dengan produk elektronik display-nya -- mulai memakai Foxconn sebagai pengembang manufaktur produknya. Merek seperti TV LCD Sharp 50% diproduksi oleh Foxconn, kata Terry.

Lalu bagaimana dia mengendalikan perusahaannya? Terry mengaku tidak mudah mengendalikan sebuah perusahaan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 1,4 juta yang tersebar di banyak negara. Itu sangat tidak mudah, karena kami memiliki pekerjaan yang sulit dari sisi manufaktur. Tanpa komunikasi yang baik, maka kami tidak akan bisa menanganinya (pekerjaan), ujar Terry.

Cerita sukses usaha yang diraih Terry tak selamanya mulus. Pada 2011, dia sempat dihantam kabar tak sedap. Konon, beberapa pegawainya memilih bunuh diri karena tidak kuat dengan tekanan kerja yang berat dan upah yang rendah di perusahaan Terry. Mereka memilih lompat dari gedung Faxconn untuk mengakhiri hidupnya.

Pasca peristiwa itu Foxconn memang menaikkan dua kali lipat gaji karyawannya. Hanya saja, karena tak ingin bermasalah dengan tenaga manusia, Foxconn akhirnya memproduksi 20.000 robot pekerja dan jumlah tersebut bakal terus meningkat. Ke depannya kami akan menambah lagi satu juta robot pekerja, ujar Terry.

sumber: eCiputra
0
2K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan