- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Alasan Menonton 'The LEGO Movie'
TS
rumpurampe
5 Alasan Menonton 'The LEGO Movie'
WELCOME TO MY THREAD
bukti no repost
Spoiler for no repost:
Sebelumnya di
Quote:
Minggu ini, “The LEGO Movie” (2014) hadir sebagai satu-satunya tontonan keluarga di bioskop. Bagi Anda yang suka main LEGO, film ini tidak boleh dilewatkan. Bila tidak, Anda tetap dapat menikmati kekonyolan ceritanya serta animasinya yang berwarna dan sangat detail. Ingin tahu apakah film ini cocok untuk Anda saksikan bersama seluruh anggota keluarga di akhir pekan nanti? Berikut adalah lima alasan menonton film “The LEGO Movie”.
Quote:
1. Phil Lord dan Chris Miller
Phil Lord dan Chris Miller adalah duo sutradara di belakang kesuksesan seri film “Cloudy with a Chance of Meatballs” (2009) dan “21 Jump Street” (2012). Lord dan Miller punya karakteristik humor khas yang mampu membuat materi yang dianggap sinis bisa menjadi hit. Tentu saja, sama seperti “21 Jump Street”, proyek film animasi LEGO sudah menuai beragam pendapat negatif sejak awalnya diumumkan. Kalau “21 Jump Street” dilabeli sebagai sebuah film adaptasi yang tidak diminta oleh siapapun, “The LEGO Movie” dianggap sebagai cara murahan untuk menjual lebih banyak mainan.
Yang membuat Lord dan Miller berbeda dengan banyak sutradara pada saat ini adalah pemahaman mereka bahwa struktur film yang sudah mapan beserta semua hal klise di dalamnya tidak mengekang, dan justru bisa jadi sebuah celah untuk bermain-main. Dalam “Cloudy with a Chance of Meatballs”, duo sutradara ini bermain humor bahasa bersama sosok dua kutu buku yang biasa hadir dalam film fiksi ilmiah. Sementara itu, “21 Jump Street” menjungkirbalikkan stereotipe film aksi tentang polisi dan menjadikannya sebuah studi yang jenaka mengenai kehadiran para karakter klise.
“The LEGO Movie” sendiri tak lepas dari upaya dekonstruksi ini. Humor visualnya menampilkan parodi melimpah dari budaya populer serta masyarakat yang mengkonsumsinya, dan dialognya juga penuh dengan referensi film-film yang sudah terlalu sering dipakai sehingga menjadi sebuah banyolan tersendiri.
2. LEGO
Bagi mereka yang suka bermain LEGO, “The LEGO Movie” menawarkan surga visual yang tak dapat ditolak. Tentu saja, Anda tak perlu jadi kolektor LEGO untuk dapat menikmati “The LEGO Movie”. Lord dan Miller dengan cerdas merangkai gambar dan cerita dalam film ini untuk menjelaskan secara mendasar kenapa mainan ini begitu adiktif dan dicintai oleh anak-anak serta orang dewasa. Dengan cara yang lucu dan sama sekali tidak berupaya untuk mengiklankan LEGO pada para penontonnya, film ini justru berhasil untuk membuat penontonnya ingin tahu – dan mungkin membeli set LEGO untuk mereka sendiri setelah keluar dari bioskop.Tak merasa punya bakat untuk merangkai LEGO? Melalui karakter Emmet (Chris Pratt), Lord dan Miller memberi rasa keterwakilan pada mereka yang merasa kurang kreatif dan lebih merasa nyaman mengikuti instruksi. Hebatnya, pada akhirnya “The LEGO Movie” justru mampu menampilkan pesan yang sama sekali jauh dari pandangan bahwa film ini merupakan rancangan perusahaan mainan. Melalui tarik ulur antara tema kontrol dan kebebasan, “The LEGO Movie” justru akhirnya hadir sebagai refleksi – dan sindiran – yang manis mengenai perilaku para pemiliknya sendiri.
3. Humor
Meski punya banyak nilai plus, sayangnya ada satu kelebihan “The LEGO Movie” yang justru bisa membuat penonton kurang dapat menikmati filmnya. Seperti yang telah dijelaskan, karakter humor yang dimiliki Lord dan Miller cukup spesifik sehingga butuh kecocokan selera untuk menikmati kekonyolan yang mereka tawarkan. Apalagi, bila ada kendala bahasa, anak-anak kecil yang kurang paham dengan berbagai parodi dan referensi yang ditampilkan pun dapat menganggap sesuatu yang bisa jadi menarik bagi orang dewasa menjadi sesuatu yang biasa saja. Karena itu, jangan heran bila kritikus Amerika Serikat menganggap “The LEGO Movie” sangat lucu, sementara di daerah lain mungkin gaungnya tak sebesar itu.
Tapi, kalau Anda cocok dengan film-film Lord dan Miller yang sebelumnya, “The LEGO Movie” dapat memberikan pengalaman menonton yang sama menyenangkannya. Meski leluconnya mungkin tak sampai membuat Anda terbahak-bahak, “The LEGO Movie” tetap merupakan film yang menghibur. Plus, dengan kekonyolan yang dibawakan oleh berbagai figurine LEGO – mulai dari superhero DC sampai karakter Star Wars, Harry Potter, dan The Lord of the Rings – rasanya tak cukup untuk hanya menonton film ini sekali saja, karena banyak hal-hal kecil yang mungkin dilewatkan penonton saat menyaksikannya pertama kali.
4. Animasi Photorealistic
Kalau film animasi pada saat ini masih didominasi oleh studio animasi yang itu-itu saja, “The LEGO Movie” memberi sinyal pada kebangkitan Warner Bros. Animation yang selama ini tidak dianggap signifikan. Studio Animal Logic dari Australia bersama desainer produksi, Grant Freckelton, menyajikan teknis animasi yang sangat impresif. Meski animasinya mayoritas dibuat dengan CGI, semua benda yang dapat Anda temukan dalam film ini murni merupakan sesuatu yang benar-benar ada dalam koleksi LEGO.
Film yang diadaptasi dari mainan anak-anak menampilkan beberapa karakter pahlawan DC Comics: Batman, Superman, Wonder Woman, dan Green Lantern.
"The Lego Movie" berkisah mengenai tokoh utama bernama Emmet (Chris Pratt ) yang ingin mencegah kehancuran dunia Lego akibat kelakuan tirani dari Lord Business (Will Ferrell). Emmet pun tak sendirian, ia mendapat bantuan dari tokoh lain seperti Vitruvius (Morgan Freeman) dan Wyldstyle (Elizabeth Banks). Film ini digarap sutradara Phil Lord dan Chris Miller, dua sutradara yang juga membuat film animasi "Cloudy with a Chance of Meatballs".
Rencananya, "The Lego Movie" akan rilis di Amerika Serikat pada 7 Februari 2014.
Warner Bros.' "The Lego Movie" - 2014
Selain itu, dengan menggunakan set dan brick LEGO asli sebagai aset, Animal Logic mampu untuk menghadirkan animasi photorealistic yang sangat detail. Bila Anda memperhatikan dengan seksama, brick yang ditampilkan dalam film ini punya kesan usang seperti sudah sering dimainkan. Para figurine yang hadir juga menampilkan cacat-cacat kecil seperti cat yang sudah memudar, patah di bagian sambungannya, atau punya bekas sidik jari manusia.
5. Parodi Monomyth
Kehadiran konsep monomyth – alur perjalanan seorang pahlawan dalam berbagai narasi – merupakan tulang punggung dalam banyak cerita, termasuk dalam “The LEGO Movie” yang menampilkan perjalanan seorang figurine yang tak siap ketika terpilih untuk memasuki sebuah perjalanan transformatif. Dengan begitu banyak contoh, mudah untuk mengidentifikasikan pola-pola yang berulang dalam banyak karya yang mengisahkan lahirnya sosok pahlawan. Namun, “The LEGO Movie” tidak mau menyajikannya dengan cara yang biasa, dan justru menjadikan monomyth sebagai pijakan untuk mengajak penonton menertawakan konsep yang tak pernah berhenti didaur ulang ini.
Meski menaati struktur monomyth, Lord dan Miller mengubah momen-momen krusial seperti pertemuan sang pahlawan dengan sosok wanita yang menjadi alasannya untuk berjuang, kehadiran sosok seorang kakek bijak, dan perjalanan sang pahlawan di antara ambang hidup dan mati menjadi sesuatu yang sangat konyol dan terkadang tak terduga.
Quote:
Ingin mengintip apa yang ada di belakang layar film “The LEGO Movie”? Saksikan beberapa featurette-nya berikut ini:
Selamat menonton Agan/i
mohon di
Diubah oleh rumpurampe 07-02-2014 13:46
0
3.6K
Kutip
22
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan