Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

agus040913Avatar border
TS
agus040913
Iniloh sosok CaPres kita...
Peserta konvensi Partai Demokrat, Gita Wirjawan,
dinilai sebagai sebuah 'ancaman' bagi Australia
karena dianggap melakukan proteksionisme
dalam negeri. Atas kritikan tersebut, Gita merasa
tak perlu menanggapi terlalu jauh.
"Kita harus jelas dengan nasionalisme kita ke
depan. Yang pasti, kerjasama dengan negara
manapun harus adil dan meningkatkan martabat,
kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat
Indonesia," kata Gita dalam keterangannya di
Jakarta, Kamis (6/2).
Sejumlah pakar Australia yang memonitor
perkembangan Indonesia tidak mendukung Gita
karena dirinya dianggap berpotensi menjadi
ancaman bagi kepentingan perdagangan negeri
kangguru itu.
Pasalnya, ada sejumlah kebijakan Gita yang
dianggap tak sesuai dengan kepentingan
Australia, seperti penghentian kebijakan impor
sapi Australia pada tahun lalu.
Namun, Gita menilai pandangan Indonesianis
asal Australia tersebut tidak memahami prinsip
pentingnya kerjasama ekonomi secara bilateral
yang saling menguntungkan tanpa mengabaikan
kepentingan nasional masing-masing negara.
Secara terpisah, Fajar Riza Ul Haq, Sekjen DPP
Barindo, ormas yang diketuai Gita, menilai
pandangan pakar dari Australia terhadap sosok
Gita sebagai cerminan kekhawatiran pihak asing
terhadap sikap politik-ekonomi Gita.
Padahal, di tingkat lokal, selama ini justru Gita
yang dianggap berpotensi mengganggu
kepentingan negara-negara Barat.
"Pandangan Fealy ini menarik jika melihat opini
yang dikembangkan di media-media Indonesia
yang justru menuduh Gita agen Neolib, tidak pro
kepentingan bangsa," kata Fajar, seperti dikutip
dari Beritasatu.com.
Bagi pihak Gita, pernyataan para ahli Australia
adalah bukti kepemihakan asing terhadap figur
Jokowi karena dinilai lebih "friendly".
"Tapi ini tidak akan menggoyahkan komitmen
merah-putih Pak Gita, utamanya menyangkut
kepentingan ekonomi nasional." Kata Fajar, yang
merupakan alumni Program Pertukaran Pemimpin
Muda Muslim Indonesia-Australia.
Sebelumnya, sejumlah akademisi di Australia
mengomentari rencana Gita Wirjawan maju
sebagai bakal capres dari Partai Demokrat (PD)
dan membandingkannya dengan peluang Jokowi,
sapaan akrab Joko Widodo, sebagai bakal
capres.
Indonesianis di Australian National University,
Greg Fealy, menilai Gita sebagai sosok yang
kurang populer dan akan kesulitan
memenangkan pilpres 2014.
Dan bagi Fealy, apabila Gita tak terpilih, itu baik
buat sektor perdagangan Australia.
"Dia (Jokowi) seorang pebisnis. Dia bisa
menghargai manfaat dari perusahaan bagi
negara. Dia juga seorang yang pragmatis. Tapi
juga seorang nasionalis dan tampaknya akan
dinominasikan oleh parpol nasionalis," kata Fealy
seperti disampaikannya kepada ABC Australia.
Profesor dari Monash University, Greg Barton,
juga sependapat bahwa Jokowi lebih cenderung
menjadi presiden Indonesia di periode berikutnya.
Menurut Greg, sejumlah nama yang muncul
sebagai bakal capres di Indonesia hanya akan
berujung pada situasi dimana praktik
perdagangan internasional akan tak sehat karena
dipicu kepentingan politik domestik yang
mendorong proteksionisme.
Tetapi Greg meyakini Jokowi tak dibatasi oleh
isu-isu nasionalisme.
"Dia seorang yang kompeten dan secara diam-
diam menunjukkan dirinya sebagai pemimpin
yang menginspirasi (sebagai gubernur DKI
Jakarta). Dan jika dia dapat restu dari Megawati
Soekarnoputri, dia pasti menang di Pilpres," tutur
Greg.
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.5K
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan