Quote:
Nama Elidawati, 50 tahun, mungkin banyak dikenal. Dia pemilik produk Elzatta, nama bran hijab corak, motif dan dibuat di pabrik di Turki, yang sudah memiliki 50 toko dalam tempo dua tahun.
Dari karyawan hanya 7 orang pada 2012, kini menjadi 400 orang. Toko terakhir didirikan di mal fx, menjadi toko ke-50 yang bersanding dengan Dauky, perlengkapan casual busana muslim.
Setiap bran menurutnya, memiliki strategi pengembangan yang berbeda, sehingga tak perlu mengkhawatirkan satu sama lain.”Kami mengembangkan dengan cara berbeda dan fokus,” katanya.
Perjalanan dan pengalaman kerja sebagai manager marketing, direktur marketing dan marketing direktur operasional di PT Shafira memberi andil bagi dirinya.
Elzatta dikenal dengan hijab dari bahan tipis dengan model scarf seharga Rp 69 ribu hingga Rp 129 ribu. “Corak dan motifnya dari Turki, dikerjakan di pabrik Turki,” kata Elida, lulusan jurusan Sejarah Universitas Padjajaran pada 1988.
Selama ini produknya fokus pada 70 persen hijab dan 30 persen busana. Harga yang dikenakan oleh Elida ini dianggap pas dengan strategi pasar. “
Tidak mahal dan tidak terlalu murah,” katanya.
Inspirasi hijabnya ini dari kerudung bahan paris polos yang dipakai mulai dari kelas bawah hingga sekelas ibu menteri. Ia mencari bahan yang pas hingga ke Turki dan akhirnya menemukan model scarf bercorak warna warni yang mempercantik kaum wanita.
Target konsumen usia 23 tahun hingga 35 tahun. ”Tahun ini kami akan melebarkan sayap ke Sumatera seperti Pekan Baru, Aceh sampai Papua. Fokus kami di luar Jawa,” katanya.
sumber:
TEMPO
Quote:
Merek dari Indonesia Ini Pernah Digugat Zara
Kiat apa yang dilakukan Elidawati, kelahiran Kediri, pada 1964 ini dalam mengembangkan bran Elzatta. Ternyata mudah. Salah satunya, menyebar katalog dan memberi voucher menarik.
Maka, produk yang ia jual bisa mendapat perbedaan dari lainnya. Ada yang unik dari nama Elzatta saat ini.
Ia sempat digugat oleh bran Zara karena memakai nama Zatta yang diambil dari nama putrinya. Waktu itu, baru tiga bulan merek Zatta dipublikasikan.
Elidawati tidak kekurangan akal. “Saya tambahkan kata El, di depan kata Zatta,” katanya. Belakangan, nama ini menjadi dipakai sampai saat ini.
Agar terlihat berbeda, ia membuat program pengajaran bagi para karyawan. Ia mengajarkan kata-kata standar yang harus dikatakan oleh karyawan. Sehingga para pelayan toko dapat menyampaikan produk secara baik pada konsumen.
Dan ia memakai social media yang dianggap cara mudah dan murah untuk memperkenalkan produknya.Empat bulan sekali mengeluarkan katalog antara Januari hingga bulan Mei. “Perkembangan gaya hidup masyarakat meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, membuat produk kami bisa diterima,” kata Elidawati.
sumber:
TEMPO
salah seorang pengusaha yang menjadi terkenal, bisa dijadikan pembelajaran untuk menangkap apa yang dibutuhkan pasar, semoga bisa memberi inspirasi terutama bagi kaum hawa