poppapipeAvatar border
TS
poppapipe
IT TAKES TWO TO TANGO
Sebagai warga negara yang baik, sepatutnya saat Pemilu Presiden 2014 nanti kita ikut meramaikan pesta demokrasi tersebut. Caranya tentu dengan ikut berpartisipasi memberi suara kepada calon Presiden & Wakil Presiden resmi yang boleh dipilih. Dan sebagai warga negara yang cerdas, hendaknya kita mulai membidik, mengikuti atau menganalisa kiprah para calon-calon Presiden tersebut beserta wakilnya agar nanti kejadian salah pilih minim terjadi.

Oleh karenanya izinkan saya menuliskan analisa subjektif mengenai salah satu calon pasangan no 1 NKRI yang menurut saya layak menjadi perhitungan dan seyogyanya tidak dianggap remeh. Tapi sebelum masuk ke tulisan mengenai calon Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang menarik perhatian saya ada baiknya saya bahas secara umum dan singkat mengenai pemerintahan sekarang sebagai fakta yang sudah terjadi dan bisa dijadikan perbandingan.

PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO

Di awal pemerintahan SBY-Boediono, kasus mega korupsi skandal Bank Century langsung jadi pe-er besar yang harus diselesaikan . Skandal ini cukup menyita perhatian dan mengganggu efektifitas penyelenggaraan kenegaraan. Namun yang lebih memprihatinkan adalah Wakil Presiden Boediono diduga berperan dalam memuluskan terjadinya skandal tersebut. Hingga akhirnya peran Boediono sebagai Wakil Presiden seperti dihilangkan dan perjalanan pemerintahan ini hanya fokus kepada SBY.

Hal tersebut tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap jalannya pemerintahan. Sehingga banyak persoalan-persoalan negara yang sepertinya tidak dapat terselesaikan karena seolah-olah hanya presiden yang bekerja. Dari mulai demonstrasi yang disertai kekerasan oleh polisi terhadap mahasiswa hingga persoalan BBM di tahun 2012 kemarin benar-benar seperti tidak ada peranan sang Wapres. Baik merespon kejadian maupun berkolaborasi menentukan kebijakan yang tepat sasaran. Mari kita lihat beberapa sindiran politisi maupun netizen mengenai keberadaan Boediono di sini: http://politik.news.viva.co.id/news/...s-tak-menonjol

http://sosok.kompasiana.com/2013/05/...a--557138.html

Dan tentu saja masih panjang lagi tautan yang bisa ditaruh di halaman tulisan ini mengenai keberadaan sang Wapres.

Akibatnya, jejak rekam pemerintahan SBY-Boediono lebih banyak menuai sentimen negatif daripada positif serta raport kerja yang betul-betul merah kebakaran. Bisa kita ingat para aktivis sudah mengeluarkan Petisi 28 yang isinya 28 poin mengenai kegagalan mendasar pemerintahan SBY - Boediono selama mengelola pemerintahan (lengkapnya baca di sini:http://best-easy-seo.blogspot.com/2010/10/daftar-28-kegagalan-sby-versi-petisi-28.html). Padahal baru 1 tahun pemerintahan berjalan.

Kesan single fighter yang dilakukan SBY jelas-jelas menjadi bumerang yang sangat tidak menguntungkan. Taruhlah apabila SBY memang berbohong mengenai adanya keterlibatan Boediono di pemerintahan tapi tetap memberi porsi penampilan Wapres di media, barangkali akan ada kemungkinan peluang dugaan terhadap kegagalan yang terjadi disebabkan alasan yang lebih objektif.

CALON PRESIDEN 2014

Beberapa nama Capres 2014 sudah berseliweran di media dan cukup mencuri perhatian. Tapi belum banyak calon-calon Presiden tersebut yang terlihat sudah ajeg memilih calon pasangannya. Rata-rata mereka masih mencari-cari kandidat yang dianggap pas serta terkadang merasa pede-pede saja apabila dipasangkan dengan siapapun. Coba lihat berita tentang Jendral Prabowo di situs ini: http://prabowosubianto.info/siapapun...an-menang.html Pernyataan dari salah satu kader beliau menyiratkan seolah-olah pemilihan wakil presiden itu tidak esensial dan program yang dibuat sang Jendral tidak perlu tandem untuk dikembangkan serta dijalankan.

Begitu pula dengan calon yang lain. Aburizal Bakrie misalnya, diakui partainya memiliki kesulitan untuk menetapkan calon Wakil Presidennya. Bahkan Golkar baru akan memutuskan Wakil Presidennya setelah mendapat 50 persen suara dalam Pemilu (Baca: http://politik.news.viva.co.id/news/...nternal-golkar) Dan mereka memutuskannya bukan berdasarkan pertimbangan kemampuan individu tapi lebih menekankan sang calon Wapres berasal dari partai Golkar atau non Golkar.

Bahkan Gita Wirjawan yang rumornya capres kesayangan ketum demokrat boro-boro mempunyai visi memiliki wakil presiden ideal, beliau malah tak keberatan dijadikan wakil presiden apabila gagal pada konvensi pencalonannya di internal Partai Demokrat (Baca: http://nasional.kompas.com/read/2013....Jadi.Cawapres).

KERJASAMA TIM ADALAH SEBUAH KEHARUSAN

Merujuk sub judul di atas saya akan 'membedah' tim Capres & Cawapres Wiranto & Hary Tanoesoedibjo karena mereka terlihat memupuk semangat kerjasama tim. Selain alasan itu, ketertarikan dan keingintahuan saya terhadap pasangan ini awalnya dikarenakan alasan yang cukup banal. Secara visual dan latar belakang suku dan budaya mereka mirip dengan pasangan Jokowi-Ahok. Yang satu Jawa, yang satu lagi Cina. Untuk versi non banalnya mari kita mulai mengulas pasangan yang mengusung brand WIN -HT ini.

Wiranto sebagai Jendral memiliki pengalaman sebagai birokrat militer yang mumpuni. Selama berada di lingkungan pemerintahan Soeharto hingga memasuki masa reformasi dimana beliau mencetak karir teringginya sebagai Menko Polkam memiliki rekor kerja yang bisa dibilang tidak buruk. Beliau memiliki integritas dan komitmen yang tinggi terhadap apa yang sedang dikerjakan. Sehingga komitmennya terhadap kebangsaan dan nasionalisme seharusnya sudah tidak menjadi pertanyaan.

Apa saja yang bisa dijadikan indikator bahwa beliau memiliki komitmen yang tinggi terhadap kebangsaan dan nasionalisme? Mari kita tengok ke belakang sedikit. Yang pasti yang perlu diketahui pertama-tama, beliau tidak ikut-ikutan nepotisme dengan mengangkat keluarganya masuk di jajaran elit pemerintahan.

Selain itu, hal paling signifikan adalah beliau sama sekali tidak mengambil kesempatan untuk bisa menjadi RI 1 pada saat peralihan kekuasaan dari era Soeharto ke era reformasi. Bahkan sebaliknya beliau bersiteguh untuk menjadi pengawal reformasi dengan tetap menjaga peralihan kekuasaan berjalan berdasarkan konstitusi. Peristiwa tidak aji mumpung untuk menjadi no 1 diperkuat lagi dengan menolak secara halus pencalonannya menjadi Presiden RI oleh Amin Rais dkk dan menyerahkan tawaran tersebut ke Gus Dur.

Dengan latar belakang karir serta cerita mengenai tidak aji mumpungnya beliau saya yakin beliau lulus syarat untuk tidak dicurigai pencalonannya sekarang bukan sekedar ingin memiliki kekuasaan semata namun ada agenda yang tulus untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih cerah.

Sementara itu partnernya Hary Tanoesoedibjo dikenal sebagai konglomerat media. Beliau didaulat sebagai 50 orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes Asia 2013 (http://www.merdeka.com/uang/daftar-o...aik-kelas.html). Prestasi beliau mengguritakan usaha medianya sudah barang tentu tidak perlu dipertanyakan lagi. Siapa yang tak pernah dengar Group MNC, raksasa industri media?

Kemampuan mengguritakan bisnis tak lepas dari pengalaman beliau mengangkat usaha yang sudah terpuruk menjadi sehat dan mampu bersaing kembali. Terbukti dengan mampu mengangkat PT Bimantara Citra TBK milik Bambang Trihatmodjo yang bangkrut kemudian beliau handle hingga memiliki saham MNC sebesar 99,9%.

Tak bisa dipungkiri Hary Tanoesoedibjo merupakan salah satu pengusaha yang memiliki kemampuan midas. Merubah batu jadi emas.

Dengan latar belakang pengusaha yang cukup agresif tentunya Hary Tanoesoedibjo merupakan pasangan yang tepat untuk Wiranto. Seperti kita ketahui ekonomi perlu dijadikan agenda utama yang perlu diberi perhatian lebih untuk pemerintahan mendatang. Bayangkan kalau negara sebesar Indonesia kuat secara ekonomi. Apa yang akan terjadi? Lihat saja negara tetangga seperti Singapur, kecil tapi ganas. Bisa ganas karena perekonomian mereka yang baik.

Skenario yang paling mungkin terjadi apabila pasangan Wiranto - Hary Tanoesoedibjo naik ke pelaminan kepresidenan adalah pembagian tugas yang ideal bila terkoordinasi dengan baik. Sementara sang Wapres mendesain cetak biru bisnis mikro dan makro Indonesia di bawah pemerintahannya, sang Presiden menyusun strategi lobi ke seluruh urusan birokrasi baik internal maupun eksternal. Skenario ini relevan mengingat Wiranto sudah berkiprah di politik lebih dari sepuluh tahun dan Hary Tanoe juga bukan pebisnis karbitan. Bahkan mungkin beliau tak perlu mencalonkan diri menjadi Wapres mengingat begitu banyak unit usahanya yang perlu diberi perhatian. Begitu pula dengan jaringan kerja yang dimiliki keduanya tentu bisa saling mensupport.

Gambaran di atas tentunya menggambarkan kerjasama tim yang tidak hanya saling menghormati kemampuan masing-masing tetapi juga saling mengisi apa yang menjadi kekurangan.

Siapapun kandidatnya, akan sangat menarik (jika tidak sedikit mencemaskan) membahas juga calon Presiden lain di tulisan berikutnya. Saya yakin ada lagi yang menyimpan cerita menarik untuk kita jadikan bahan pertimbangan saat memilih nanti.

Akhir kata dari saya: Selamat mempersiapkan diri untuk pesta demokrasi Indonesia di tahun ini dan selamat memilih!
0
3.5K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan