pengusaha13Avatar border
TS
pengusaha13
Subhanallah ,Raja ini rela menuntun unta untuk seorang pengawalnya!!!
Mungkin agan agan sering mendapati macet panjang ketika ada pejabat lewat, atau tiba tiba kita disuruh menepi oleh polisi pengawal ketika ada pejabat ,baik itu bupati gubernur atau bahkan gara2 ada rombongan geng motor gede yang bisa membayar oknum patwal untuk mengawal tour mereka.
klo pengawalan untuk para pejabat negara sih ane anggap wajar,merekakan VVIP person,tp ane kadang kesal ketika geng moge yg dikawal oleh para polisi yg kita bayar dr pajak.heheheemoticon-Ngakak


Lha ini yang kita bahas bukan seorang bupati ,gubernur,atu bahkan para pengendara moge, tapi beliau adalah seorang khalifah atau raja yang termasuk raja terbesar dengan kekuasaan terbesar pada zamannya(beliau dikenal sebagai penakluk dua kerajaan besar saat itu yaitu Romawi (timur) dan kerajaan Persia) .Mungkin klo saat ini beliau kekuasaanya mirip dengan presiden AS ( negri adi daya)
Baiklah mari kita lihat bagaimana pengawalan khalifah besar ini .dan kisah penaklukan Kota Yerussalem dengan damai dan tanpa pertumpahan darah

__________________________________


Pada tahun 635 M, Khalifah Umar Ibn Khattab memerintahkan Amr Ibn Al-Ash dan Syarhabil Ibn Hasanah beserta pasukannya bergerak menuju Palestina dengan tujuan menaklukan Jerusalem. Sebelum Amr Ibn Al-Ash dan Syarhabil Ibn Hasanah beserta pasukannya menuju Jerusalem, banyak daerah-daerah tertentu yang harus ditaklukan terlebil dahulu.

Pasukan Islam bergerak melalui Golan (Jaulan), daerah pegunungan yang subur, hijau, rimbun, sejuk. Di situlah Pasukan Islam berhenti untuk beristirahat sejenak. Dari Golan, Amr dan pasukannya memasuki Galileia, sebuah kawasan hijau dan subur di bagian Utara Palestina. Galileia mempunyai nilai sejarah penting dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Amr dan pasukannya tidak mendapat banyak kesulitan ketika menaklukan kota-kota sepanjang Galileia. Mereka hanya mendapat perlawanan kecil dari pihak Byzantium yang masih tersisa. Amr dan pasukan Islam memberi jaminan keamanan dan kepemilikan kepada seluruh rakyat Galileia.

Sementara itu Yazid Ibn Abi Sufyan dan adiknya, Mu’awiyah, yang ditugaskan untuk menaklukan sepanjang pesisir pantai Levantina, membagi pasukan kedua arah, arah Utara dan arah Selatan. Di Utara, pasukan Islam yang dipimpin oleh Mu’awiyah berhasil menaklukan Beirut, Tripoli, Sidon, Byblos, dan Latakia. Sedangkan arah Selatan, pasukan Islam yang dipimpin oleh Yazid berhasil menaklukan satu persatu kota-bandar disepanjang kota pesisir itu, seperti Sidon, Tyre, Acre, hingga Haifa dibagian Provinsi Palestina.

Tinggal Caesarea, Kota bandar di pesisir Levantina bagian barat Palestina, memiliki pertahanan terkuat untuk Byzantium setelah kepergian Heraklius ke Konstantinopel. Konstantin II, anak Heraklius, masih bertahan di kota-bandar itu bersama sejumlah pasukan. Saat mengetahui pasukan Islam yang dipimpin oleh Amr Ibn Al-Ash bersama Syarhabil Ibn Hasanah tengah bergerak ke arah Palestina, Pangeran Konstantin II segera mempersiapkan pasukan dan memanggil bala bantuan dari Siprus dan Konstantinopel dan mengangkat Artavon sebagai panglima. Sementara itu, pasukan Yazid yang telah menaklukan Haifa segera bergabung dengan pasukan Amr, untuk kemudian bersama-sama menuju Jerusalem. Saat melintasi Ajnadin, pasukan Islam bertemu dengan pasukan Byzantium dari Caersarea. Pertempuran pun pecah dengan sangat dahsyat seperti Perang Yarmuk dulu. Dalam pertempuran itu, pihak Byzantium kembali dikalahkan. Kemudian Artavon, panglima perang dari Caesarea, beserta beberapa pasukan yang tersisa lantas melarikan diri menuju Jerusalem.

Pasukan Islam telah tiba di sisi kota kuno itu dan melangsungkan pengepungan kota sepanjang musim dingin. Khalifah Umar memerintahkan Abu Ubaidah, Khalid, dan Mu’awiyah, yang telah berhasil menaklukan seluruh wilayah Suriah dan Pesisir Levantina, untuk segera bertolak ke Jerusalem dan bergabung dengan pasukan Amr.



Dibalik benteng, didalam Gereja, Panglima Artavon dan Patriack Sophronius, Uskup Agung gereja Jerusalem, tengah berdebat sengit. Artavon tetap bersikukuh menginginkan Jerusalem dipertahankan dari penaklukan pasukan Islam, sekalipun harus mengorbankan peperangan di dalam Kota Suci ini. Sementara Sophronius manganggap bahwa pendudukan orang-orang Islam adalah penjelmaan dari kehendak Tuhan yang dikirimkan untuk mengakhiri kekuasaan orang-orang Byzantium. Sophronius lebih memilih bernegosiasi dan menyerahkan Jerusalem kepada pihak Islam dengan jalan damai.

Orang-orang yang ikut berkumpul di Gereja dan mengikuti jalannya perdebatan akhirnya menyetujui pendapat sang Uskup. Mereka setuju jika Jerusalem diserahkan kepada Islam dengan jalan damai. Maka, salah seorang utusan dikirim untuk menemui pihak Islam di luar benteng. Utusan itu datang membawa syarat-syarat penyerahan Kota, yaitu tidak akan ada pengangkatan senjata, diizinkan sisa-sisa pasukan Byzantium untuk berangkat ke Mesir, dan penyerahan Jerusalem diterima secara langsung oleh pemimpin tertinggi Islam, yaitu Khalifah Umar. Abu Ubaidah menerima syarat-syarat tersebut. Ia pun mengundang Khalifah Umar ke Jerusalem untuk menerima penyerahan kota tersebut.



inilah gan klimaks kisah ini :


Kabar kedatangan Khalifah Umar ke Jerusalem telah tersebar ke seluruh pelosok kota itu. Semua menantinya dengan sukacita, seluruh penduduk Jerusalem pun tumpah ruah di gerbang kota. Tua dan muda, laki-laki dan perempuan tampak bersiap menanti arak-arakan kunjungan kenegaraan yang akan tiba, untuk melihat, menyambut dan mengucapkan selamat datang kepada Khalifah yang terkenal karena keadilannya itu. Namun arak-arakan yang diharapkan itu tidak ada.
Di ujung sana mereka hanya melihat dua orang yang sederhana bersama seekor unta yang kelelahan. Salah seorang dari mereka duduk di atas punggung unta, dan yang lainnya berjalan kaki sambil menuntun untanya. Para penduduk pun mengira bahwa khalifah pastilah yang duduk di punggung unta, segera seluruh penduduk kota berlarian menyongsong dan menyalami sang penunggang unta untuk menyambutnya, tapi ternyata yang duduk di punggung unta adalah pengawal khalifah. Karena dalam melewati perjalanan jauh dari Damaskus ke Jerusalem, Umar menghargai pengawalnya dengan bergantian menaiki unta mereka. Dan pada saat menjelang tiba di gerbang kota, merupakan giliran Umar lah yang berjalan menuntun unta. Semua orang takjub dengan pribadi sang pemimpin besar Islam itu. Umar pun hanya memakai jubah yang sudah lusuh dan jahitan. Ia juga hanya membawa perbekalan makanan ala kadarnya seperti sekantong gandum, sekantong kurma, sebuah piring kayu, sebuah kantong air dari kulit, dan selembar tikar untuk beribadah.


itulah khalifah Umar , shahabat Nabi yag adil dan telah dijanjikan masuk syurga,dan beliau adalah manusia terbaik setelah para nabi dan abu bakar,semoga Alloh merhamatimu wahai Umar,dan semoga kami umat islam bisa meneladani mu




sumber :
Spoiler for ini:


Diubah oleh pengusaha13 04-01-2014 07:30
0
5.4K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan