Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

properti87Avatar border
TS
properti87
4 Penyebab runtuhnya saham perusahaan Bakrie dan Hary Tanoe
Merdeka.com - Bos MNC Grup Hary Tanoesodibjo dan penguasa Bakrie and Brothers Aburizal Bakrie harus puas mendapati kinerja korporasinya yang jeblok tahun ini. Di tengah kesibukan keduanya di arena politik menjelang Pemilu 2014, lantai bursa justru jadi saksi terpuruknya kinerja perusahaan-perusahaan mereka.

Nama besar grup Media Nusantara Citra (MNCN) dan grup Bakrie and Brothers (BNBR) tidak menjadi jaminan kinclongnya kinerja saham konglomerasi. Dalam dunia bisnis, keduanya punya hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Hary Tanoe menjadi bagian dari bisnis Bakrie. Pun demikian sebaliknya.

Mengapa demikian? Alasannya sederhana, aset-aset yang dilego oleh grup Bakrie, diborong Hary Tanoe. Aksi korporasi ini sempat mencuri perhatian dan berimplikasi positif pada saham dua grup besar tersebut.

Namun di akhir tahun justru saham-saham perusahaan milik Hary Tanoe dan Ical lesu. Saham perusahaan-perusahaan milik Ical dan Hary Tanoe tidak mengalami pertumbuhan. Justru sebaliknya, rata-rata sahamnya anjlok.

"Saham perusahaan Bakrie dan Hary Tanoe memang rata-rata berkinerja buruk tahun ini," ujar Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo kepada merdeka.com, Selasa (31/12).

Rata-rata saham grup konglomerasi Bakrie anjlok hingga 19,33 persen. Saham grup konglomerasi MNCN jauh lebih buruk dari Bakrie. Rata-rata, saham perusahaan MNC anjlok hingga 22,64 persen. Hanya Saham PT Media Nusantara Citra saja yang sanggup tumbuh positif.

Satrio Utomo memaparkan beberapa penyebab ambruknya kinerja saham perusahaan Hary Tanoe dan Bakrie. Berikut paparannya.

1. Utang menumpuk
Merdeka.com - Lilitan utang dan kebiasaan gali lubang tutup lubang yang diterapkan di hampir semua perusahaan Grup Bakrie, membuat saham mereka anjlok. "Bakrie memang bermasalah dengan utang," tegasnya.

Persoalan utang yang membelit perusahaan-perusahaan di bawah bendera Grup Bakrie bukan rahasia lagi. Demikian pula soal upaya penjualan aset dan mencari pinjaman baru untuk membayar utang-utang mereka.

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) berambisi menurunkan utang perusahaan dari Rp 6,7 triliun menjadi Rp 3,5 triliun tahun depan.

"Kita berniat untuk mengurangi utang sebesar Rp 2,5 triliun sampai Rp 3 triliun. Kalau agresif sebenarnya tahun depan itu bisa Rp 3,5 triliun," ungkap Direktur Keuangan BNBR Eddy Soeparno.

Anak usahanya pun demikian. Bumi Resources juga berambisi memangkas beban utang sampai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 18,2 triliun tahun depan. Namun rencana ini tak jelas lantaran pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tidak ada keputusan soal ini.

2. Kisruh Perceraian BUMI dan Bumi Plc
Merdeka.com - Anjloknya saham Grup Bakrie juga tidak lepas dari sentimen kisruh perceraian PT Bumi Resources (BUMI) dan Bumi Plc. "Ada sentimen negatif dari persoalan itu," kata Satrio Utomo.

Manajemen PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mengakui belum ada kepastian terkait rencana pemisahan PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Saat ini perseroan tengah menjalani proses penyelesaian kerjasama antara BNBR dengan Bumi Plc.

Direktur Keuangan BNBR, Eddy Suparno mengatakan, dengan proses pelepasan saham Bumi Plc di BNBR tersebut, perseroan bakal melunasi keseluruhan saham BUMI yang dimiliki oleh BNBR di Bumi Plc. Sementara untuk total seluruh saham Bumi Plc yang harus dikembalikan oleh Bumi Resources adalah sekitar USD 437 juta.

3. Rebutan TPI
Merdeka.com - Satrio Utomo tidak menampik, perseteruan Hary Tanoe dan Siti Hardijanti Rukmana atau mbak Tutut terkait kisruh perebutan TPI, akhirnya turut berimbas ke saham-saham MNC.

"Ada pengaruhnya jelas karena mereka yang pegang valuasi pasti akan melepas setelah MA memenangkan gugatan Mbak Tutut soal TPI," ucapnya.

Pengamat Pasar Modal Yanuar Rizki juga menilai kisruh yang terjadi seputar putusan Mahkamah Agung (MA) yang mengembalikan status Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) ke mbak Tutut berpengaruh pada kinerja saham MNC Grup milik Hary Tanoesoedibjo.

Menurut dia, segala informasi negatif akan sangat berpengaruh terhadap kinerja harga suatu saham. "Investasi kan kalau ada informasi negatif bisa saja turun," ujar Rizki kepada merdeka.com, Minggu (13/10).

4. Bursa saham lesu
Merdeka.com - Satrio Utomo melihat, anjloknya saham grup konglomerasi MNC hal yang lumrah. Sebab, itu terjadi di tengah lesunya kinerja pasar saham dalam negeri.

Sikap investor pasar modal turut mempengaruhi lesunya pertumbuhan saham grup MNC. "MNC saya kira normal karena market (lesu)," ucapnya.

sumber

ada tambahan gan?
0
4.9K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan