Dibalik gemerlap dan kemajuan ekonominya, jepang menyimpan beberapa kisah pilu . Salah satunya adalah angka bunuh diri yg tinggi. Jepang memang tercatat sebagai salah satu negara yg memiliki angka bunuh diri tertinggi di dunia , ane pernah baca di sebuah media massa bahwa dalam 1 tahun ada sekitar 33.000 orang jepang melakukan bunuh diri .

Jika kita ingin membicarakan soal bunuh diri dengan penduduk jepang juga tidak mudah . Kita akan cenderung kesulitan mencari cerita2 orang bunuh diri di jepang. Kebanyakan penduduk jepang akan merasa tidak nyaman jika kita menanyakan tentang bunuh diri .

Bukan hanya dalam pembicaraan, bahkan pengumuman di kereta api juga seringkali menggunakan kalimat “Eufemisme”saat terjadi peristiwa bunuh diri (sering terjadi kasus penumpang yg loncat ke rel kereta). Pengumuman di kereta biasanya menggunakan kata2 seperti “Personal Injury”, “Customer fall”, atau “Human accident”, daripada menggunakan kata “rekishi” (kematian di kereta) atau bahkan kata “suicide” (bunuh diri).

Beberapa waktu lalu seorang temen ane yg stay disana bercerita banyak tentang kasus bunuh diri yg sering terjadi disana , seorang teman SMP nya baru saja ditemukan gantung diri di kamarnya. Sementara itu sahabatnya bunuh diri dengan melompat ke rel kereta api , salah satu metode bunuh diri yg populer dilakukan di jepang .

Bunuh diri memang ibarat epidemi di jepang . Gejala2 nya meluas dan menyebar layaknya outbreak dari sebuah infeksi Virus yg menyebar ke banyak orang. Alasan utama bunuh diri disana saat ini adalah karena Tekanan Ekonomi, Pengangguran, Stress, Kesepian atau bisa juga disebabkan karena Shokuba utsu (depresi di tempat kerja) .

Disatu sisi, bunuh diri merupakan masalah personal , akan tetapi jika jumlahnya mencapai puluhan ribu, maka sudah bukan masalah personal lagi deh . Melainkan sudah menjadi urusan / masalah sosial, ekonomi dan politik .Bisa dilihat dengan munculnya aksi demonstrasi yg dilakukan oleh kelompok warga yg peduli dan keluarga korban bunuh diri. Mereka mengumpulkan tanda tangan dari berbagai pihak untuk mendesak pemerintah agar segera turun tangan mengatasi masalah bunuh diri itu.

Pada tahun 2006, parlemen jepang telah menyetujui Undang Undang Pencegahan Bunuh Diri (Jisatsu Taisaku Kihon No). Akan tetapi langkah menuju pencegahan bunuh diri belum terlihat karena angka bunuh diri masih tetap tinggi .

Awal maret 2012 lalu, pemerintah jepang akhirnya bekerja sama dengan berbagai lembaga meluncurkan program kampanye pencegahan bunuh diri yg dinamakan “GKB47”, dan kampanye ini melibatkan group idol jepang terkenal yg ane yakin pasti fans2 nya bejibun deh di indonesia, ya ! ini melibatkan AKB48sebagai figur, dan ambassadornya.

GKB47 adalah singkatan dari Gate Keeper Basic 47. Gate Keeper mengajak segenap warga jepang untuk peduli dan memberi perhatian pada orang2 yg memiliki potensi bunuh diri di sekitarnya . Angka 47 mewakili jumlah Prefektur di Jepang.

Dengan adanya gerakan GKB47, warga jepang diharapkan dapat membantu apabila ada salah satu rekannya, saudara, teman, sahabat yg mengalami depresi atau kesulitan hidup . Bantuan yg diberikan pada mereka mulai dari konsultasi hingga pendampingan. Slogan gerakan tersebut adalah “You are also a member...” in other words, bahwa kita semua merupakan anggota GKB47 .

Dengan berbagai program, gerakan dan kampanye yg dilakukan, Kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, Pemerintah Jepang menargetkan tingkat angka bunuh diri bisa diturunkan setidaknya sampai 20% pada 2016. So, apakah program itu bisa berhasil ? banyak faktor yg harus dipertimbangkan memang .

Menurut ane pribadi sih, bunuh diri di jepang mencerminkan samacam gejala sosial yg kompleks . Masyarakat jepang adalah komunitas yg bergerak dinamis, akan tetapi menyimpan kekakuan dan ketegangan. Seakan2 mereka berlari-lari, berlomba-lomba dalam mengejar kemajuan ekonomi .

Dalam sebuah buku yg berjudul “The Runaway World”, Anthony Giddens mengatakan bahwa di dunia modern ini manusia memang cenderung lintang pukang, berlari mengejar kemajuan. Resikonya, terkadang kita lupa mencari makna hidup. Tekanan dunia modern membawa manusia pada kesepian, kehilangan dan berkurangnya kebahagiaan.

Perdana menteri jepang pada 2010, Naoto Kan, mengatakan bahwa jepang perlu melakukan semacam upaya untuk “minimize unhappiness in the country”dan mengurangi bunuh diri. Intinya dia mengajak pada smua warga jepang untuk mengurangi ketidakbahagiaan dan menjadikan hidup ini lebih bermakna .