1685Avatar border
TS
1685
IPK Tinggi Bukan Jaminan SUKSES


IPK Tinggi Tak Cukup untuk Bisa Sukses

JAKARTA - Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukan lagi satu-satunya ukuran yang menjamin kesuksesan seseorang di dunia kerja. Nilai akademis yang baik akan menjadi paket lengkap meraih kesuksesan jika ditambah dengan kerja keras yang dilakukan sepenuh hati.

Pendapat tersebut disampaikan Ketua Ombudsman Danang Girindrawardana di hadapan para calon wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Jebolan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM itu mengingatkan, IPK tinggi tidak menjamin seseorang meraih keberhasilan.

IPK tinggi, lanjutnya, hanya menjadi salah satu kunci pintu masuk kesuksesan. "Apapun pilihan anda, jika tanpa memaximumkan diri tentu tidak akan berhasil. Karena keberhasilan lebih ditentukan tindakan sesorang dengan sepenuh hati dan sepenuh aksi," kata Danang, seperti dinukil dari laman UGM, Minggu (17/11/2013).

Sementara itu, pembicara lainnya, yakni Pimpinan Yayasan Ani-ani Jewellery Budi Utomo mengungkap, keberhasilan bisa dilihat ketika sebuah profesi bisa menghidupi diri sendiri sekaligus menghidupi orang lain. Sementara pengalaman panjang, tambahnya, bisa mengantar seseorang pada pemahaman apa yang sebenarnya diinginkan selama ini.

Pada kesempatan itu, Pengelola Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Sleman tersebut juga berbagi pengalaman dalam menjalankan sebuah bisnis. Menurut Budi, perencanaan dan riset-riset pasar penting dilakukan bagi calon pebisnis muda. Karena pasar pun terkadang tidak tahu apa yang dibutuhkan.

Oleh karena itu, kata Budi, para pebisnis muda harus jeli dalam melihat kesempatan dan tidak mudah putus asa. "Inilah yang membutuhkan kejelian kita dan ditolak diawal-awal itu sudah biasa," tutur Budi.

Budi bercerita, pengenalan terhadap dunia kerajinan dan UMKM didapat saat bekerja pada perusahaan handycraft milik pengusaha Belanda di Bali. Merasa bosan dengan aturan-aturan, sistem, jadwal ketat dan lain-lain, Budi pun memutuskan mandiri dan membuka usaha sendiri.

"Karenanya proses kreatif dimulai. Dunia pernak pernik cukup menantang dan saya teringat sejak kecil terbiasa bikin pensil sendiri, menghias kamar, dan lain-lain. Itu semua dimulai pada 2006 sejak saya kembali ke Yogyakarta," tutupnya.

Sumber

Di Depan Mahasiswa Trisakti, Ahok: Dulu IPK Saya 2,7

Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama berkisah tentang anak-anak di kampungnya yang cerdas namun kurang beruntung. Mereka bisa lulus dengan nilai baik, tak seperti dirinya yang masih di bawah rata-rata.

"Kamu ini beruntung kuliah di Trisakti, saya kirim 4 anak (Belitung) ke Trisakti dan mereka lulus cum laude. Ada satu anak kaya anak pesantren gitu, namanya Santi, 3,8 IP-nya kalau nggak salah. Saya aja 2,7," kata Ahok sambil terkekeh.

Hal tersebut dia ungkapkan saat memberi motivasi bagi mahasiswa baru angkatan 2013 di ruang Gelanggang Mahasiswa, Kampus A, Universitas Trisakti, Jl Kyai Tapa no 1, Jakarta Barat, Minggu (29/9/2013).

"Saya ingin membuktikan kalimat bapak saya, kalau di kampung banyak yang lebih pintar. Sekarang Santi lagi mau ambil S2 di Jepang, kalau nggak salah," imbuh eks Bupati Belitung Timur itu.

Ahok juga mengingatkan para mahasiswa baru itu untuk mempunyai tanggung jawab sosial. Hal ini diperlukan karena interaksi dengan masyarakat sangat penting.

"Bahwa sebetulnya kalau kita mau benar-benar pasti bisa, setelah tamat inilah tanggung jawab sosial. Terutama sesama teman jangan putus silaturahim," kata Ahok.

Sebelumnya, Ahok juga mengatakan jika dirinya sebenarnya tidak berniat terjun ke dunia politik. Namun dirinya bertekad untuk membantu kaum papa dengan menjadi pejabat bersih dan bertanggung jawab.

[URL="http://news.detik..com/read/2013/09/29/190451/2372610/10/di-depan-mahasiswa-trisakti-ahok-dulu-ipk-saya-27"]Sumber[/URL]

Berorganisasilah, IPK bukan jaminan SUKSES

Organisasi adalah satuan social yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi. Organisasi adalah suatu system yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Banyak orang berorganisasi tanpa tau tujuan berorganisasi, ya memang tak perlu tau tapi ini adalah sifat dasar manusia. Manusia butuh rasa aman, butuh status dan harga diri, butuh interaksi, afiliasi, kekuasaan dan lain sebagainya. Dan apa yang saya sebutkan diatas ini, kita bisa mendapatkanya dalam berorganisasi. Dan media organisasi begitu banyak sekali ditataran mahasiswa.

Mahasiswa mana yang sampai saat ini tidak tahu BEM, Unit Kegiatan, Himpunan Mahasiswa? Saya rasa tak ada yang tak kenal. Namun yang jadi permasalahan ketika, mahasiswa hanya kenal tok tanpa mau menyelami. Sebenarnya apa yang menjadi masalah ketika mahasiswa tau namun acuh tak ingin masuk berorganisasi? Kemungkinanya banyak, Ayo kita sebutkan satu persatu !. Masalah waktu, Terlalu banyak Tugas-Praktikum, terlalu terpaku IP/IPK, ada lagi? Saya rasa alasan ini yang mendominasi mahasiswa pada umumnya.

(Indeks Prestasi) IP adalah parameter keberhasilan mahasiswa dibidang akademik. IP menjadi penting untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ataupun sebagai syarat masuk kerja. Beberapa mahasiswa mengejar IP tinggi sebagai pembuktian kemampuan diri. Sayang beribu kali saying ketika mahasiswa pragmatis, menganggap IP sebagai tujuan kuliah. Artinya kalau IP bagus artinya kuliah sukses. Padahal makna kuliah sendiri adalah pelajaran.

Belajar tidak hanya di aspek keilmuan, pengetahuan, namun juga pembelajaran hidup, pembelajaran tentang hakikat hidup. Yah, perkuliahan sekarang mengalami degradasi tentang ilmu hidup. Terbukti saat ini tidak ada mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang pada zaman dahulu, mata kuliah ini adalah mata kuliah wajib di semua jurusan karena ya itu lah kehidupan. IP tinggi memang penunjuk bahwa Mahasiswa sukses dibidang akademik, Sebagai pembuka banyak kesempatan kerja. Tapi pada kenyataany IP tidak digunakan lagi selain itu, pada kenyataanya pada wawancara kerja yang dinilai adalah pengalaman organisasi, kemampuan organisasi, tekad, manajemen, cara menghargai, public speaking dan banyak lagi yang kesemuanya adalah ada di dalam berorganisasi. Singkatnya, IP memberi banyak peluang, dan pengalam organsisasi adalah ‘jaminan’. Setidaknya keduanya harus seimbang. Masalah waktu juga bukan menjadi alasan untuk tidak berorganisasi karena didalam berorganisasi diajarkan manajemen waktu.

“bila dikaitkan dengan fungsi lain dari kampus sebagai agen perubahan (agent of change), maka peran para mahasiswa aktivis tak dapat dilihat dengan sebelah mata. Mereka selalu menjadi motor penggerak dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dalam menyikapi tuntutan-tuntutan kritis masyarakat dan permasalahan sosial, ekonomi dan politik lainnya.” (Ahamad Basuki)

Yang diharapkan masyarakat Indonesia saat ini adalah sarjana-sarjana yang handal, cerdas, peduli dan berjiwa social tinggi. Untuk itu, saya dalam tulian ini mengharapkan kepada semua mahasiswa untuk masuk kedalam unit organisasi dikampusnya. Karena didalam kuliah kita tidak hanya bisa mendapat ilmu pengetahuan, tapi juga ilmu kehidupan.

“Ingat, IP hanya membuka peluang, dan yang menjadi jaminan adalah skill. Apakah orang sukses selalu tercantum IP dalam biografinya? Tapi pasti tercantum pengalam organsisasi dan pengalaman hidupnya.”

Sumber
Polling
0 suara
Setujukah dengan Thread ini
Diubah oleh 1685 18-11-2013 03:24
0
8.1K
65
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan