Quote:
TRIBUNNEWS.COM, SYDNEY- Peretas Indonesia kembali melancarkan aksi membobol sejumlah situs berbasis di Australia. Hal tersebut dilakukan sebagai balasan atas penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia dan Amerika Serikat.
Diantara situs Australia yang menjadi korban peretas Indonesia sama sekali tidak terkait dengan pemerintah Australia yaitu badan amal anti perbudakan, dan asosiasi kanker anak-anak.
Juga terdapat sekolah, dan situs kelompok masyarakat Australia, dimana jumlah situs yang telah diretas menurut pemberitaan Sydney Morning Herald, Rabu (6/11/2013), berjumlah 100 situs.
Namun itu bukan berarti aksi peretasan berhenti, salah satu kelompok peretas bersumpah untuk melanjutkan operasinya hingga pemerintah Australia mengakui perbuatan mereka.
''Katakan kepada pemerintah anda (Australia), kami akan berhenti, jika ada pengakuan yang jelas bahwa mereka memata-matai Indonesia," ujar juru bicara Tentara Cyber Java, dalam akun Facebooknya.
Yayasan Tumor Anak Australia yang situsnya menjadi salah satu korban peretasan para peretas Indonesia mengaku tidak mengerti mengapa mereka ikut disasar.
Mereka mengatakan selama ini mendukung orang-orang dan keluarga yang menderita gangguan genetik neurofibromatosis.
"Saya tidak bisa membayangkan mengapa seseorang akan menyerang badan amal kecil seperti ini, saya kira hanya karena kita merupakan sasaran empuk," ujar kepala badan amal itu, Lisa Cheng.
Korban lain adalah The Freedom Project, sebuah badan amal yang berbasis di Sydney yang selama ini memerangi perbudakan global dan perdagangan manusia.
"Mengapa sebuah organisasi kemanusiaan? Saya tidak mengerti," ujar Direktur The Freedom Project, Michael Newton-Brown.