Langkah Pemrov DKI yang akan memberlakukan denda maksimal terhadap pelanggar lalu lintas yang masuk ke jalur busway, menurut Indonesia Police Watch (IPW), harus disertai dengan pembenahan perilaku para anggota polisi lalu lintas (polantas) yang bertugas dilapangan.

Selama ini dilapangan, menurut Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), banyak oknum polantas yang bertugas dilapangan justru memanfaatkan situasi kemacetan di jalan raya dengan membiarkan kendaraan lewat di jalur-jalur pintu masuk busway, lalu menunggu di ujung jalur busway untuk menjebak pengendara yang tidak sabar dengan kemacetan yang terjadi.

Menurutnya, polantas yang bertugas seharusnya mau bertugas untuk mengurangi kemacetan di pintu-pintu masuk jalur busway bukan di ujung jalur busway sehingga pengguna jalan yang frustasi menghadapi kemacetan tidak lantas menerobos jalur Transjakarta.

Karena menurut Neta, banyak petugas kepolisian di jalan raya yang terkesan mau seenaknya sendiri dan tidak peduli dengan kemacetan parah di pintu masuk busway serta memanfaatkan situasi ini untuk menjebak para pengguna jalan yang melewati jalur Transjakarta.

IPW menilai, kebijakan denda maksimal kepada para pelanggar jalur busway justru hanya akan menguntungkan oknum polantas yang sering menjebak para pengendara lalu lintas. Angka pungutan liar (pungli) akan melonjak tajam. Jika selama ini para oknum polisi tersebut mau diberi pungli antara Rp.20 ribu-Rp.50 ribu nantinya bisa melonjak menjadi Rp.200 ribu-Rp.300 ribu.

IPW menyarankan, agar Ditlantas Polda Metro Jaya untuk membenahi dan menertibkan perilaku negatif anggotanya dilapangan dengan cara menurunkan tim dari Propam atau Intel untuk memantau dan menangkap oknum petugas kepolisian yang suka menjebak dan tidak acuh dengan kemacetan di pintu masuk jalur busway.


Polisi Suka Menjebak Di Jalur Busway