Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dipi27Avatar border
TS
dipi27
Bela Diri Mixed Martial Art Tidak Seseram yang Dilihat

azimnya olah raga ekstrem, Mixed Martial Art (MMA) atau seni bela diri bebas merupakan olahraga yang mengandung banyak risiko cedera. Tangan terkilir, lebam, memar, bahkan hingga patah tulang adalah cedera yang bisa menimpa bagi atlet yang menggeluti bela diri ini.

Sebab dalam olahraga yang mencampur berbagai seni bela diri tersebut memperbolehkan berbagai macam serangan ke banyak area tubuh lawan. Praktis hanya mencongkel mata, menyerang kemaluan, menginjak kepala, menjambak dan menanduk yang dilarang dalam arena pertarungan itu.

"Karena ini olahraga kontak fisik, maka cedera pasti jadi bagian tidak terpisahkan," ujar Petarung MMA asal Jakarta, Agus, ketika ditemui di Muay Thai Camp, Jakarta.

Umumnya cedera yang dialami atlet MMA adalah tangan terkilir akibat salah menjatuhkan badan atau lebam di bagian wajah. Maklum saja, bantingan dan pukulan ke arah wajah merupakan dua teknik andalan yang biasa digunakan dalam olahraga yang bermula dari Jepang tersebut.

Meski demikian risiko cidera dapat diminimalisir. Caranya, dengan memahami teknik dengan benar. Hindari menahan badan dengan tangan ketika dalam posisi jatuh atau bersiaplah mengalami cedera parah pada bagian lengan.

Selain itu atlet MMA juga perlu menggenjot kekuatan fisik lebih ekstra. Sebab olahraga jenis ini menguras energi jauh lebih besar dari olahraga bela diri lainnya. Serangan dapat muncul dari atas berupa pukulan dan tendangan atau bisa berasal dari bawah berupa kuncian.

Beragam serangan itulah yang memerlukan stamina lebih bagi petarung MMA. "Energinya bisa 50 persen lebih besar dari olahraga bela diri lain," terang pria berusia 24 tahun tersebut.

Untuk itu, seorang atlet harus serius menjaga kondisi fisiknya agar tidak menjadi lemah saat di arena pertarungan. Juara Kejurnas Wushu Sanshou tahun 2007 itu menambahkan latihan rutin tiga kali sehari dan enam hari seminggu belumlah cukup.

Petarung juga wajib menjaga makanannya. Asupan makanan harus diperhatikan jangan memakan makanan yang berisiko melemahkan kondisi fisik.
"Minus es, makan gorengan dan sambel itu bisa menurunkan kualitas stamina," papar Agus.

Pada level profesional hal-hal semacam itu tentu menjadi perhatian utama yang tidak boleh terlewatkan. Seorang petarung tidak hanya dilihat sebagai atlet, tapi juga juga bagian dari industri olahraga itu sendiri. Jadi berbagai jaminan akan kesehatan dan kenyamanan petarung akan diutamakan.

"Bahkan bagi atlet profesional, kita asuransikan mereka selama turnamen," tambah Senior manager PR & Communication ONE FC, Loren Mack.

Meski banyak mengandung risiko cedera, tapi levelnya lebih rendah ketimbang olahraga ekstrem lain. Misalnya dibandingkan American Football atau Hoki Es, risiko cedera pada MMA masih lebih rendah.

Syarif, Tim Komunikasi ONE FC ikut menuturkan, dalam pertarungan MMA ada banyak titik yang menjadi sasaran dari setiap petarung. Tidak fokus pada bagian tertentu saja.

Hal ini berbeda dengan olahraga lain yang membatasi serangan pada area tertentu. Jika seorang atlet mendapat serangan terus-menerus pada satu titik, maka risiko mengalami cedera akan jauh lebih besar.

"Kalau tinju itu serangannya ke arah wajah. Karena wajah yang terus dipukul maka risikonya jauh lebih besar ketimbang serangan ke berbagai titik," tukas Syarif.

Sumber::: http://id.olahraga.yahoo.com/news/mm...042245559.html
0
2.6K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan