Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

babpetAvatar border
TS
babpet
HM Sampoerna Dynasty

LIEM SEENG TEE









Liem Seeng Tee
istri: Seem Tjiang Nio
anak:Liem Swie Hwa (Adi Sampoerna)
Liem Swie Ling (Aga Sampoerna)

Liem Swie Sien
Liem Swie Hwee
Lien Swie Kwang



Liem Seeng Tee dilahirkan tahun 1893 di sebuah keluarga miskin di Fujian, Cina. Dia datang ke Indonesia tahun 1898 bersama kakak perempuan dan ayahnya, Liem Tioe. Tak lama setelah tiba di Indonesia, ayahnya meninggal karena malaria. Sebelum meninggal, kakak perempuannya diadopsi sebuah keluarga di Singapura sedangkan Liem dititipkan di sebuah keluarga Cina di Bojonegoro. Ia diasuh di sana hingga umur 11 tahun. Ia lalu berjualan makanan kecil di dalam gerbong kereta api jurusan Surabaya - Jakarta dengan cara melompat pada malam hari. GOSIPNYA ia pernah berjualan selama 18 bulan penuh tanpa istirahat. Di sana ia belajar meracik tembakau yang lalu dijual di stasiun kereta api.

Tahun 1912, Liem berjualan arang dengan sepeda tua yang dibeli dari hasil berjualan makanan kecil dalam gerbong kereta. Ketika berjualan, ia bertemu dengan seorang gadis Hokkian, Seem Tjiang Nio, dan menikahinya di tahun yang sama. Tidak lama setelahnya, ia mendapatkan pekerjaan sebagai peracik dan pelinting rokok di sebuah pabrik rokok di Lamongan. Belum lama ia bekerja, ia berhenti dan menyewa sebuah rumah kecil yang ia jadikan warung di Jl. Tjantian di Surabaya Lama. Istrinya berjualan makanan kecil sedangkan ia menjual rokok racikannya sendiri dengan berkeliling memakai sepeda.

Tahun 1913 Liem membeli rumah di Jl. Ngaglik, Surabaya untuk kemudian dijadikan home industry rokok kretek yang berbadan hukum dengan nama Handel Maatschappij Liem Seeng Tee yang lalu diubah lagi menjadi Handel Maatschappij Sampoerna. Perusahaan ini memproduksi rokok dengan aneka macam merek dagang seperti Dji Sam Soe / 234, 123, 720, 678, Welkomm, Summer Place, Dapoean, dan Djangan Lawan. Semua merek itu ditujukan untuk beragam segmen pasar, tapi andalannya adalah Dji Sam Soe yang membidik segmen pasar premium. GOSIPNYA nama Dji Sam Soe diambil berdasar jumlah karyawannya saat itu, 234.

Liem sengaja membangun rumah tinggal di dalam lingkungan pabrik agar ia dapat dengan seksama mengawasi operasional pabrik dan juga agar anaknya bisa belajar tentang bisnis. Selain itu, Liem berusaha untuk mendekatkan diri dengan para manajernya dan dengan adanya rumah tinggal di lingkungan pabrik, ia bisa mengajak para manajernya untuk makan siang bersama-sama dan hal ini pun menjadi sebuah tradisi perusahaan.

Pada awal tahun 1916, Liem ditawari memborong berbagai macam jenis tembakau dari perusahaan rokok yang bangkrut dengan harga murah, dengan syarat pembelian tersebut harus dilunasi kurang dari 24 jam. Ia beruntung karena secara diam-diam istrinya menabung dan menyimpan uang di salah satu tiang bambu rumahnya.

Melalui perusahaan ini pasangan yang dikaruniai dua putra dan tiga putri ini melayani pesanan rokok dengan aneka citarasa dengan mesin pelinting sederhana.


Dji Sam Soe dituliskan dengan angka 234 yang jika dijumlahkan adalah 9, yang merupakan angka keberuntungan Liem.

Quote:


Tahun 1942 perusahaan ini sudah memiliki 1300 orang karyawan yang bekerja dua shift dan memproduksi lebih dari tiga juta batang rokok per minggu.

Quote:


Liem memulai kembali usahanya dan membangkitkan lagi merek Dji Sam Soe. Perlahan tapi pasti usahanya kembali berkembang. Tapi ideologi komunisme berkembang dan memutuskan hubungan kekeluargaan dengan para karyawannya sehingga Liem tak bisa mengunjungi pabriknya untuk menyapa para karyawannya hingga ia meninggal tahun 1956.

HM Sampoerna mendapat tantangan besar sepeninggal Liem yakni ketika usaha itu dikelola oleh dua putri Liem,

Sien dan Hwee beserta suami mereka. Tantangan itu adalah investor asing yang masuk ke Indonesia dan membangun industri rokok putih dengan teknologi mesin linting. Sementara itu dua putra Liem, Hwa lebih suka membuka usaha tembakau sedangkan adiknya Ling membuka pabrik rokok di Denpasar dengan merek Panamas yang GOSIPNYA menggerogoti pasar HM Sampoerna di Jawa Timur.

Khawatir akan nasib HM Sampoerna, Hwa menyurati adiknya dan memintanya mengambil alih perusahaan karena ia merasa usahanya sendiri tidak bisa dilepaskannya begitu saja. Ling memenuhi permintaan itu dan memindahkan Panamas ke Malang agar tidak jauh dari HM Sampoerna. Ling yang lebih dikenal sebagai Aga Sampoerna, ternyata membuat HM Sampoerna berkembang pesat.
Diubah oleh babpet 17-03-2013 11:32
0
26.3K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan