MEREKA mungkin hanya mesem-mesem saja dengan kebawelan kita—atau dengan suka hati ikutan menyerbu camilan di meja kerja kita. Pernah terlintas tentang apa yang dipikirkan oleh kaum pria terhadap rekan-rekan wanita di tempat kerja mereka? DailySylvia sengaja mengadakan survei ke kelompok pria berusia 25-35 tahun, dari beragam profesi (dari copywriter, marketing, IT, pekerja LSM sampai pekerja lepas). Mau tahu hasilnya?

1. 80 % pria mengaku bahwa kehadiran rekan kerja wanita membuat hidup lebih berwarna dan unik. Mulai dari ikut menjadi saksi ‘drama’ percintaan kita—sampai kejutan-kejutan kreatif yang tidak pernah mereka alami sebelumnya.
“Waktu saya ulangtahun, beberapa rekan kerja wanita menyiapkan kejutan berupa kue ulangtahun dengan foto saya. Hahaha, niat banget. Coba kalau sama rekan kerja pria, mana ada perlakuan istimewa seperti itu?” cerita Aji Darma (27), copywriter.

2. 50 % pria bilang bahwa mereka “membahas” rekan kerja wanita mereka dengan rekan kerja pria lainnya.
“Yang dibahas macam-macam sih, misalnya gaya berpakaian atau model rambut mereka yang ajaib—atau kadang sifat mereka yang kadang nyebelin. Tapi ya hanya sesekali saja dan tergantung juga sih siapa yang diomongin. Kalau atasan wanita sih biasanya nggak berani lah. Tembok dan pintu kan punya telinga dan mulut. Sepanjang-panjangnya mulut, pikiran dan akal sehat harus lebih panjang, ha ha ha…” jelas Ricky (26), account executive.

3. Atasan wanita? Nggak masalah tuh, ujar 40 % responden.
“Kalau soal keberhasilan sih bukan soal gender ya. Kalau memang kompeten, punya kemampuan manajemen yang baik dan jam terbang yang sudah tinggi, mengapa tidak? “ David (28), relationship manager.
“Atasan wanita bisa lebih detail, teliti namun sekaligus lebih cerewet juga. Tapi mungkin sudah nature-nya begitu. Saya pernah punya bos yang mood-nya gonta-ganti. Stres tiap hari harus bisa “baca” suasana hatinya.” Aksa (30), accounting staff.

4. 60 % dari responden mengaku mereka “berkompetisi” dan masih tidak terima bila rekan kerja wanita mereka mendapat promosi lebih cepat.
“Wanita tuh lebih luwes dan kadang diuntungkan oleh penampilan luar mereka. Itu sangat membantu, terutama untuk pekerjaan yang harus banyak bertemu dengan orang lain. Sifat wanita yang terlalu terbuka bisa jadi bumerang buat mereka, loh. Setidaknya saya jadi tahu kemampuan mereka dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Saya terang-terangan berkompetisi dengan mereka—dengan strategi yang baik tentunya.” Danan (29), sales.

5. Hanya 40% dari responden yang mengaku masing “hang out” selepas jam kerja dengan rekan wanita mereka—biasanya bila ada acara makan-makan ulangtahun, nobar atau acara kantor. Sisanya? Langsung pulang atau memilih berkumpul dengan sahabat/komunitasnya sendiri. Sementara 20% responden mengaku bahwa mereka tidak keberatan memiliki hubungan asmara dengan rekan wanita mereka “selama masih sama-sama single dan available.” Sementara sisanya?
“Menjalin hubungan dengan rekan kerja tuh sebaik mungkin dihindari deh. Kalau putus bikin repot karena masih harus ketemu tiap hari, kalau lanjut pun menimbulkan masalah baru karena salah satu dari kami harus keluar. Lagipula bosen banget masa tiap hari ketemu masih pacaran juga?