- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bela Jokowi, Tokoh PDIP: Amien Rais Sok Nasionalis
TS
bagaswara
Bela Jokowi, Tokoh PDIP: Amien Rais Sok Nasionalis
Quote:
Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Hasto Kristyanto akhirnya angkat bicara menanggapi pernyataan Amien Rais, mantan Ketua MPR RI, soal keraguan nasionalisme Joko Widodo dan Megawati Sukarno Putri. Ia menyatakan, Amien-lah yang sok nasionalis.
Ia mengurai kembali saat Amien menjadi Ketua MPR. Waktu itu presidennya Megawati. Kebijakan privatisasi Indosat dan kebijakan BPPN Megawati yang dinilai berlawanan dengan semangat nasionalisme, ujarnya, adalah untuk melaksanakan ketetapan MPR karena presiden sebagai mandataris MPR. "Ketua MPR waktu itu adalah Amien Rais."
"Pak Amien lah yang harus bertanggungjawab terhadap liberalisasi politik yang dilakukan tergesa-gesa melalui amandemen UUD 1945," kata Hasto tadi malam.
Ia menyatakan, kegagalan agenda reformasi justru di tangan Amien. Karena itu, ia tidak sependapat kalau Amien disebut tokoh reformasi. Justru Amienlah yang menyebabkan agenda reformasi gagal.
Ia mengingatkan, melalui Deklarasi Ciganjur, Amien bersama Abdurahman Wahid, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Megawati menandatangani komitmen dihadapan mahasiswa untuk tidak bekerja sama dengan kekuatan orde baru. Namun justru Amien yang mengingkari. Demi ambisi sebagai Ketua MPR, ia mengingkari deklarasi Ciganjur. Menurut dia, itulah pelanggaran etika politik terbesar pada awal reformasi.
"Disitu ada transaksi kekuasaaan politik yang pertama dilakukan Amien. Itu menyebabkan agenda mahasiswa (untuk reformasi) tidak terlaksana," kata dia.
Ia juga menambahkan, pada saat pembahasan Undang-undang Penanaman Modal yang ditolak Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PAN justru setuju. PAN setuju ketika Blok Cepu diberikan Exxon. PAN setuju ketika Undang-undang Free Trade Zone diberlakukan di Batam. PAN setuju privatisasi selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya ajak Pak Amien debat terbuka sesuai kaidah-kaidah Pancasila yang mengedepankan kejujuran dalam mengungkap fakta-fakta," kata dia.
Ia mengurai kembali saat Amien menjadi Ketua MPR. Waktu itu presidennya Megawati. Kebijakan privatisasi Indosat dan kebijakan BPPN Megawati yang dinilai berlawanan dengan semangat nasionalisme, ujarnya, adalah untuk melaksanakan ketetapan MPR karena presiden sebagai mandataris MPR. "Ketua MPR waktu itu adalah Amien Rais."
"Pak Amien lah yang harus bertanggungjawab terhadap liberalisasi politik yang dilakukan tergesa-gesa melalui amandemen UUD 1945," kata Hasto tadi malam.
Ia menyatakan, kegagalan agenda reformasi justru di tangan Amien. Karena itu, ia tidak sependapat kalau Amien disebut tokoh reformasi. Justru Amienlah yang menyebabkan agenda reformasi gagal.
Ia mengingatkan, melalui Deklarasi Ciganjur, Amien bersama Abdurahman Wahid, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Megawati menandatangani komitmen dihadapan mahasiswa untuk tidak bekerja sama dengan kekuatan orde baru. Namun justru Amien yang mengingkari. Demi ambisi sebagai Ketua MPR, ia mengingkari deklarasi Ciganjur. Menurut dia, itulah pelanggaran etika politik terbesar pada awal reformasi.
"Disitu ada transaksi kekuasaaan politik yang pertama dilakukan Amien. Itu menyebabkan agenda mahasiswa (untuk reformasi) tidak terlaksana," kata dia.
Ia juga menambahkan, pada saat pembahasan Undang-undang Penanaman Modal yang ditolak Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PAN justru setuju. PAN setuju ketika Blok Cepu diberikan Exxon. PAN setuju ketika Undang-undang Free Trade Zone diberlakukan di Batam. PAN setuju privatisasi selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya ajak Pak Amien debat terbuka sesuai kaidah-kaidah Pancasila yang mengedepankan kejujuran dalam mengungkap fakta-fakta," kata dia.
sumber: TEMPO
hahaha mau mengkritik tapi tidak melihat dirinya sendiri terlebih dahulu bagaimana pendapat agan2? oia ini berita sebelumnya yang terkait
Amien Rais Ragukan Nasionalisme Jokowi
Quote:
Jakarta - Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, meragukan kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Ia menilai kesuksesan yang disebut-sebut melekat dalam kepimimpinan Jokowi, begitu sang gubernur biasa disapa, hanya pencitraan. "Di Solo itu yang bekerja Rudi (FX Rudi, wakil wali kota). Saya ini orang Solo, kemiskinan dan kumuh masih banyak," katanya kepada Tempo di kediamannya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 12 September 2013.
Menurut Amien, Jokowi belum bisa dianggap sukses memimpin Jakarta. Alasannya, kemacetan dan kumuh masih menjadi persoalan. "Dia berhasil membersihkan Pasar Tanah Abang, tetapi macet Jakarta masih terasa," ujarnya.
Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999-2004 itu juga meragukan Jokowi punya komitmen nasionalisme kuat kendati berasal dari partai nasionalis, PDI Perjuangan. Amien menyebut kebijakan Megawati Sukarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, saat menjadi presiden, yaitu menjual saham PT Indosat Tbk ke asing, pembebasan utang pengusaha hitam, merupakan kebijakan yang berlawanan dengan semangat nasionalisme."Mega saja bisa seperti itu," katanya.
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah itu menilai kelompok politik Islam belum tentu berkoalisi dengan Jokowi jika maju sebagai calon presiden. "Belum tentu," katanya. Pernyataan itu berbeda dengan pernyataan Amien baru-baru ini di berbagai media yang menggadang-gadang kemungkinan Jokowi berduet dengan Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN.
Menurut Amien, Jokowi belum bisa dianggap sukses memimpin Jakarta. Alasannya, kemacetan dan kumuh masih menjadi persoalan. "Dia berhasil membersihkan Pasar Tanah Abang, tetapi macet Jakarta masih terasa," ujarnya.
Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999-2004 itu juga meragukan Jokowi punya komitmen nasionalisme kuat kendati berasal dari partai nasionalis, PDI Perjuangan. Amien menyebut kebijakan Megawati Sukarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, saat menjadi presiden, yaitu menjual saham PT Indosat Tbk ke asing, pembebasan utang pengusaha hitam, merupakan kebijakan yang berlawanan dengan semangat nasionalisme."Mega saja bisa seperti itu," katanya.
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah itu menilai kelompok politik Islam belum tentu berkoalisi dengan Jokowi jika maju sebagai calon presiden. "Belum tentu," katanya. Pernyataan itu berbeda dengan pernyataan Amien baru-baru ini di berbagai media yang menggadang-gadang kemungkinan Jokowi berduet dengan Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN.
sumber: TEMPO
0
8.4K
Kutip
98
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan