Kaskus

Entertainment

yucaneAvatar border
TS
yucane
Sandra Niessen si pecinta Ulos Batak
Sandra Niessen si pecinta Ulos Batak
Sandra Niessen si pecinta Ulos Batak
Perempuan keturunan Kanada-Belanda berambut putih ini lebih senang dipanggil Namboru. Tak heran, sejak 1979 Sandra Niessen sempat blusukan ke Tanah Batak untuk meneliti ulos demi gelar doktornya di Universitas Leiden, Belanda. Baginya ulos bukan sekedar kain biasa.
“Terimakasih banyak ito. Ikon mahata Batak. Ale dang boi godai,” katanya dengan fasih ketika berbincang dengan pengunjung Festival Danau Toba 2013, di Bukit Beta, Samosir, Selasa (10/9).
Penelusurannya meneliti ulos telah membuatnya jatuh cinta dengan kain khas daerah Batak ini. Demi penelitiannya, ia berteman dengan puluhan partonun (penenun) dari Toba, Simalungun, Karo, Angkola, Mandailing dan Pak-pak demi merangkum Legacy in Cloth : Batak Textiles in Indonesia, judul disertasinya untuk meraih gelar doctor di bidang Antropologi.
Ia tergugah untuk melestarikan ulos sebagai warisan budaya Batak yang hampir punah. Ia bahkan rela mempelajari bahasa Batak selama satu tahun dan otodidak belajar bahasa Indonesia untuk memudahkan dirinya berkomunikasi demi menggugah hati masyarakat Batak dan pencinta ulos.
“Ini kain indahnya luar biasa. Kali ini saya pulang kampung lagi untuk membawa 17 buah ulos langka yang saya temukan. Kalian pasti terkejut dan merasa gembira melihat ulos ini. Tapi seharusnya juga merasa sedih. Kenapa ulos ini malah saya temukan di Australia,” keluhnya.
Ia mulai memilah-milah ulos yang berada di sebelahnya. Lalu menyandang salah satu ulos berwarna indigo yang dulu warnanya dibuat dari bahan alami tumbuh-tumbuhan. Sandra mengenakan kaos hitam bertuliskan Pulang Kampung III dengan background Danau Toba dan Samosir. Dibawahnya bertuliskan “ Dahulu kala dengan solu orang Batak mengarungi danau. Kini Rangsa Ni Tonun, pameran ulos dan gendang diarungkan Boat Budaya.
Di FDT 2013 ini merupakan kali ketiga ia pulang kembali ke tanah batak. Setelah sebelumnya ia menerbitkan disertasinya menjadi buku dan membuat buku berikutnya tentang perjalanannya membagikan disertasinya kepada para partonun, kali ini ia datang dengan sebuah film Rangsa Ni Tonun. Ia juga berkeliling daerah dengan menaiki perahu selama belasan hari untuk mengunjungi daerah-daerah batak di sekitar Danau Toba untuk memperlihatkan ulos dan filmnya.
“Film ini mengisahkan tentang kecintaan saya terhadap ulos. Dan bagaimana masyarakat Batak sekarang ini memaknai ulos,” katanya.
Ia lalu memperlihatkan satu persatu ulos yang dimilikinya. Masyarakat sekitar dan pengunjung FDT 2013 tampak takjub dengan ulos yang dimilikinya. Mereka bergerombol dan mencoba membelai ulos itu satu persatu. Christine Hakim, artis tanah air, yang kebetulan menonton FDT 2013, juga tampak berbinar ketika mencoba memegang ulos tersebut. Bahkan Bupati Samosir Mangindar Simbolon sempat mengerutkan keningnya ketika memegang salah satu ulos berwarna indigo yang dimiliki Sandra.
“Ini..ini ulos darimana ini. Saya kok betul-betul tidak bisa mengingatnya pernah ada di suku Batak. Ini darimana ini?,” tanyanya.
Sandra lalu menjelaskan kalau dulu ulos tersebut tidak terdeteksi berasal dari suku batak yang mana. Namun ia memastikan Stephanie, warga Australia yang memilikinya, mendapatkannya dari partonun di Batak.
“Saya juga tidak tahu ini darimana. Tapi ini koleksi dia (Stephanie),” jelasnya. Ia mengaku mengarungi dunia untuk mencari keberadaan ulos batak ini. Baik dari museum maupun koleksi yang dimiliki pribadi.
Sandra tak berniat memberikan semua ulos yang diperolehnya itu kepada masyarakat. Ia khawatir kalau diberikan malah akan dijual kembali. Ia lebih memilih menempatkannya di museum tekstil Jakarta.
“Nanti kalau saya berikan, malah dijual. Ini kan harganya sangat mahal sekarang. Nanti saja kalau sudah ada museum batak baru dipindahkan,” katanya tersenyum.
Ia menyayangkan masyarakat Batak yang terkesan tidak peduli dengan mahakarya leluhur yang bentuknya indah itu. Apalagi tidak ada juga generasi penerus yang ingin menekuni profesi partonun. Tidak hanya sekedar pekerjaan atau hobi, tapi juga kecintaan terhadap warisan nenek moyang.
“Saya ini orang barat. Kenapa malah saya yang peduli,” katanya tersenyum tipis.

Sumber: TRIBUN-MEDAN.com

Kunjungin jg postingan aq ya
Pesawat Jet Mewah Emirates
Korea Sukses Ciptakan Rekayasa Ekosistem Global
Bendungan-Bendungan Terbesar di Dunia
Gunung Terbesar di Bumi ditemukan di Samudera Pasifik
0
3.7K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan