madi.notoAvatar border
TS
madi.noto
Panen Sorgum, Bupati Belu Berterimakasih ke Dahlan
Spoiler for reff:


ATAMBUA - Bupati Belu Joachim Lopez tak hentinya mengucap syukur pada Tuhan karena perekonomian warganya kini bisa lebih maju. Menurutnya, keberhasilan yang dicapai karena dorongan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan untuk membudidayakan tanaman sorgum.

"Ini luar biasa sekali, 4 bulan yang lalu bapak (Dahlan Iskan-red) datang ke sini untuk ikut menanam sorgum. Sekarang datang untuk panen hasilnya," ujar Belu saat memberikan sambutan di acara panen sorgum di Nareksa, Atambua, NTT, Sabtu (24/8).

Semangat menanam tanaman sorgum itu kata Belu, telah membuat pola pikir masyarakat di Atambua berubah drastis. "Pak Dahlan telah berhasil membawa perubahan bagi masyarakat di sini yaitu perubahan mainset yang akhirnya direspon baik oleh masyarakat di Atambua. Ini program terobosan yang luar biasa. Dengan adanya upaya ini bisa merubah bangsa kita dan perubahan perilaku etos kerja," papar dia.

Di tempat yang sama Dahlan mengatakan dirinya berusaha mencari jalan keluar bagi perekonomian masyarakat Atambua. Sebelum mendorong masyarakat untuk menanam sorgum, Dahlan mengumpulkan informasi mengenai tanaman apa yang cocok ditanami dengan keadaan cuaca di Atambua. Akhirnya diketahuilah tanaman sorgum yang tepat.

"Saya mencoba mendorong masyarakat di Atambua untuk menanam sorgum 200 hektar. Mengapa sorgum? karena tanah di sana gersang dan tidak bisa ditanami jagung," terang Dahlan.

Percobaan 200 hektar itu kata Dahlan bisa menghidupi seribu rumah tangga. Terlebih sorgum bisa diolah menjadi bioetanol yang nantinya bisa digunakan untuk kompor rumah tangga. "Saya tahu untuk beli minyak tanah di Atambua sulit. Sorgum ini dari batang sampai ampasnya bisa dimanfaatkan semuanya. Tanamannya bisa untuk tepung, batangnya kalau diperas bisa untuk bioetanol dan ampasnya untuk makan sapi," tutur mantan Dirut PLN ini.

Di tempat ini pula, Dahlan sekaligus mengecek hasil pelatihan 40 siswa di Atambua yang waktu itu sempat dididik di Jakarta untuk bisa membuat mesin pengolah sorgum.

"Kita minta puluhan siswa di Atambua yang kita didik di Jakarta. Biar mereka bisa membuat dan membongkar mesin itu. Jadi setelah mereka balik ke Atambua kalau mesinnya rusak bisa diperbaiki sendiri, gak perlu nunggu lama dan bisa ngajarin masyarakat di sini," harap Dahlan.

Di acara panen sorgum ini, berbagai tepung berhasil diolah menjadi berbagai makanan, seperti kue kering, mie, cendol dan lain sebagainya. Dahlan pun tak mau melewatkan kesempatan mencoba makanan ringan ini satu persatu. Bahkan saking bangganya, pria berusia 62 tahun ini menyuapi satu persatu awak media supaya bisa merasakan enaknya mengkonsumsi makanana dari tanaman sorgum. (chi/jpnn)

Sorgum, Sapi, dan Burung di Belu
PESAWAT militer CN 295 TNI-AU mendarat mulus di landasan yang hanya 1.200 meter yang masih berdebu di Atambua, Belu. Kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste. Itulah kali pertama saya naik pesawat yang sudah lama saya sebut-sebut namanya, tapi belum pernah saya rasakan terbangnya.

Cuaca pagi Atambua sangat cerah. Meski mulai menggersang, udaranya enak, tidak panas menyengat: 28 derajat Celsius. Ini berbeda dengan kedatangan saya ke Atambua lima bulan lalu. Saya harus lewat jalan darat dari Dili, Timor Leste. Itu karena mendung tebal terus menggelayut di langit Atambua sepanjang hari. Itulah hari pencanangan gerakan sorgum dengan langkah awal uji coba penanaman pertama. Hujan terus mengguyur upacara. Wah, ini pertanda akan tersendat atau justru sebaliknya, akan berkah.

Hujan itu ternyata berkah. Sabtu lalu, ketika saya ke Atambua lagi, sorgumnya sudah panen. Bagus lagi. Murid-murid SMK Atambua dan SMK Kupang juga sudah bisa memamerkan semua peralatan buatan mereka: pemerah batang sorgum untuk jadi gula, perontok biji sorgum, penyosoh, alat destilasi bioetanol, pencacah ampas, mixer pupuk, dan seterusnya.

Ini hasil dari pendidikan dua bulan di Jakarta. Anak-anak SMK itu memang dikirim ke Jakarta untuk melakukan reverse engineering. Dengan demikian, Atambua tidak bergantung pada alat-alat impor atau buatan pabrik. Mereka bisa bikin sendiri. Dan kalau rusak, bisa memperbaiki sendiri. Tidak akan terulang cerita lama: Bantuan peralatan untuk pedesaan kebanyakan tidak berfungsi karena begitu rusak tidak tahu cara memperbaikinya.

Bupati Belu Joachim Lopez tidak hanya gembira karena sorgumnya sudah panen, tapi lebih gembira lagi karena telah terjadi perubahan cara berpikir petani. Itu yang dia ucapkan di panggung. Bupati Belu memang lagi ingin mengubah pola pikir masyarakatnya.

Lopez berhasil mengubah adat lama yang sangat menghambat upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Misalnya adat kematian. Bupati mengeluarkan peraturan baru: Orang meninggal harus segera dikubur. Paling lama dua hari. Tidak boleh lagi mayat ditahan sampai seminggu. Apa hubungannya dengan ekonomi?

"Kalau mayat ditahan selama tujuh hari, berarti ada tujuh sapi yang dipotong," katanya. Itu berarti upaya mengembangkan ternak sapi hanya habis dibuat pesta. Apalagi, banyak juga yang sampai berutang untuk membeli sapi itu.

Apa sanksi bagi yang menahan mayat lebih dari dua hari" Jelas: Tidak akan ada pendeta yang datang untuk memberkati pemakamannya. Untuk itu, Bupati Lopez minta dukungan Keuskupan Atambua. Uskup setuju. Kini setiap ada kematian, maksimum hanya dua sapi yang dipotong.

Demikian juga saat banyak sapi memangsa tanaman muda sorgum. Bupati bikin kesepakatan dengan masyarakat adat. Ketua adat pun membuat keputusan: Kalau ada sapi yang masuk ke ladang sorgum, sapinya boleh dipotong. Sejak itu, tidak ada lagi tanaman sorgum yang rusak. Pernah terjadi satu sapi lolos ke ladang sorgum. Ketua adat benar-benar memutuskan untuk memotong sapi itu. Aman.

Setelah sorgumnya berbuah, muncul ancaman baru. Kali ini masyarakat adat tidak mungkin lagi bisa mengatasi: serbuan burung! Ribuan burung datang bertengger di pucuk sorgum! Sambil mematuk-matuk.

Saya terpikir, kinilah saatnya minta bantuan mahasiswa. Terutama fakultas pertanian dan elektro. Merekalah yang kini harus menemukan cara mengatasi burung. Yang bisa menemukan ide yang realistis-aplikatif akan saya beri hadiah.

Dirut PT Batantekno Dr Yudiutomo Imardjoko yang ahli nuklir terkemuka di dunia itu (termasuk ahli nuklir untuk tanaman dan makanan) akan mengumumkan di website PT Batantekno (www.batantek.com) detail sayembara tersebut.

Batantekno sendiri akan mencoba berbagai ilmu dan teknologi yang mereka kuasai, namun siapa tahu ada mahasiswa atau dosen yang memiliki ide yang lebih baik.

Batantekno memang ditugasi untuk mengurus sorgum di NTT sebagai bentuk pengabdian untuk daerah miskin. Dananya berasal dari PT Pertamina, PT Askes, dan beberapa BUMN lain. Tapi, teknologi dan manajemennya diserahkan ke Batantekno.

Saya salut dengan kegigihan tim Batantekno ini. Dr Yudiutomo, yang pada umur 35 tahun sudah dipanggil Kongres Amerika Serikat untuk mempertanggungjawabkan penemuannya di bidang nuklir, ingin menuntaskan soal sorgum ini.

Waktu itu Yudi ikut mengajukan rancangan teknologi penyimpanan sampah nuklir yang bisa bertahan sampai 10.000 tahun. Karena dianggap hebat, Yudi dipanggil kongres. Dia diminta memaparkan penemuannya. Akhirnya, Yudi terpilih masuk tiga terbaik rancangan penyimpanan sampah nuklir di AS. Tiga-tiganya disetujui untuk diikutkan tender di masa yang akan datang.

"Disertasi doktor saya di AS memang soal penyimpanan sampah nuklir," kata Yudi.

Kini Yudi dan Batantekno dipercaya oleh perusahaan nuklir AS untuk merancang reaktor nuklir buat kedokteran di sana. Saya pun mengizinkan Batantekno untuk membuat perusahaan patungan dengan perusahaan nuklir AS.

Waktu saya meninggalkan Atambua untuk ke Rote, Flores, dan Bali, Yudi masih tinggal di Atambua. Setelah panen sorgum ini, dia masih harus menuntaskan model bisnisnya. Agar keberlanjutan proyek sorgum ini lebih terjamin.

Di Rote saya juga bertemu dengan seorang bupati yang hebat: Lens Haning. Dia juga berhasil mengubah kebiasaan yang menyulitkan pengembangan ekonomi masyarakatnya. Dia keluarkan peraturan baru: Upacara-upacara adat hanya boleh menyembelih satu ekor sapi.

Rakyat bisa menerima aturan baru itu. Terbukti, Haning terpilih lagi untuk periode kedua. Tinggal menunggu pelantikannya.

Bupati Haning juga punya tekad lain: Saya sanggup mengeluarkan daerah ini dari status daerah tertinggal kalau pemerintah pusat membangunkan tiga bendungan irigasi di Rote. Biaya masing-masing hanya sekitar Rp 15 miliar!

Begitulah! Harapan, hope, dan optimisme bisa muncul di mana-mana dan dari siapa saja, dengan berbagai jabatannya. (*)


*) Dahlan Iskan, Menteri BUMN

Pupuk Produksi Dalam Negeri Mencukupi

ROTE - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menegaskan bahwa produksi pupuk dalam negeri saat ini sangat mencukupi. Oleh karena itu, dirinya meminta kepada para petani untuk tidak merisaukan hal tersebut.

’’Produksi (pupuk, Red) kita sangat cukup bahkan ekspor, jadi jangan khawatir,’’ ucapnya kepada warga saat berkunjung ke Pulau Rote, NTT, Sabtu (24/8).

Beberapa waktu yang lalu, Dahlan mengakui memang ada berita kelangkaan pupuk di sejumlah tempat, namun sekarang sambungnya, sudah tidak lagi. Karena perusahaan pupuk disatukan dalam holding. ’’Jadi sudah diatur, ada rayonisasi, pabrik pupuk mana untuk daerah mana,’’ terang dia.

Mantan dirut PLN ini menerangkan, dengan disatukannya perusahaan pupuk tersebut, maka pupuk yang dibuat pun kualitasnya sama dan semua sudah dibagi. ’’Kita bikin pupuknya semua sama. Jadi tidak ada kecemburuan. Dan secara teoritis tidak ada masalah,’’ tukasnya.

Apabila di Rote agak susah, lanjutnya, maka perlu ditelusuri apa yang membuat pupuk sedikit susah dicari di Rote ini. ’’Mungkin ada masalah, coba ditelusuri persoalan itu apa dari distribusinya, pedagangnya yang nakal atau yang lain,’’ paparnya.

Sebagaimana diketahui, saat ini perusahaan penghasil pupuk disatukan dalam satu holding, PT Pupuk Indonesia Holding Company. (sar)

Dahlan Iskan Siapkan Proyek Besar di Papua

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan memaparkan berbagai rencana pembangunan di Papua yang akan dilakukannya bersama perseroan.

Salah satunya adalah proyek besar yang akan dibangun BUMN di Papua, yakni pelabuhan Sorong yang nantinya akan diperluas. "Sehingga nanti Pelabuhan Sorong akan sama besar dengan pelabuhan Makassar," papar Dahlan dihadapan ratusan pelajar dan mahasiswa asal Papua saat berdialog di Aula Museum Listrik, TMII, Jakarta, Jumat malam (30/8).

Menurut Dahlan, dengan adanya pelabuhan besar di Sorong maka komoditas ekspor dari wilayah Papua dan sekitarnya tidak perlu lagi melalui Pelabuhan Makassar. Begitupun komoditas asal Maluku dan NTT.

"Selain akan memperpendek waktu, juga akan mengurangi biaya. Bisa berkurang 50 persen lah," akunya.

Agar cepat terwujud rencana itu, semua proses pembiayaan akan dikerjakan oleh perusahaan pelat merah ini. Setidaknya proses pembangunan akan dimulai akhir tahun ini. "Yang pasti semua akan dibiayai BUMN sendiri, tidak pakai dana APBN, agar lebih cepat pengerjaannya seperti tol Bali di atas laut," tandasnya

Selama dialog berlangsung Dahlan juga tampak cepat berbaur dengan ratusan pelajar dan mahasiswa asal Papua ini. Bekas Dirut PLN ini juga sempat berujar kalau dia suka makan talas dari Wamena. Bahkan di rumahnya Dahlan mengaku punya banyak stok talas.

"Saya tadi pagi sarapan talas Papua, rasanya enak. Saya selalu punya stok talas Papua. Tiap bulan saya dikirimi 20 kg talas dari Wamena," pungkas Dahlan sembari diiringi riuh tepuk tangan. (chi/jpnn)


Kalau masih ada yg bilang pencitraan semata, ane rasa dah super duper keterlaluan emoticon-Hammer2

Tambahan dari kaskuser
Quote:
Diubah oleh madi.noto 01-09-2013 03:13
0
2.7K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan