Peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) menemukan alternatif pil untuk program Keluarga Berencana (KB). Pil ini khusus dikonsumsi oleh pria agar mengalami infertilitas, yaitu kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi.

Pil KB ini berasal dari ekstrak tanaman justicia gendarussa (Gandarusa) dari pedalaman Papua. Diharapkan, temuan ini dapat dimanfaatkan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang sekarang ini telah mencapai kurang lebih 250 juta penduduk.

“Penelitian ini sudah saya lakukan sejak 1985. Dan sekarang, oleh pihak Unair diserahkan kepada PT Indofarma agar bisa diproduksi secara massal,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Botani-Farmakognosi Unair, Prof. Bambang Prajogo, Minggu (18/8).

Namun, agar tidak terjadi penyalahgunaan, pendistribusian pil KB Gandarusa ini nantinya akan diserahkan kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dia pun meminta pria juga turut aktif dalam upaya penekanan laju pertumbuhan melalui KB. “Penjualan atau pendistribusiannya harus menggunakan resep dokter agar tidak terjadi penyalahgunaan,” ujarnya.

Dia menceritakan, obat ini dibuat dari tanaman Gandarusa yang berasal dari pedalaman Papua. Dia mendapat informasi bahwa di pedalaman Papua ada adat untuk mempelai pria yang belum mampu membayar mahar istri, si pria tersebut harus minum rebusan tanaman justicia gendarussa.

Obat ini diminum agar pasangan baru menikah itu tidak memiliki keturunan terlebih dahulu. Bambang pun ingin membuktikan secara ilmiah, apakah obat tersebut memang punya khasiat seperti itu atau tidak. Proses penelitian mulai dilakukan sejak 1985.

Pada fase I, dia melibatkan 36 subjek sehat dan subur. Setelah itu, baru melipatgandakan objek penelitian menjadi 120 Pasangan Usia Subur (PUS). Dari hasil uji klinik tersebut, ternyata 100% memiliki hasil maksimal. Wanitanya tidak hamil. Begitu juga saat diujicobakan kepada 350 pasangan muda subur yang memakai produk ini. Artinya, 100% pria yang mengonsumsi kapsul ini istrinya tidak hamil.

Bambang mengatakan, butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukan penelitian ini. Mulai dari mencari bahan, memproses secara ilmiah yang benar-benar steril, sampai pada pengujian di masyarakat. Untuk itu, Unair telah bekerja sama dengan BKKBN dan PT Indofarma untuk memproduksi.

Dirut PT Indofarma Helviano Rizaldi menyambut baik hasil penelitian Bambang. “Pil KB Gandarusa ini akan melewati fase 1, yaitu produksi skala laboratorium. Fase ini berjalan sekitar 3-6 bulan. Kami harus memastikan apakah obat ini aman dan dapat diproduksi secara massal. Untuk sampai pada tahapan produksi skala lab, masih banyak yang harus dilalui di antaranya registrasi obat ke BPOM,” katanya.

Helviano menilai temuan ini sangat bagus mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 250 juta penduduk, sehingga perlu ditekan lajunya. Selain itu, sumber bahan dari pil KB Gandarusa ini juga berasal dari tanaman herbal Indonesia. “Warga Indonesia harus mampu memanfaatkan sumber daya alam untuk untuk kemaslahatan bersama. Dan kami akan dukung penuh,” tandasnya.m18