pratamarieAvatar border
TS
pratamarie
Rudi Rubiandini, "Si Pesimis yang Meragukan Bangsanya Sendiri"
Quote:


Sebenarnya saya prihatin ketika mendengar Kepala SKK Migas alias Rudi Rubiandini tertangkap KPK tempo hari yang lampau. Mungkin kalian semua sudah tahu kasus yang menimpa beliau bukan? Yap, beliau ’diduga menerima SUAP sekitar 700 ribu’ dari salah satu perusahaan trader minyak Kernel Oil. Kenapa saya prihatin? Soalnya baru aja sekitar 4 bulan lalu, beliau diundang untuk hadir sebagai pembicara kuliah umum di kampus saya, dalam rangka dies natalis kampus saya. Jadi gatel pengen nulis ini di kaskus hehe emoticon-Malu (S)

Ketika itu, saya duduk ingin menyimak ceramah dari mantan Wamen ini. Hadir juga disitu dari kalangan pemda, petinggi TNI Polri, pejabat eselon ESDM, dan ada juga hadir dua orang Bupati disitu (saya lupa diwakilkan atau tidak). Yang membuat saya terheran-heran adalah ketika melihat spanduk yang dibentangkan di belakang mimbar. Ada gambar pompa angguk berbendera amerika dan cina lagi mompa minyak di dekat tiang bendera Indonesia.emoticon-Bingung (S) Entahlah apa maksudnya, tapi seakan menggambarkan bumi Indonesia kita ini memang telah dikuasai asing.

Sang profesor doktoral dengan gelar Dr.-Ing. dari Technische Universität Clausthal ini lalu berjalan naik ke atas mimbar. Tanpa basa basi atau ucapan salam sekalipun, statement pun dikeluarkan: “Kenapa dunia migas ini selalu kalian ganggu? Biarkanlah tetap berjalan seperti adanya, jangan diganggu terus. Sektor Migas tulang punggung APBN kita. Asing jangan diusir-usir. Mereka memang sengaja kita undang, mereka bukan menjajah kita, mereka ibaratnya cuma ‘Tukang Gali’ saja di Indonesia. Minyaknya tetap milik kita. Milik rakyat Indonesia.” Kurang lebih seperti itu yang beliau sampaikan. Saya lupa persisnya bagaimana.

Beliau menyesalkan BP Migas dibubarkan. Menurutnya, BP Migas adalah lembaga yang bertanggung jawab terhadap APBN Negeri ini. Merekalah yang mencari investor asing untuk bersedia melakukan kegiatan eksplorasi di Indonesia. Merekalah yang mengundang asing untuk ‘Mau’ berinvestasi di Indonesia. Tidak mudah mendapatkan asing untuk mau menjadi ‘Tukang Gali’, karena memang sistem bagi hasil yang ditawarkan Indonesia tak sebesar negara lain. Jika BP Migas dibubarkan dan tak ada penggantinya, gimana dengan nasib APBN kita? Siapa yang mengamankan produksi lifting migas kita? emoticon-Mad (S)

Guru besar yang pernah dinobatkan menjadi dosen teladan ITB ini kemudian menolak anggapan jika kegiatan migas di Indonesia sudah dikuasai asing. Rakyat banyak yang tidak tahu bahwa asing hanya kita undang untuk berinvestasi di Indonesia, sebagai partner yang membantu mengangkat minyak dari bumi pertiwi. Kita hanya mengundang mereka mencari minyak di Indonesia, hanya mengerjakan apa yang tidak bisa kita kerjakan. Bukan untuk mengambil kekayaan bangsa kita.

Jika asing mencari minyak di tanah kita dan ternyata tidak dapat, biaya yang mereka keluarkan tidak kami ganti sepeserpun. Jika mereka dapat minyak, digunakan sistem bagi hasil, kita mendapatkan 85 persen minyak, mereka hanya kebagian jatah 15 persen plus uang penggantian biaya yang telah mereka keluarkan alias cost recovery, yang kita bayarkan dengan minyak lagi, dari minyak yang kita punya 85 persen itu tadi.

Jadi ibaratnya, mereka disini hanyalah “Tukang Gali” saja, yang diberi upah sekian oleh negara. Bukan Penjajah seperti yang selama ini dituduhkan. Dan negara tidak harus menanggung resiko yang teramat besar. emoticon-I Love Indonesia (S)

Beliau juga mengungkapkan kenapa Pertamina tidak bisa sebesar Petronas. Petronas bisa berkembang dan berkembang lagi karena dividen yang mereka terima itu sebagian besar digunakan lagi untuk memperbesar investasi. Eksplorasi digenjot, produksi digenjot, semuanya digenjot yang berujung pada semakin berkembangnya perusahaan.
Tidak seperti Pertamina yang semua dividen/keuntungannya lari ke APBN, hanya sedikit anggaran untuk mengembangkan perusahaan. Dan ternyata APBN digunakan untuk subsidi premium yang banyak dipakai orang mampu, bukan untuk membangun infrastruktur sana sini. Miris. Kapan Indonesia mau maju? emoticon-Berduka (S)

Kita harus mengakui bahwa negeri kita ini tidak mampu untuk melakukan kegiatan eksplorasi untuk mencari minyak. Pertamina hanya menangani sumur-sumur tua, karena sumur itu sudah pasti mengeluarkan minyak!

Pertamina tidak bisa terlalu jauh berinvestasi di kegiatan eksplorasi. Itu memerlukan modal banyak, teknologi tinggi, dan manusia yang kompeten. Jika saja Pertamina terlalu banyak bermain di sektor eksplorasi, dan ternyata gagal memproduksi minyak, Pertamina pasti KOLAPS! Negara tak bisa menanggung resiko setinggi itu.

Maka dari itu, kita mengundang asing untuk membantu mengeluarkan minyak dari bumi pertiwi. Dalam slidenya dia menunjukkan sesuatu, yang membuat rasa nasionalisme dalam hati saya terguncah. emoticon-Mad (S)

Quote:


Bahasa gampangnya: Kita bodoh, Kita Bangsa Tolol Miskin yang nggak bisa ngolah SDA sendiri, dan menyerahkan semuanya pada asing. Wajar jika melihat Pak Rudi agak berpandangan seperti kapitalis, mungkin karena latar belakang dia yang lulusan universitas barat.

Kontan saja pernyataannya langsung meriuhkan audiens yang terdiri dari Civitas Akademika, Pemda , dan Perwakilan Pejabat ini. Salah seorang mahasiswa menentang keras dan berkata: “Kita ini mampu, anda jangan menghina bangsa kita sendiri. Kita mampu, kita sebenarnya mampu. Bangsa kita bisa, banyak orang-orang yang kompeten. Kita hanya butuh diberi kesempatan.”Langsung dijawab oleh Pak Rudi “Lebih baik kita menghina bangsa kita sendiri, daripada orang lain yang menghina bangsa kita. Betul? Lebih baik begitu, sebelum orang lain merendahkan kita. Kita harus sadar diri. Kita ini belum sanggup.”

Quote yang paling saya ingat dari beliau “Kita tidur di atas emas hitam. Kita tidur di atas harta yang tertidur. Apa salahnya kita mengundang asing datang kesini untuk membangunkan harta yang tertidur ini, demi kesejahteraan rakyat?”

Menasionalisasi migas Indonesia? Mengusir Asing keluar dari bumi Indonesia? Terus, siapa yang mau bertanggung jawab dengan APBN kita? Sektor Migas tulang punggung APBN kita. Sektor pajak no.2. Sektor Tambang tak terlalu bisa menopang APBN layaknya Migas. Venezuela berani menasionalisasi perusahaan minyak karena cadangan minyak mereka memang sangat banyak. Tak seperti Indonesia, cadangan minyak kita tinggal dikit, kita butuh asing untuk menggenjot produksi lifting kita kembali ke angka 1 juta barel. Kita harus eksplorasi sana sini! Bor sana bor sini! Genjot Produksi!!

Hem, cadangan minyak kita kan banyak! Kata siapa bro?? Cadangan minyak kita cuma bertahan 15 tahun lagi, dengan asumsi tak ditemukan lagi cadangan minyak baru. Tahun 1976 cadangan minyak kita 15 tahun juga, tapi nyatanya sampai sekarang minyak masih ada. Kok begitu? Itu karena para kakek kita peduli dengan anak cucunya, melakukan eksplorasi terus menerus, agar anak cucunya masih bisa ‘kebagian’ energi penting ini. Kita harus meniru apa yang dilakukan kakek nenek moyang kita, menjaga agar energi masih bisa dirasakan oleh anak cucu kita. Caranya? Cari ladang minyak baru! Maka dari itu ESDM mencanangkan tahun ini sebagai “Tahun Pemboran”

Namun kita tak mampu melakukan eksplorasi sendirian, mencari ladang minyak baru. Kita tak mampu menanggung resiko yang terlalu besar jika ternyata kita sudah capek-capek ngebor tapi ternyata nggak keluar minyaknya. Siapa yang mau mengganti uang negara yang hilang itu? Usaha eksplorasi butuh uang cash yang sangat besar, tak bisa dari pinjaman bank. Bank tidak mau mengeluarkan pinjaman dana untuk usaha yang belum jelas prospeknya, bahkan lebih banyak ngga berhasilnya daripada berhasilnya. Terlalu banyak resiko yang harus siap ditanggung. Memangnya mengeluarkan minyak bisa seenak jidat sendiri? Jadi gimana dong? Ya itu tadi, undang asing sebanyak-banyaknya! Kita tidak mampu! emoticon-Berduka (S)

Yasudah, kalau begitu, tunggu saja sampai kita mampu untuk ngebor sendiri, gausah pake asing segala, minyak yang ada jangan diambil dulu, tunggu sampai kita mampu, yang penting asing keluar dulu, haram baginya ada di bumi pertiwi!! Kalau kayak begitu, Indonesia tambah miskin! APBN kita menurun jumlahnya, terancam tak bisa membayar gaji PNS, mensubsidi ini itu, ujungnya Indonesia jatuh juga. Siapa yang bersalah dan disalahkan??

Menurut saya, kenapa kita tidak membuat program untuk perlahan mengambil alih sektor hulu migas ini, sehingga kedepan tidak terlalu bergantung dengan asing? Apakah kita memang bangsa yang tolol ga punya harga diri yang selalu dijajah oleh asing? Apakah kita sebegitu pesimisnya dengan bangsa kita sendiri, seakan-akan sudah tak punya harapan lagi untuk terus berkembang menjadi negara yang benar-benar mandiri? Apakah negeri ini tak punya keberanian (setidaknya usaha) untuk keluar dari belenggu ketertinggalan dari bangsa lain? Sehina inikah bangsa kita, sampai2 tak percaya dengan potensi bangsa kita sendiri? Dimana kedaulatan bangsa kita ini? emoticon-Berduka (S)

.....................

Inilah sekilas tentang Rudi Rubiandini yang pernah saya lihat langsung. Maafkan jika tulisan saya ini kurang berkenan dan acak-acakan. Sebenarnya masih banyak yang beliau katakan, cuma saya sudah banyak yang lupa, hanya ingat sedikit poin-poinnya. Saya menyampaikan dengan bahasa saya sendiri, agak kasar khas anak muda hehe. Menurut saya beliau orangnya memang benar-benar berintelektualitas tinggi, dilihat dari kata-katanya berbobot dan sangat logis, pemikirannya cukup solutif menghadapi persoalan. Tapi sayang, menurut saya, beliau terlalu pesimis dengan kemampuan bangsanya sendiri. Beliau hanya sedikit menaruh harapan, dan cita-cita untuk negeri ini. "Kapitalis yang berlindung dibalik sosok Nasionalismenya". Mungkin sudah tak ada harapan lagi baginya untuk kita bisa maju dan berkembang.. Who Knows??

Spoiler for Pompa Angguk:
0
10.3K
92
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan