Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

chesarAvatar border
TS
chesar
[ SHARE ] PERJALANAN GUNUNG PANGRANGO MELALUI JALUR INDAH "GEGER BENTANG"
ASS. Disini ane mau sharing tentang pengalaman ane ke puncak pangrango melalui jalur yang disebut "GEGER BENTANG"

pada tanggal 26, 27, dan 28 Mei 2013 ane dan "keluarga" ane berangkat menuju Bogor, kota di mana Pangrango dengan gagah berdiri. pukul 11 malam, tepat! Kereta jurusan Bogor berangkat dari stasiun gondangdia dengan dengung riuhnya. Kami, mungkin sial atau nama lainnya, berdiri bahagia dengan benda di punggung kami yang cukup menyita tenaga.

15 menit berlalu dari stasiun keberangkatan, wajah-wajah kami tak menunjukkan rona senang, bolehlah disebut nelangsa. Lelah setelah menyantap kesibukan di ibu kota masih menjebak relung jiwa-jiwa kami. Teman ane yang ternyata adalah kaum hawa satu-satunya di antara 8 laki-laki lainnya, diberi kursi di gerbong kami yang kosong untuk satu orang. dan itu diperuntukkan untuk teman ane sebut saja namanya dita

Perjalanan menuju kota hujan masih 45 menit lagi, lesu sekali air muka "keluarga" ane ini. Perjuangan kami sudah melambai, meminta ketabahan kami sampai akhir..

Tiba kami di stasiun Bogor di dini hari yang lengang, dengan senyum simpul kecil-kecil bibir kami. Alhamdulillah selamat kami di kota hujan. Selanjutnya, Cibodas, kaki gunung Gede-Pangrango, basecamp survival.

Malam pertama di basecamp survival, kami habiskan waktu ini dengan saling bergurau, melepas lelah berdiri sepanjang perjalanan kereta Jakarta-Bogor. Terus berlalu, habis obrolan, melantunkan lagu-lagu Payung Teduh kesukaan dita dan satu rekan lain, sebut saja Adul. Lepaslah lelah kami hingga terlelap di atas kasur-kasur tipis basecamp survival.

Terang pada pagi seperti tak ikhlas membiarkan kami dalam lelap, jarum di angka 6, kami terbangun, bersih-bersih diri, ibadah dan repacking semua isi bawaan kami. Sembari sarapan, canda serta gurauan tak berhenti keluar dari mulut manusia "kalap" di sini. Jam 7 pagi, kami mulai melangkahkan kaki dengan tujuan puncak Geger Bentang, dibantu Kang Nunu, pemandu kami yang wajahnya begitu menyebalkan dilihat saat pagi hari ! emoticon-Ngakak

Satu dua langkah kami habiskan dari pukul setengah delapan. Jalur dari awal sudah luar biasa. Kami menyebutnya "INDAH". Jalur yang panjang dan bisa sampai mencium lutut, kami nikmati sepanjang lebih kurang 5 km, dengan jumlah bonus trek hanya terhitung dua sampai tiga bonus, dita sendiri, terserang kantuk dan terus mengeluh ngantuk disepanjang perjalanan.

Langkah kami semakin terpojok, pasalnya kami benar-benar bertemu dengan tembok karena melalui jalur geger bentang ini. Namun, dengan semangat yang tak memudar hanya kelelahan dan kantuk, sekitar pukul 11.30 siang, kami sampai juga di puncak geger bentang. Estimasi waktu yang kami buat sekitar 2 jam istirahat untuk makan, ngopi-ngopi lucu dan sholat zuhur bagi yang masih beriman kepada Allah emoticon-Big Grin

Makan panganan bawaan kami, yaitu nasi putih panas dicampur dengan orek tempe-super-buatan-dita, dan lauk lainnya cukup membahagiakan perut kami. lalu ditambah dengan teh manis hangat dan kopi hitam skoy yang kami bawa dari bawah. Sudah hampir pukul 14.30 , kamipun melanjutkan perjalanan menuju puncak Pangrango..

Trek yang kami dapati seolah tidak habisnya membuat kami bernafas tersengal-sengal. Beberapa di antara kami mulai kelelahan, tapi semua tetap pada jalur yang benar dan saling menyemangati satu dan lainnya. Hingga kami bertemu dengan daerah landai pada pukul 16.45 sore, dan diberi nama semar hitam, disitulah langkah kami terhenti dan sepakat untuk bermalam di camp semar hitam. Persiapan buka tenda, masak-masak, ibadah, makan dan terlelap di dinginnya persimpangan geger bentang dan puncak pangrango..

lalu pada pukul 2 pagi kami dikejutkan dengan ulah dari salah satu teman kami, sebut saja dia adul, dia berucap bahwa jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 7 pagi, serentak ane dan yang lainnya grasak grusuk bangun dari tidur, tapi teman ane kembali melihat jam, yang ternyata masih menunjukkan pukul 2 dini hari, sontak kami tertawa, keautisan adul cukup membuat rusuh isi tenda. emoticon-Ngakak

pukul 7 pagi waktu sebenarnya, kami bangun, masak, dan ada yang buang air kecil dan besar, lalu lanjut makan, dan beres-beres tenda dan peralatan lainnya untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju puncak pangrango..

Pukul 9 kurang, kami menggerakkan langkah menuju puncak pangrango..

Memakan waktu 3 jam lebih, pukul 1 siang kami sampai di Lembah Mandalawangi, Puncak Pangrango..

mengingatkan kami kepada seorang demonstran muda yang juga penggiat alam bebas, Soe Hok Gie. dia pernah menuliskan sebuah puisi dengan kental nyawa Mandalawangi -Puncak Pangrango- di dalamnya, bernafaslah kau melalui carik puisimu, Gie,,


MANDALAWANGI – PANGRANGO

Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya “tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
‘terimalah dan hadapilah

dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu

aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup..


Pada mandalawangi kami bercerita tentang bagaimana "Indah"nya jalur geger bentang menuju puncak gunung pangrango, makan, minum, sholat, mendengarkan lagu-lagu penuh kerinduan dengan alam, Tuhan dan sanak saudara, tak lupa kerinduan pada hati laki-laki/perempuan di seberang pandang..

Setelah menikmati indahnya mandalawangi puncak pangrango, pukul 3.45 sore, kami lanjutkan langkah untuk turun melalui jalur Cibodas. Jalur Ciboas tidak securam jalur geger bentang, untuk itu, banyak tawa yang bergulir sepanjang perjalanan turun kami. Karena dipotong dengan adzan maghrib, kami pun berhenti sejenak, kemudian lanjut jalan sekitar pukul 1/2 7. Karena ada sedikit halangan, yaitu kaki dita yang mengalami sedikit cidera, hujan dan jarak pandang yang kurang, sampai ke kandang badak, sebelumnya, 3 di antara kami, yaitu Ane sendiri, Ivan dan Yuji sempat terpisah. kita udah lebih dulu sampai di pos penjagaan gunung gede-pangrango berbarengan dengan rombongan lain pada pukul 9 malam. ane bertemu dengan rombongan lain pada pos air terjun dimana ada rombongan dengan banyak cewek didalamnya emoticon-Ngakak
disanalah ane mengucapkan rasa syukur karena ane bisa ngeliat cewek-cewek didalam hutan yang gelap emoticon-Ngakak
ane dan dua teman ane bertemu dengan rombongan ane pada pukul 12 malam di pos penjagaan. ane bisa bernafas lega karena teman teman ane lengkap tanpa ada kurang sedikitpun.

Pukul 2 dini hari, kami lanjutkan perjalanan menuju stasiun Bogor dengan menyewa angkot dengan biaya 200ribu dari cibodas sampai stasiun bogor. Di stasiun Bogor kami sampai pukul 3 pagi, lalu berangkat ke Jakarta pukul 4.30 pagi. Memakan waktu 1 1/2 jam menuju Jakarta, pukul setengah 6 pagi kami sampai di stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat. Sebelumnya, di stasiun Lenteng Agung, Ane udah lebih dulu turun dan saudara saudara ane sampai dustasiun gondangdia pada pukul 7 kurang dikit

nih pictnya gan emoticon-Big Grin







dan ini adalah tempat yang dituliskan oleh soe hok gie "taman mandalawangi"




Diubah oleh chesar 03-08-2013 01:07
0
13.5K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan