Dari SD mula, ane paling gak suka sama yang namanya berteman secara berkelompok-kelompok. Pilih-pilih temen emang baik, tapi membeda-bedakan temen itu cerita laen. Gak boleh namanya. Kita boleh aja berteman dengan mereka yang nakal, asalkan kita bisa menjaga diri supaya gak ikut-ikutan nakal. Justru kita mesti ngajak mereka menjadi orang yang baik. Nah, ane lebih suka berteman dengan cara membaur dengan mereka semua. Dengan satu niat, nagajak yang nakal supaya jadi orang baik.

Terkadang ane suka heran, kenapa orang-orang yang baik suka ngejauhin mereka yang nakal? Bukan nya mereka yang nakal itu mesti kita rangkul supaya menjadi pribadi yang lebih baik? #thinkagain
Kita belum bisa di katakan sebagai teman yang baik kalau kita masih egois. Kita membiarkan teman kita. Artinya tidak peduli terhadap teman kita yang sedang berada di jalur yang salah. Masih inget kan sob hal yang di taklifkan ketika kita udah baligh? Dakwah. Tah eta..!! menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Kalau diem aja dan gak peduli sama sekali? Apa itu termasuk menyeru? Tentu saja bukan. |kalau mereka bersikeras dan gak mau berubah gimana? | yaa, jangan nyerah gitu aja dong. Kalau menyerah bukan dakwah namanya.

Berdasarkan apa yang ane alami, ketika kita mencoba dekat dengan mereka, mencoba dengan cara yang baik agar mereka mau berubah, toh mereka menerima masukan dan ajakan kita. Jaga jarak emang harus. Tapi kalau sampe kita menjauhi mereka dan tidak melakukan usaha apapun. Itu bisa jadi berbahaya, terutama buat mereka. So, jangan jauhi mereka ya…