Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

EconomicHitmanAvatar border
TS
EconomicHitman
Kendalikan Defisit, Pemerintah Akan Pakai Metode CIF
Kendalikan Defisit, Pemerintah Akan Pakai Metode CIF

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah akan menggunakan metode pencatatan ekspor CIF (Cost, Insurance and Freight) untuk mengendalikan defisit neraca perdagangan yang sebelumnya menggunakan metode FOB (Freight on Board).

"Sudah kami usulkan dan Bank Indonesia (BI) juga menyambut baik karena perubahan metode FOB ke CIF bisa meningkatkan nilai ekspor dan tidak ada alasan untuk tak menggunakan metode CIF," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan usai rapat koordinasi di BI, Kamis (25/7).

Gita mengatakan penerapan metode pencatatan ekspor tersebut direncanakan mulai Agustus 2013. Dia juga menjelaskan perubahan metode tersebut harus disetujui asosiasi pengusaha, seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) dan lainnya.

"Mereka mendukung untuk melakukan dokumentasi," katanya. Dia juga mengatakan pembeli telah setuju dengan metode tersebut.

Gita menyebutkan pada akhir Mei 2013, defisit neraca perdagangan mencapai 2,6 miliar dolar AS, yang terdiri dari 5,1 miliar dolar defisit migas dan surplus nonmigas 2,5 dolar AS. Dia menjelaskan jika dilihat dari tren ekonomi dunia, defisit memang akan terus terjadi, namun dengan metode CIF, dia mengaku optimistis bisa menghasilkan 5-10 miliar dolar AS dari sisi net perdagangan.

"Sangat bisa menghapus gambaran defisit neraca perdagangan sampai akhir tahun ini," katanya. Gita juga mengatakan metode CIF memberikan kesempatan kepada jasa dalam negeri karena masih banyak pemberi jasa yang diberdayakan dari luar negeri.

"Jadi, kapalnya, industri maritimnya, pemberi asuransinya kalau bisa lokal untuk eksportasi," katanya. Dia menyebutkan beberapa komoditas utama eksportasi, yakni kelapa sawit, kakao dan minyak goreng.
sumber

Gita Wirjawan Ubah Metode Pembayaran Jasa Ekspor

Bila metode CIF dipakai, devisa yang dihemat bisa mencapai US$5 miliar.

JAKARTA, Jaringnews.com - Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, mengatakan Pemerintah akan mengubah metode pembayaran jasa ekspor dari yang selama ini memakai metode freight on board (FOB) menjadi cost, insurance, freight (CIF). Bila ini berhasil, Gita mengharapkan dapat menghemat devisa sampai US$5 miliar, yang diharapkan menekan defisit neraca perdagangan saat ini.

“Sampai dengan Mei ini, neraca perdagangan masih defisit sebesar US$2,6 miliar. Itu karena defisit migas sebesar US$5,1 miliar, sementara surplus nonmigas (hanya) US$2,5 miliar. Namun dalam waktu dekat kita akan ubah metrode (pembayaran) ekspor dari fob menjadi cif yang akan sangat bisa mengubah ekspor kita karena importasi kita juga menggunakan cif,” kata,” kata Gita Wirjawan, ketika ditemui seusai mengikuti rapat koordinasi antara Pemerintah dengan BI di Gedung BI, Jakarta, hari ini (25/7).

Selama ini jasa pengiriman ekspor Indonesia menggunakan metode pembayaran jasa FOB yang berarti pembayaran jasa pengiriman ekspor diurus oleh negara importir. Ini berarti devisa yang dibayarkan untuk jasa-jasa itu masuk ke negara importir, yang menyediakan jasa-jasa itu. Yang dimaksud dengan jasa pengiriman ekspor, mulai dari jasa pengapalan, asuransi dan sejenisnya.

Sementara itu, dalam pembayaran jasa impor selama ini sebaliknya, yaitu metode CIF. Di sini, seluruh jasa pengiriman diurus oleh negara pengirim, yaitu eksportirnya. Lagi-lagi devisa untuk pembayaran itu masuk ke negara lain, bukan ke Indonesia.

Itu sebabnya, Gita Wirjawan ingin membalik hal ini.Untuk pengiriman ekspor, ia ingin Indonesia menggunakan metode CIF. “Kelihatannya tidak ada masalah, karena dalam impor kita juga menggunakan CIF, makanya dalam ekspor juga semestinya bisa,” tutur dia.

Dengan menggunakan metode CIF dalam mengekspor, berarti seluruh penyediaan kapal, asuransi dan jasa lainnya, akan diurus oleh Indonesia, sehingga devisa untuk itu dibayarkan kepada perusahaan Indonesia.

“Kalaui kita bisa menggunakan CIF mulai Agustus ini, itu bisa membuahkan tambahan pada surplus neraca perdagangan sebesar US$5 miliar. Ini bisa menghapus gambaran defisit perdagangan. Kalau defisit negara perdagangan membaik, tentu ini sangat membantu perbaikan defisit transaksi berjalan,” kata dia.

Gita mengatakan dirinya telah berbicara dengan para pengusaha dan asosiasi-asosiasi tentang hal ini. “Mereka mendukung. APINDO mendukung, asosiasi kelapa sawit mendukung,” tutur dia. BI dan Kemenkeu juga, menurut Gita, ikut mendorong inisiatif ini.
sumber

Positifnya, bisa mendorong perkembangan industri jasa dan juga sektor keuangan dalam negeri, juga menghemat penggunaan devisa seperti yg disebutkan.
Tapi menurut ane,keharusan eksportir untuk menggunakan jasa lokal bisa membuat eksportir menjadi kurang efisien, karena bisa saja industri jasa yg digunakan eksportir yg berasal dari luar sebelumnya bisa lebih murah.
dan yg terpenting dalam jangka panjang adalah perbaikan infrastruktur
gimana tanggapan kaskuser?emoticon-Ngakak (S)

Quote:
Diubah oleh EconomicHitman 27-07-2013 22:05
0
2.4K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan