TS
riandragon1989
Pengalaman Bersepeda ke Odaiba Yang Penuh Kejutan
Ane share pengalaman keren dari om Rane ni. Jarang ada yang suka sepedaan ke Odaiba sambil nulis pengalamanya di Blog.
Kalau ada yang belum kenal om Rane bisa klik disini. Dia penyiar radio NHK Japan.
Sejak pindah ke Jepang hampir 5 tahun lalu, saya punya hobi baru yaitu naik sepeda. Alasan utamanya sih untuk mengirit ongkos pulang pergi kantor yang jaraknya sekitar 5 km dari rumah, tapi kemudian jadi hobi sendiri untuk menelusuri seluk beluk Tokyo.
Nah, kali ini saya mau berbagi pengalaman bersepeda ke sebuah daerah di Tokyo bernama Odaiba. Ini adalah sebuah pulau buatan hasil reklamasi di sekitar teluk Tokyo yang menjadi salah satu daya tarik wisata ibukota Jepang ini. Mau tahu lebih lengkap tentang Odaiba(klik di sini untuk melihat informasinya dari wikipedia). Mari lanjut..
Nah, karena ini termasuk jarak terjauh yang pernah saya tempuh dengan sepeda di Tokyo, maka harus direncanakan dulu. Paling mudah adalah membuat rencana rute dengan bantuan Google Maps. Berhubung tidak ada pilihan naik sepeda, saya pilih opsi jalan kaki. Soalnya kalau pilih opsi mobil, jangan-jangan ada yang lewat tol. Manalah bisa sepeda ini lewat tol? Oke, menurut perkiraan Google Maps, perjalanan ke Odaiba dari rumah saya di Meguro diperkirakan akan memakan waktu hampir 2 jam (sekitar 10 kilometer). Mungkin kalau naik sepeda ya lebih cepat. Ini petanya..
Maka berangkatlah saya menuju TKP hehe.. Jalanan di Tokyo ini cukup menantang buat naik sepeda, karena banyak tanjakan, tapi tidak terlalu berat karena sudah biasa. Hanya saja, saya terkejut ketika sudah lebih dari separuh perjalanan, saya menengok Google Maps di ponsel dan kaget. Ada jalanan yang melintasi jalur-jalur kereta yang lebar. Walaah.. Gimana ini? Apa Google Maps salah?
Ternyata tidak. Di bawah jalur-jalur kereta itu ada lorong yang bisa dilewati mobil dan pejalan kaki (dan pastinya sepeda dong). Masalahnya, lorong itu rendah sekali. Hanya mobil sedan saja yang bisa lewat. Kalau jip atau MPV dijamin atapnya akan bergesekan dengan langit-langitnya.
Tapi melihat orang-orang lain naik sepeda dengan santainya, ya nekat saja lah, walau harus menunduk dan sesekali helm ini sampai bergesekan dengan langit-langit lorong itu. Asik juga. Malah sempat narsis foto-foto.. hahaha
Yak, satu hambatan selesai. Tapi selepas lorong pendek itu, ada hambatan lain menanti, yakni jembatan yang dikenal dengan Rainbow Bridge (klik untuk melihat artikel di wikipedia) . Ini Jembatan yang menghubungkan daratan utama dengan pulau buatan Odaiba. Panjangnya hampir 800 meter dengan tinggi jalanan sekitar 50 meter. Ini gambar jembatannya yang saya pinjam dari wikimedia (lisensi creative commons).
Kalau dilihat dari atas dengan Google Maps, ini wujud jembatannya. Sudah lama memang saya ingin menyeberang jembatan keren ini yang selama ini hanya saya lalui dengan kereta layang Tokyo Monorail jalur Yurikamome dari Stasiun Shimbashi saat jalan-jalan dengan keluarga di akhir pekan. Dari atas kereta itu saya sering lihat ada orang jalan atau jogging sepanjang jembatan itu. Hmm.. ide bagus nih kalau naik sepeda. Jogging asik juga, tapi nanti lah. Sepeda dulu. Itu rencana saya.
Oke, kembali ke rencana bersepeda di atas jembatan. Saya dengan santainya melenggang naik, meskipun tidak tahu bagaimana caranya. Dalam hati saya sudah siap-siap mental karena membayangkan tanjakan jembatan itu yang tingginya ke pelataran jalan sampai 50 meter lebih. Tinggi ya, bo. Lihat saja sendiri foto yang saya ambil dari bawah jembatan ini.. Pucet.. pucet.. hahaha..
Tapi ternyata oh ternyata, ada kejutan menanti di pintu naik jembatan untuk para pejalan kaki. Ada petugas menunggu dan langsung teriak-teriak memanggil saya yang santai saja bersepeda melewati mereka. Mereka menunjuk-nunjuk ke alat yang tersedia di dekat pos jaga. Hah? Dengan santai si petugas langsung memasangkan alat aneh seperti papan beroda ini di ban belakang sepeda saya.
Setelah memasangkan alat aneh itu, si petugas mencatat nomor registrasi sepeda saya. Oya, di Jepang sepeda ada nomor registrasinya. Semacam nomor STNK nya gitu lah. Nanti di lain kesempatan akan saya ceritakan. Yang jelas setelah dicatat, dia menuntut saya, si turis aneh ini, ke lift. Ya lift yang membawa saya ke pelataran jembatan yang tingginya sama dengan lantai 7. Dari situ baru kita melanjutkan perjalanan. Nah, itu rupanya maksud dipasang alat itu. Kita tidak boleh menaiki sepeda, tapi harus menuntunya, seperti mas yang jalan di depan saya ini.. Oalaahh.. bubar lah rencana naik sepeda di atas jembatan keren itu.. hahahaha.. Total perlu waktu 25 menit jalan kaki untuk sampai ke seberang, di pulau Odaiba. Fiuhh..
Di ujung jembatan sudah ada petugas yang menunggu untuk melepas alat aneh itu. Dia sempat tersenyum dan bertanya dalam bahasa Inggris yang berantakan yang artinya kurang lebih “Olahraga ya mas?” haha Tapi sebelum dia lepas, saya minta waktu untuk memotret sepeda saya dengan alat aneh itu, dibawah tatapan bingung si petugas. Mungkin dia menganggap saya orang aneh. Orang-orang mah pacar yang di foto, ini kok sepeda.. hahaha
Setelah puas memotret, saya pun menginjakkan kaki di pulau Odaiba. Saat itu matahari sudah menjelang terbenam.
Oya jembatan ini lebih keren kalau malam hari, karena jembatannya akan berwarna warni pelangi. Karena itu disebut Rainbow Bridge, dan di kejauhan akan nampak Tokyo Tower. Karena itu saya sengaja berangkat sore dan pulang malam supaya bisa dapat suasana siang dan malam. Sayang waktu mau pulang menjelang senja jembatan itu belum menunjukkan warnanya. Yah sudahlah, kita foto saja jembatan itu saat tengah dihiasi cahaya matahari terbenam.
Saya sempatkan juga memotret siluet Si Louis, itu nama sepeda kesayangan saya, dengan latar belakang matahari terbenam di teluk Tokyo. Kalau bosnya Si Louis sih sudah sering bikin siluet di sini haha..
Ya begitulah pengalaman saya bersepeda ke Odaiba hari Minggu ini. Rencana selanjutnya, lari! Ya, saya mau coba lari 10K dari rumah ke Odaiba. Saat menyeberang saya melihat banyak orang lari di jembatan itu. Mungkin sebelum puasa saya sudah harus jalankan rencana ini. Wish me luck. Laporannya pasti akan menyusul di blog ini..
Arigatou ne..
-Tokyo, 16 Juni 2013
Tulisan Om Rane merupakan salah satu bacaan favourite ane gan. Jadi terinspirasi nulis lagi tentang kehidupan disini.
Kalau ada yang belum kenal om Rane bisa klik disini. Dia penyiar radio NHK Japan.
Spoiler for Buka Disini:
Sejak pindah ke Jepang hampir 5 tahun lalu, saya punya hobi baru yaitu naik sepeda. Alasan utamanya sih untuk mengirit ongkos pulang pergi kantor yang jaraknya sekitar 5 km dari rumah, tapi kemudian jadi hobi sendiri untuk menelusuri seluk beluk Tokyo.
Nah, kali ini saya mau berbagi pengalaman bersepeda ke sebuah daerah di Tokyo bernama Odaiba. Ini adalah sebuah pulau buatan hasil reklamasi di sekitar teluk Tokyo yang menjadi salah satu daya tarik wisata ibukota Jepang ini. Mau tahu lebih lengkap tentang Odaiba(klik di sini untuk melihat informasinya dari wikipedia). Mari lanjut..
Nah, karena ini termasuk jarak terjauh yang pernah saya tempuh dengan sepeda di Tokyo, maka harus direncanakan dulu. Paling mudah adalah membuat rencana rute dengan bantuan Google Maps. Berhubung tidak ada pilihan naik sepeda, saya pilih opsi jalan kaki. Soalnya kalau pilih opsi mobil, jangan-jangan ada yang lewat tol. Manalah bisa sepeda ini lewat tol? Oke, menurut perkiraan Google Maps, perjalanan ke Odaiba dari rumah saya di Meguro diperkirakan akan memakan waktu hampir 2 jam (sekitar 10 kilometer). Mungkin kalau naik sepeda ya lebih cepat. Ini petanya..
Maka berangkatlah saya menuju TKP hehe.. Jalanan di Tokyo ini cukup menantang buat naik sepeda, karena banyak tanjakan, tapi tidak terlalu berat karena sudah biasa. Hanya saja, saya terkejut ketika sudah lebih dari separuh perjalanan, saya menengok Google Maps di ponsel dan kaget. Ada jalanan yang melintasi jalur-jalur kereta yang lebar. Walaah.. Gimana ini? Apa Google Maps salah?
Ternyata tidak. Di bawah jalur-jalur kereta itu ada lorong yang bisa dilewati mobil dan pejalan kaki (dan pastinya sepeda dong). Masalahnya, lorong itu rendah sekali. Hanya mobil sedan saja yang bisa lewat. Kalau jip atau MPV dijamin atapnya akan bergesekan dengan langit-langitnya.
Tapi melihat orang-orang lain naik sepeda dengan santainya, ya nekat saja lah, walau harus menunduk dan sesekali helm ini sampai bergesekan dengan langit-langit lorong itu. Asik juga. Malah sempat narsis foto-foto.. hahaha
Yak, satu hambatan selesai. Tapi selepas lorong pendek itu, ada hambatan lain menanti, yakni jembatan yang dikenal dengan Rainbow Bridge (klik untuk melihat artikel di wikipedia) . Ini Jembatan yang menghubungkan daratan utama dengan pulau buatan Odaiba. Panjangnya hampir 800 meter dengan tinggi jalanan sekitar 50 meter. Ini gambar jembatannya yang saya pinjam dari wikimedia (lisensi creative commons).
Kalau dilihat dari atas dengan Google Maps, ini wujud jembatannya. Sudah lama memang saya ingin menyeberang jembatan keren ini yang selama ini hanya saya lalui dengan kereta layang Tokyo Monorail jalur Yurikamome dari Stasiun Shimbashi saat jalan-jalan dengan keluarga di akhir pekan. Dari atas kereta itu saya sering lihat ada orang jalan atau jogging sepanjang jembatan itu. Hmm.. ide bagus nih kalau naik sepeda. Jogging asik juga, tapi nanti lah. Sepeda dulu. Itu rencana saya.
Oke, kembali ke rencana bersepeda di atas jembatan. Saya dengan santainya melenggang naik, meskipun tidak tahu bagaimana caranya. Dalam hati saya sudah siap-siap mental karena membayangkan tanjakan jembatan itu yang tingginya ke pelataran jalan sampai 50 meter lebih. Tinggi ya, bo. Lihat saja sendiri foto yang saya ambil dari bawah jembatan ini.. Pucet.. pucet.. hahaha..
Tapi ternyata oh ternyata, ada kejutan menanti di pintu naik jembatan untuk para pejalan kaki. Ada petugas menunggu dan langsung teriak-teriak memanggil saya yang santai saja bersepeda melewati mereka. Mereka menunjuk-nunjuk ke alat yang tersedia di dekat pos jaga. Hah? Dengan santai si petugas langsung memasangkan alat aneh seperti papan beroda ini di ban belakang sepeda saya.
Setelah memasangkan alat aneh itu, si petugas mencatat nomor registrasi sepeda saya. Oya, di Jepang sepeda ada nomor registrasinya. Semacam nomor STNK nya gitu lah. Nanti di lain kesempatan akan saya ceritakan. Yang jelas setelah dicatat, dia menuntut saya, si turis aneh ini, ke lift. Ya lift yang membawa saya ke pelataran jembatan yang tingginya sama dengan lantai 7. Dari situ baru kita melanjutkan perjalanan. Nah, itu rupanya maksud dipasang alat itu. Kita tidak boleh menaiki sepeda, tapi harus menuntunya, seperti mas yang jalan di depan saya ini.. Oalaahh.. bubar lah rencana naik sepeda di atas jembatan keren itu.. hahahaha.. Total perlu waktu 25 menit jalan kaki untuk sampai ke seberang, di pulau Odaiba. Fiuhh..
Di ujung jembatan sudah ada petugas yang menunggu untuk melepas alat aneh itu. Dia sempat tersenyum dan bertanya dalam bahasa Inggris yang berantakan yang artinya kurang lebih “Olahraga ya mas?” haha Tapi sebelum dia lepas, saya minta waktu untuk memotret sepeda saya dengan alat aneh itu, dibawah tatapan bingung si petugas. Mungkin dia menganggap saya orang aneh. Orang-orang mah pacar yang di foto, ini kok sepeda.. hahaha
Setelah puas memotret, saya pun menginjakkan kaki di pulau Odaiba. Saat itu matahari sudah menjelang terbenam.
Oya jembatan ini lebih keren kalau malam hari, karena jembatannya akan berwarna warni pelangi. Karena itu disebut Rainbow Bridge, dan di kejauhan akan nampak Tokyo Tower. Karena itu saya sengaja berangkat sore dan pulang malam supaya bisa dapat suasana siang dan malam. Sayang waktu mau pulang menjelang senja jembatan itu belum menunjukkan warnanya. Yah sudahlah, kita foto saja jembatan itu saat tengah dihiasi cahaya matahari terbenam.
Saya sempatkan juga memotret siluet Si Louis, itu nama sepeda kesayangan saya, dengan latar belakang matahari terbenam di teluk Tokyo. Kalau bosnya Si Louis sih sudah sering bikin siluet di sini haha..
Ya begitulah pengalaman saya bersepeda ke Odaiba hari Minggu ini. Rencana selanjutnya, lari! Ya, saya mau coba lari 10K dari rumah ke Odaiba. Saat menyeberang saya melihat banyak orang lari di jembatan itu. Mungkin sebelum puasa saya sudah harus jalankan rencana ini. Wish me luck. Laporannya pasti akan menyusul di blog ini..
Arigatou ne..
-Tokyo, 16 Juni 2013
Tulisan Om Rane merupakan salah satu bacaan favourite ane gan. Jadi terinspirasi nulis lagi tentang kehidupan disini.
0
2.7K
Kutip
14
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan