Kehadiran mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) semakin dekat. Para produsen yang ikut di segmen tersebut kini mulai mempersiapkan model jagoannya untuk bertempur.

Rencananya, LCGC yang diharuskan menggunakan komponan lokal 80 persen dipasarkan dengan harga Rp95 juta Off the Road.

Salah satu perusahaan yang sudah siap menjual mobil murah adalah Toyota. Bahkan, mereka telah lebih dulu memperkenalkan Agya kehadapan publik, September tahun lalu, jauh sebelum regulasi LCGC terbit.

Setelah diperkenalkan, Toyota mengaku Agya dibanjiri pemesanan. Begitu juga dengan sang adik, Daihatsu Ayla.

"Kita tidak tahu berapa jumlahnya, soalnya dealer yang menerima pesanan, bukan ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek)," kata General Manager of Corporate Planning and Public Relation Toyota Astra Motor, Widyawati Soedigdo di Jakarta, Senin 8 Juli 2013.

Widyawati mengatakan, mereka yang lebih awal memesan kemungkinan akan diprioritaskan mendapatkan Agya.

"Mereka akan dipanggil berdasarkan no urut inden. Karena sewaktu pemesanan konsumen sudah di urut. Konsumen yang paling awal pesan, bisa dapat Agya lebih cepat,' tegas dia.

Diketahui, draf aturan petunjuk dan pelaksana teknis LCGC telah disetujui Presiden dan Kementerian Perindustrian. Langkah itu bukanlah final, sebab draf tersebut kini sedang kembali dipertimbangkan untuk disetujui di Kementerian Hukum dan HAM.

Setelah Kemenkumham menandatangani draf petunjuk dan pelaksanaan teknis, tambah Widyawati, proses selanjutnya pemerintah akan kembali mengaudit perusahaan mobil bersangkutan, apakah memenuhi persyaratan yang telah diajukan.

"Jika sudah bisa dijual, kami targetkan penjualan Agya hingga 5.000 unit per bulan," ujarnya.

Toyota Agya hadir dalam 3 jenis, yaitu TRD-S, High-Grade (G) dan Medium-Grade (E). Untuk jantung pacu, Agya menggendong mesin berkapasitas 1000 cc 3 silinder sejajar, 12 valve, DOHC, yang mampu menghasilkan tenaga 46 kW pada 6.000 rpm dan torsi 86 Nm di 3.600 rpm.

ember

makin kekeh aja liat pemimpin sekarang, katanya mo ngatasi macet tapi kebijakannya malah akan membuat jakarta makin dipenuhi kenderaan roda 4. setelah macet makin parah maka kesalahan di timpakan ke pengguna motor. trus besoknya produsen motor akan merilis motor murah, trus pemerintah setuju aja dengan alasan demi pemasukan kas. maka makin banyak motor berseliweran, maka jakarta makin macet. trus pemimpin lagi-lagi buat statemen, " yg menyebabkan kemacetan adalah para pedagang kaki lima, makanya harus di basmi " . pedagang kaki limapun di kejar-kejar persis seperti mengejar maling. setelah itu para pengusaha mengajukan izin untuk pembangunan mall, pemerintah enjoy aja lagi-lagi dengan alasan demi pemasukan kas.maka mall-mallpun makin banyak berdiri yg justru mengundang kemacetan. trus kmana slogan " jakarta bebas macet..?...nggak kmana-mana, masih setia kok pada tempatnya, yaitu di alam mimpi...