- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bu Guru itu Bernama Een Sukaesih
TS
gesvay26
Bu Guru itu Bernama Een Sukaesih
Nih gan yang ane tonton kamerin di salah 1 stasiun TV swasta.
Kalo mohon maaf
kalo berkenan mohon
Ibu Een Sukaesih
Quote:
Sekitar seminggu yang lalu lebih kurang, sehabis shubuh saya hidupkan televisi, rutinitas saya kalau tidak menonton acara islami ya nonton berita. Kebetulan channel televisi sewaktu dinyalakan adalah SCTV yang lagi menayangkan program Liputan6 Pagi. Mau pindah channel rencananya saya urungkan, sepertinya ada berita yang menarik perhatian saya. Memang beberapa tahun belakangan ini saya sangat jarang sekali menonton berita-berita yang disajikan stasiun televisi swasta ini, karena saya punya alasan tertentu. Well, berita yang berhasil menyita perhatian saya itu adalah presiden kita, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu negara, Kristiani Herrawati, tengah berbincang dengan seorang wanita yang terbaring lemah dikasur. Saya perhatikan memang tubuhnya lemah, namun dari caranya berkomunikasi raut muka wanita itu ramah, tersenyum, berseri, dan kuat.
Siapakah wanita itu? Ya, pertanyaan tersebut menjejali kepala saya. Ada apa gerangan, kok bisa berbicara dengan orang nomor satu di negara ini. Saya tonton berita itu sampai habis, belakangan kabarnya beliau menerima anugerah dan penghargaan sepanjang hayat. Beliau adalah guru, loh kok gak seperti guru kebanyakan. Saya semakin penasaran. Namun saya abaikan saja, nanti sajalah saya cari tahu tentang beliau. Rasa penasaran itulah yang saban hari membuat saya semakin penasaran. Dari beberapa media online Indonesia, rama-ramai memuat profil dan berita beliau. Bahkan menjadi trend topik pada media online. Untuk menjawab rasa penasaran saya itu, akhirnya saya mengumpulkan beberapa tulisan dari beberapa sumber, media online, blog pribadi bahkan cuplikan video.
Beliau ternyata bernama lengkap Een Suakesih. Seorang guru CPNS yang pernah mengajar di sebuah SMP di Sumedang, Jawa Barat. Namun, beliau tidak tampil seperti guru kebanyakan. Beliau hanya terbaring di tempat tidur di rumahnya sambil mengajar anak didik beliau. Beliau tidak mendirikan sekolah, tapi semacam tempat les atau saya menyebutnya tempat bertanya dan belajar bagi siswa-siswi di lingkungan beliau. Lalu apa yang membuat beliau terbaring lemah selama lebih kurang 26 tahun?
Didiagnosa Menderita Rheumatoid arthritis (RA)
Buk Een muda, di saat beliau berusia 18 tahun sering sakit-sakitan. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1987 Bu Een muda menderita sakit yang teramat, di suatu pagi lengan kiri beliau tidak bisa digerakkan. Sakit beliau semakin menjadi-jadi, seperti ditusuk-tusuk. Bu Een pun membawa ke dokter dan diberikan obat,selama 3 hari pengobatan sakit beliau ada kemajuan, namun di hari ke empat sakit itu kembali datang. Tidak saja lengan kiri, lengan kanan hingga lutut kiri dan kanan beliau ikut nyeri, bahkan sendi-sendi lainnya ikut-ikutan sakit. Keluarga Bu Een kembali memeriksakan sakit beliau ke dokter. Dokter mendiagnosa Bu Een menderita Rheumatoid arthritis (RA). Penyakit yang menurut penelitan membuat penderitanya lumpu bahkan menyebabkan kematian.
Penderitaan Bu Een tidak berhenti di situ saja. Beliau dinyatakan menderita infeksi usus dan divonis dokter usia beliau tidak lama lagi. Namun ujian buat Bu Een tidak berhenti di situ saja, sakit beliau bertambah, punggung beliau serasa pedih. Bahkan dokter pun sudah belum menemukan solusi buat penyakit Bu Een. Hanya satu obat yang diberikan, SABAR. Hingga tubuh Bu Een melemah, hanya obat-obatan yang membantu Bu Een bertahan melawan penyakitnya. Tidak itu saja, tapi masih ada yang lain kok. Apa itu?
Adalah semangat dan ketulusan Bu Een memberikan ilmunya kepada anak-anak sekolah yang menuntut ilmu kepada Bu Een. Tidak berlebihan rasanya kalau saya memberikan pujian, ketulusan beliau memberikan ilmunya seperti bersih dan berseri wajahnya. Sejak terbari di dipannya Bu Een hanya mengajar di rumah saja. Itupun bermula ketika ada seorang anak tetangga beliau yang bertanya kepadanya masalah PR yang tidak dimengertinya. Bu Een dengan penuh kasih sayang memberikan penjelasan, dan jawaban dari PR tersebut. Tak dinyana, tidak hanya satu orang saja, namun murid beliau bertambah. Beliau hanya mengajar di rumahnya Dusun Batukarut RT 1 RW 6, Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Walaupun di ruangan yang sekaligus menjadi kamar beliau, tidak menyurutkan semangat Bu Een.
Tidak hanya pelajaran SD saja yang beliau kuasai, bahkan untuk SMA pun beliau menguasai, termasuk pelajaran sains seperti fisika juga beliau mampu mengajarkan ke siswanya. Apa kuncinya, beliau tidak menyerah pada keadaan fisik, namun keinginan yang kuat untuk mencerdaskan calon penerus bangsa ini yang membuat Bu Een secara otodidak mampu menguasai materi yang diajarkannya. Bahkan salah seorang muridnya tengah mengenyam pendidikan di Universitas Pendidikan Bandung. Secara pribadi saya betul-betul terharu. Keterbatasan bukanlah penghalang utama untuk bermanfaat bagi orang lain.
Bertemu dengan RI 1
‘Tamu Istimewa’ Pak Beye
Kisah pahlawan tanpa jasa ini pun sampai ke telinga presiden kita. Beliau mengundang Bu Een ke istana. Diterima dengan sambutan hangat presiden dan ibu negara seperti tamu istimewa. Memang dalam akun twitternya pada 5 Juni 2013, presiden kita nge-twit “@SBYudhoyono: Presiden SBY dan Ibu Ani menerima tamu istimewa, Ibu Een Sukaesih dr Sumedang di Kantor Presiden siang ini. Bu Een diajak berkeliling istana dalam keadaan berbaring di kasurnya dipandu pak SBY.
Twit Pak Beye akan Kedatangan Tamu Istimewanya
Kepada presiden Bu Een membisikan, beliau mampu bertahan karena memiliki kasih sayang untuk mengajar tunas-tunas penerus bangsa ini.
Mendapat Penghargaan
Ebiet G. Ade Temani Een Sukaesih Saat Memberika Kuliah Umum di UPI Bandung
Presiden SBY, SCTV dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberikan penghargaan kepada Bu Een. Presiden memberikan penghargaan secara ekslusif di istana negara. Dan SCTV memberikan penghargaan Liputan6 Award sebagai sosok yang menginspirasi dalam perjuangan pada dunia pendidikan di Indonesia. Sementara itu UPI Bandung juga memberikan penghargaan khusus sepanjang hayat kepada beliau saat memberikan kuliah umum di almamater beliau (dulu IKIP Bandung).
Nilai Kehidupan yang Diajarkan
Fisik Bu Een boleh saja lemah, namun nilai luruh kehidupan banyak beliau ajarkan. Menerima ujian tuhan, keikhlasan, semangat hidup, dan kejujuran. Masih banyak nilai-nilai kehidupan yang diajarkan beliau. Beberapa kutipan yang saya pilihkan dari media online. Semoga kutipan ini dapat menjadi penyemangat kita.
Perjalanan heroik Bu Een ini semoga tak lenyap begitu saja ditelan kisah-kisah heroik baru lainnya. Semoga menjadi referensi untuk para calon Bapak dan Ibu Guru kita. Memang tak dipungkiri ‘materi’ terkadang menjadi kendala pendidik mengabdikan diri untuk dunia pendidikan. Namun percayalah ada kekuatan Yang Maha Mengetahui yang akan membalasa pengabdian kita dengan yang setimpal. Sekali lagi, Semangat juang dan kasih sayang Bu Een tidak selemah fisiknya. Semoga dibalik ini semua akan ada ‘Bu Een’ dan pendidik lainnya yang mampu menginspirasi kita untuk berbuat lebih baik lagi. Untuk Bu Een, engkaulah pahlawan tanpa jasa yang penah saya dengar kisahmu. Terima kasih Bu Guru
Dirangkum dari berbagai sumber
Siapakah wanita itu? Ya, pertanyaan tersebut menjejali kepala saya. Ada apa gerangan, kok bisa berbicara dengan orang nomor satu di negara ini. Saya tonton berita itu sampai habis, belakangan kabarnya beliau menerima anugerah dan penghargaan sepanjang hayat. Beliau adalah guru, loh kok gak seperti guru kebanyakan. Saya semakin penasaran. Namun saya abaikan saja, nanti sajalah saya cari tahu tentang beliau. Rasa penasaran itulah yang saban hari membuat saya semakin penasaran. Dari beberapa media online Indonesia, rama-ramai memuat profil dan berita beliau. Bahkan menjadi trend topik pada media online. Untuk menjawab rasa penasaran saya itu, akhirnya saya mengumpulkan beberapa tulisan dari beberapa sumber, media online, blog pribadi bahkan cuplikan video.
Beliau ternyata bernama lengkap Een Suakesih. Seorang guru CPNS yang pernah mengajar di sebuah SMP di Sumedang, Jawa Barat. Namun, beliau tidak tampil seperti guru kebanyakan. Beliau hanya terbaring di tempat tidur di rumahnya sambil mengajar anak didik beliau. Beliau tidak mendirikan sekolah, tapi semacam tempat les atau saya menyebutnya tempat bertanya dan belajar bagi siswa-siswi di lingkungan beliau. Lalu apa yang membuat beliau terbaring lemah selama lebih kurang 26 tahun?
Didiagnosa Menderita Rheumatoid arthritis (RA)
Buk Een muda, di saat beliau berusia 18 tahun sering sakit-sakitan. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1987 Bu Een muda menderita sakit yang teramat, di suatu pagi lengan kiri beliau tidak bisa digerakkan. Sakit beliau semakin menjadi-jadi, seperti ditusuk-tusuk. Bu Een pun membawa ke dokter dan diberikan obat,selama 3 hari pengobatan sakit beliau ada kemajuan, namun di hari ke empat sakit itu kembali datang. Tidak saja lengan kiri, lengan kanan hingga lutut kiri dan kanan beliau ikut nyeri, bahkan sendi-sendi lainnya ikut-ikutan sakit. Keluarga Bu Een kembali memeriksakan sakit beliau ke dokter. Dokter mendiagnosa Bu Een menderita Rheumatoid arthritis (RA). Penyakit yang menurut penelitan membuat penderitanya lumpu bahkan menyebabkan kematian.
Penderitaan Bu Een tidak berhenti di situ saja. Beliau dinyatakan menderita infeksi usus dan divonis dokter usia beliau tidak lama lagi. Namun ujian buat Bu Een tidak berhenti di situ saja, sakit beliau bertambah, punggung beliau serasa pedih. Bahkan dokter pun sudah belum menemukan solusi buat penyakit Bu Een. Hanya satu obat yang diberikan, SABAR. Hingga tubuh Bu Een melemah, hanya obat-obatan yang membantu Bu Een bertahan melawan penyakitnya. Tidak itu saja, tapi masih ada yang lain kok. Apa itu?
Adalah semangat dan ketulusan Bu Een memberikan ilmunya kepada anak-anak sekolah yang menuntut ilmu kepada Bu Een. Tidak berlebihan rasanya kalau saya memberikan pujian, ketulusan beliau memberikan ilmunya seperti bersih dan berseri wajahnya. Sejak terbari di dipannya Bu Een hanya mengajar di rumah saja. Itupun bermula ketika ada seorang anak tetangga beliau yang bertanya kepadanya masalah PR yang tidak dimengertinya. Bu Een dengan penuh kasih sayang memberikan penjelasan, dan jawaban dari PR tersebut. Tak dinyana, tidak hanya satu orang saja, namun murid beliau bertambah. Beliau hanya mengajar di rumahnya Dusun Batukarut RT 1 RW 6, Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Walaupun di ruangan yang sekaligus menjadi kamar beliau, tidak menyurutkan semangat Bu Een.
Tidak hanya pelajaran SD saja yang beliau kuasai, bahkan untuk SMA pun beliau menguasai, termasuk pelajaran sains seperti fisika juga beliau mampu mengajarkan ke siswanya. Apa kuncinya, beliau tidak menyerah pada keadaan fisik, namun keinginan yang kuat untuk mencerdaskan calon penerus bangsa ini yang membuat Bu Een secara otodidak mampu menguasai materi yang diajarkannya. Bahkan salah seorang muridnya tengah mengenyam pendidikan di Universitas Pendidikan Bandung. Secara pribadi saya betul-betul terharu. Keterbatasan bukanlah penghalang utama untuk bermanfaat bagi orang lain.
Bertemu dengan RI 1
‘Tamu Istimewa’ Pak Beye
Kisah pahlawan tanpa jasa ini pun sampai ke telinga presiden kita. Beliau mengundang Bu Een ke istana. Diterima dengan sambutan hangat presiden dan ibu negara seperti tamu istimewa. Memang dalam akun twitternya pada 5 Juni 2013, presiden kita nge-twit “@SBYudhoyono: Presiden SBY dan Ibu Ani menerima tamu istimewa, Ibu Een Sukaesih dr Sumedang di Kantor Presiden siang ini. Bu Een diajak berkeliling istana dalam keadaan berbaring di kasurnya dipandu pak SBY.
Twit Pak Beye akan Kedatangan Tamu Istimewanya
Kepada presiden Bu Een membisikan, beliau mampu bertahan karena memiliki kasih sayang untuk mengajar tunas-tunas penerus bangsa ini.
Mendapat Penghargaan
Ebiet G. Ade Temani Een Sukaesih Saat Memberika Kuliah Umum di UPI Bandung
Presiden SBY, SCTV dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberikan penghargaan kepada Bu Een. Presiden memberikan penghargaan secara ekslusif di istana negara. Dan SCTV memberikan penghargaan Liputan6 Award sebagai sosok yang menginspirasi dalam perjuangan pada dunia pendidikan di Indonesia. Sementara itu UPI Bandung juga memberikan penghargaan khusus sepanjang hayat kepada beliau saat memberikan kuliah umum di almamater beliau (dulu IKIP Bandung).
Nilai Kehidupan yang Diajarkan
Fisik Bu Een boleh saja lemah, namun nilai luruh kehidupan banyak beliau ajarkan. Menerima ujian tuhan, keikhlasan, semangat hidup, dan kejujuran. Masih banyak nilai-nilai kehidupan yang diajarkan beliau. Beberapa kutipan yang saya pilihkan dari media online. Semoga kutipan ini dapat menjadi penyemangat kita.
Spoiler for Bu Een:
“Anak-anak ini obat buat saya. Sebenarnya, apa yang saya lakukan semata-mata demi Ridho Allah SWT dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Di satu sisi, saya merepotkan orang lain. Tapi, di sisi lain, saya ingin bermanfaat buat orang lain.”
“Betapa berartinya pendidikan yang beliau berikan kepada saya. Karena kakek itu purnawirawan yang selalu menerapkan nilai-nilai kehidupan. Saya belajar disiplin, jujur, cinta tanah air, karena beliau suka ceritakan perjuangan melawan penjajahan.”
“Yang terpenting dalam hidup harus tetap semangat, harus kuat untuk bangkit dari keterpurukan. Dan untuk pendidikan, harus ingat alat pendidikan, selain kewibawaan dan ilmu pengetahuan itu sendiri, adalah cinta kasih atau kasih sayang.”
“Terima kasih atas penghargaan ini semua. Saya tidak melakukan banyak hal. Apa yang saya lakukan hanya karena bentuk kecintaan saya pada pendidikan. Saya ingin anak-anak maju dan pintar.”
“Buat mahasiswa saya akan berpesan jangan berorientasi kepada materi dan bisnis. Tapi pengabdian dengan tulus untuk dunia pendidikan demi generasi nanti, bangsa dan negeri ini.”
“Saya sudah pasrah. Tapi saya yakin, dokter memang pintar dan cerdas telah melihat hasil diagnosa, namun saya lebih percaya takdir saya kepada Allah SWT.”
“Betapa berartinya pendidikan yang beliau berikan kepada saya. Karena kakek itu purnawirawan yang selalu menerapkan nilai-nilai kehidupan. Saya belajar disiplin, jujur, cinta tanah air, karena beliau suka ceritakan perjuangan melawan penjajahan.”
“Yang terpenting dalam hidup harus tetap semangat, harus kuat untuk bangkit dari keterpurukan. Dan untuk pendidikan, harus ingat alat pendidikan, selain kewibawaan dan ilmu pengetahuan itu sendiri, adalah cinta kasih atau kasih sayang.”
“Terima kasih atas penghargaan ini semua. Saya tidak melakukan banyak hal. Apa yang saya lakukan hanya karena bentuk kecintaan saya pada pendidikan. Saya ingin anak-anak maju dan pintar.”
“Buat mahasiswa saya akan berpesan jangan berorientasi kepada materi dan bisnis. Tapi pengabdian dengan tulus untuk dunia pendidikan demi generasi nanti, bangsa dan negeri ini.”
“Saya sudah pasrah. Tapi saya yakin, dokter memang pintar dan cerdas telah melihat hasil diagnosa, namun saya lebih percaya takdir saya kepada Allah SWT.”
Perjalanan heroik Bu Een ini semoga tak lenyap begitu saja ditelan kisah-kisah heroik baru lainnya. Semoga menjadi referensi untuk para calon Bapak dan Ibu Guru kita. Memang tak dipungkiri ‘materi’ terkadang menjadi kendala pendidik mengabdikan diri untuk dunia pendidikan. Namun percayalah ada kekuatan Yang Maha Mengetahui yang akan membalasa pengabdian kita dengan yang setimpal. Sekali lagi, Semangat juang dan kasih sayang Bu Een tidak selemah fisiknya. Semoga dibalik ini semua akan ada ‘Bu Een’ dan pendidik lainnya yang mampu menginspirasi kita untuk berbuat lebih baik lagi. Untuk Bu Een, engkaulah pahlawan tanpa jasa yang penah saya dengar kisahmu. Terima kasih Bu Guru
Dirangkum dari berbagai sumber
Kalo mohon maaf
kalo berkenan mohon
Diubah oleh gesvay26 14-06-2013 09:40
0
4.4K
Kutip
28
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan