AKARTA - Psikolog Sosial, Hamdi Muluk menilai, tekanan hidup di Jakarta sangat tinggi. Hal ini dapat memicu warga yang tinggal di Ibu Kota menjadi lebih cepat stres dibandingkan warga yang tinggal di desa atau kota kecil.

"Lingkungan perkotaan tingkat stres psikososialnya lebih tinggi dibandingkan dengan warga di desa," kata Hamdi kepada Okezone, Kamis (14/3/2013).

Maka dari itu, tambahnya, wajar jika di Jakarta paling banyak ditemui orang gila. Dia menggambarkan, bagi warga menengah ke bawah hidup di Jakarta sangat tidak manusiawi. Warga harus bertahan hidup dengan saran yang minim, makan tak karuan, tidur harus bergantian dan buruknya sanitasi.

"Ini kalau terus bertubi-tubi bisa membuat morang sakit. Kalau orang sejahtera makin bagus mentalnya, itu saja tidak menjamin," ujarnya.

Secara psikologis tingkat stres yang bertubi-tubi membuat ketahanan mental tergerus. Jika tidak kuat, lama-lama menjadi gangguna kejiwaan. Sementara di desa atau di kota kecil solidaritas sesama lebih jalan membuat tekanan tidak terasa lebih kuat.

"Kalau di Jakarta bisa survive anda bisa kaya sekalian. Tapi kalau kalah bisa miskin jauh di bandingkan dari di desa," cetusnya.

Sebenarnya, tambahnya, stres psikososial sangat tergantung pada kepribadian seseorang, sejauhmana bisa mengatasi masalah hidup. Pendidikan tinggi bukan berarti ketangguhan menghadapi masalah hidup bisa lebih kuat.

"Kalau sarjana mungkin makan masih bisa, tapi cari pekerjaan sulit. sudah lama nganggur, belum dapat jodoh itu bisa jadi pemicu. Orang kaya tapi kalau hutangnya banyak juga bisa terganggu," pungkasnya.

sumber : http://jakarta.okezone.com/read/2013...75514/redirect

ane emang stress bgt gan di jakarta , klo dah dijalan bawaan emosi tingkat tinggi bgt.
pagi2 baru kluar ke jalan aja dah dibikin dongkol , ane di palem cengkareng klo agan tau tuh yg dari arah kamal pada ngelawan arah di pintu aer busetttt bikin macet nya ampun.
klo kita omelin malah galakan dia