koflakjossAvatar border
TS
koflakjoss
]Inna Lillah Wainna Ilaihi Roji'un] Telah wafat ulama besar Syeikh Prof. Dr. Muhammad




Mengenal Syeikh Bouty Lebih Dekat






Beliau adalah Syeikh Prof. Dr. Muhammad Saed Ramadhan Al Bhuty, ketua majlis ulama negeri Syam. Beliau lahir pada tahun 1929, di sebuah tempat bernama Bhut di selatan Turky. Pada umur beberapa tahun, Bhuty kecil yang hanya bisa berbicara bahasa Kurdy berhijrah dari Bhut ke Damascus bersama ayahandanya Syeikh Mulla Ramadhan, salah seorang mursyid tarekat Naqsyabandiyah, beliau termasuk ulama besar di Syam yang sangat diperhitungkan saat itu.



Saat itu, Bhuty kecil yang tidak mengerti bahasa arab sedikit-sedikit diajarkan bahasa arab oleh ayahnya, sambil belajar dan menghafal quran. Ketika saatnya sekolah, Bhuty kecil diantarkan oleh ayahnya dari Ruknuddin ke Midan untuk dimasukkan ke ma’had taujid yang diasuh oleh syeikh Hasan Habannakeh. Midan adalah salah satu daerah di kota Damascus, midan terkenal dengan mobilitis ilmu fiqh dan ushulnya, hampir semua ulama Damascus berasal dari kampung itu, atau pernah menimba ilmu disitu. Sebut saja mujtahid terakhir di dunia imam Ibnu Abidin, beliau adalah putra Midan, belajar disana, dan dikuburkan di sana.



Di ma’had itu Bhuty kecil mendapat pendidikan untuk hati, otak dan jiwanya. Hampir semua anak didikan syeikh mujahid Hasan Habannakeh menjadi ulama besar, sebut saja antara lain Syeikh Prof. Dr. Wahbah Zuhaily, Syeikh Prof. Dr. Muhammad Saed Ramadhan Al Bhuty, Prof. Dr. Musthafa Saed Al Khin; syeikhul ushuliiyyin Syam, Prof Dr. Musthafa Bugha yang sering disebut imam Syafii junior, termasuk Prof Dr. Muhammad Khaer Haekal, pemilik kitab Al Jihad fil Islam.



Beliau kemudian melanjutkan petualangan ilmiyahnya ke al-Azhar assyarif di Cairo, sampai akhirnya membawa gelar doctor dalam ilmu ushul fiqh, dengan disertasinya Dhawabith Maslahah yang fenomenal itu. Saat ini beliau menjabat sebagai dosen di fakultas Syariah Universitas Damascus, kepala bagian Aqidah wal Adyan. Beliau pernah menjadi dekan fakultas syariah juga.



Selain mengajar di kampus, syeikh Bhuty yang sudah berumur 82 tahun itu masih aktif memberikan pengajian di masjid-masjid, baik itu pengajian “berat” maupun yang biasa. Salah satu jasa beliau paling besar adalah menghidupkan kembali keilmuan di masjid besar Bani Umayyah, atau masjid Umawy. Masjid dimana imam Ibnu Shalah, imam Izz bin Abdussalam, imam Nawawi, imam Ghazali, imam Ibnu Taimiyah, imam Ibnu Qayyim dan imam Ibnu Katsir pernah menimba ilmu itu sudah lama mati dari kegiatan ilmiah, hanya menjadi tempat wisata.



Sejak 3 tahun lalu, masjid itu penuh dengan pengajian berbagai disiplin ilmu, dan yang duduk di sana adalah guru-guru besar yang dikumpulkan oleh syeikh Bhuty dari semua disiplin ilmu. Ada prof.dr Mazen Mubarak, pakar bahasa arab, kita belajar Fiqh Lughah dari beliau, syeikh Nuruddin Itter; bapaknya ulama hadits syam saat ini, syeikh Abulhuda Yaqubi; pakar hadits dan tazkiyah, syeikh Kuraim Rajeh; syeikhul Qurra’ Syam, dan syeikh Bhuty, kita belajar ilmu ushul fiqh dari beliau. Serta seabrek bintang-bintang pewaris Rasulullah lainnya.



Di umur yang sudah sangat senja itu, beliau masih memikirkan nasib umat, beliau tidak pernah diam kalau ada sedikit saja “ketidak-beresan” dalam masyarakat, baik itu perbuatan orang biasa atau pemerintah sekalipun. Partai Baath yang menguasai Syria sejak hampir 50 tahun itu selalu mengekang kebebasan yang berakibat kepada runtuhnya kekuasaan mereka.



Pada tahun 70-an, saat presiden Hafez Asad masih berkuasa, presiden ini terkenal senang membaca buku. Suatu hari, saat panitia Damascus book fair melaporkan hasil penyelenggaraan itu kepada presiden, presiden Hafez bertanya buku apa yang paling laris selama book fair, panitia mengatakan buku “Naqdhul awham maddiyyah jadaliyyah”, karya Muhammad Saed Ramadhan Bhuty. Presidenpun mendapat satu eksemplar buku itu, dia tertarik dan ingin mengenal lebih jauh siapa itu Saed Ramadhan Bhuty.



Pada akhirnya syeikh Bhuty dipanggil ke istana presiden, dan disanalah kedekatan mereka bermula, dan pertemuan pertama itu sangat mengagumkan presiden Hafez Asad yang terkenal diktator itu. Akhirnya syeikh Bhuty menjadi penasehat pribadi presiden. Sampai setelah dia meninggal, anaknya Bashar Asad pun dekat dengan syeikh Bhuty.



Di zaman fitnah seperti ini, beliau dituduh sebagai “ulama su’, ulama hukkam”, karena pendapat dan mauqif beliau di Syria. Sampai suatu ketika beliau pernah mengatakan, “saya tantang orang-orang yang mengatakan saya ulama pemerintah untuk diskusi dan memberikan dalil bahwa yang saya katakan itu bukan berdasarkan kitab dan sunnah! Untuk apa saya membela pemerintah? apa yang saya cari? uang? pangkat? ketenaran? astagfirullah…saya ini sudah bau kubur, buat apa yang saya memikirkan hal-hal demikian?”. Itu beliau katakan sekitar 11 bulan lalu dalam sebuah pengajian di masjid Iman, tetapi sampai hari ini tidak ada yang berani.



Pertama kali saya melihat beliau 4 tahun lalu, saat saya baru datang ke Damascus. Saat itu ada pengajian “fiqh sirah” bersama Syeikh Bhuty di jami iman. Itu pertama kali saya melihat syeikh Bhuty, saya kagum, akhirnya setiap pengajian beliau tidak pernah saya tinggalkan. saya hadir di jami Bhuty, masjid Umawy dan di jami Iman.



Sejak saat itu, saya mulai jatuh cinta sama beliau, hampir semua buku karya beliau saya baca, mungkin lebih dari 15 buku. saya memang tidak mungkin sampai ke derajat beliau, tapi saya bangga dan bersyukur bisa mendapatkan nasab ilmu kepada beliau, syeikh Bhuty.



(Ditulis oleh Ustadz Saifannur di buletin el-Asyie. Penulis adalah lulusan fakultas Syariah Qanun Universitas Damascus, dan fak Bahasa Arab di Institut Kaftaro,Syria dan beliau juga ulama muda pengarang buku Risalah Jiwa by : Saief Alemdar)
______________________________________________________________

Suriah – Konflik berkepanjangan di Suriah telah melahirkan pelbagai macam kerusakan. Insiden pembunuhan sudah menjadi hal biasa yang disaksikan sehari-hari oleh warga Suriah. Sampai hari ini kerusuhan ini mengakibatkan wafatnya seorang ulama karismatik Islam Prof. Dr. Saeid Ramadhan al Bouty dalam insiden bom bunuh diri di Mesjid al Iman selesai shalat maghrib dini hari, kamis (21/3).

Berita syahidnya Beliau tersiar begitu cepat di seluruh dunia. Mengutip berita dari al Jazeera, insiden ini terindikasi oleh sebuah bom bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang di sela-sela pengajian rutin Tafsir Al Qur’an yang Beliau ajarkan di mesjid tersebut. Menurut berita yang dilansir, insiden ini juga menelan 20 korban jiwa dari jama’ah yang mengikuti pengajian tersebut.

Jenazah Beliau pun segera ditangani oleh paramedis di Mesjid tersebut. Kata-kata tanda kesedihan terlihat sangat banyak muncul di dinding-dinding media sosial (twitter, facebook, dan lain-lain). Di samping itu, Universitas Al Azhar sebagai tempat beliau mengkaji ilmu pun turut berduka cita atas wafatnya Prof. Dr. Saeid Ramadhan Al Bouty
SUMBER

Begitulah akhir cerita, pulangnya ulama dunia ke pangkuan Kekasihnya.
Tidaklah Allah cabut ilmu dari sini melainkan dgn wafatnya pewaris Nabi. Kami tahu pasti, bukan tanpa alasan Allah panggil engkau pd malam ini, di rumah yg suci, dlm mendikte huruf2 ukhrawi.
Kami pun tahu pasti, dimana kini engkau berada.
Selamat berbahagia Syaikh Ramadhan Al Bouty, di bumi ini kami kini berduka.

Sumber lainnya





Berikutpendapat Shaykh Muhammad al-Yaqoubi


Quote:

Quote:


Beberapa menit yang lalu via Blackberry Pinjaman Suka. Tambahkan sebagai Teman
Diubah oleh koflakjoss 29-03-2013 13:36
0
19.8K
442
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan