Maharani Suciono yang menjadi saksi terhadap tersangka kasus suap penambahan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian Ahmad Fathanah di Hotel Le Meridien Jakarta, Jumat (17/5) di Pengadilan Tipikor, dianggap telah menyalahi teori hukum.

Wasekjen PKS Fahri Hamzah dalam akun twitternya @Fahrihamzah mengatakan, bahwa persidangan Maharani sebagai bentuk penyalahgunaan kewenangan hukum.

“Apa begini korupsi diberantas dengan membumbuinya adegan buka aib massal…ini teori hukum dari mana?” tulis Fahri yang dikutip siaga.co, Jumat (17/5).

Seharusnya para penegak hukum, kata Fahri, tidak menunjukkan tontonan yang menghancurkan masa depan saksi.

“Hakim dan jaksa boleh marah sama fathanah tapi jangan hancurkan hidup maharani…dia masih muda…” ungkap Fahri.

Menurut Fahri, Maharani merupakan korban yang harus diindungi. Maharani tidak tahu yang namanya tindak pidana pencucian uang (TPPU).

“Anak itu adalah korban yang harus dilindungi…dia tak tahu apa arti TPPU…janganlah kalian zalim..”

“Dia punya ayah yg mengantarnya.punya ibu saudara dan keluarga besar…dia hanya terima uang dan sudah dibalikin….”

Fahri menambahkan, bahwa penegak hukum di negeri ini sudah melanggar hukum agama. “Sadarkah pak hakim dan jaksa bahwa kalian sudah melanggar hukum agama…apa pentingnya maharani dinista?” tulisnya lagi.

Fahri mencontohkan, “Saya punya anak2 yang akan jadi gadis remaja…saya terpukul dengan dramatisasi figur maharani…”

Tweet Fahri tidak berhenti sampai di situ saja. Bahkan kader FPKS ini mengingatkan penegak hukum agar berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan.

“Sejatinya hukum bukan milik kita…dia punya Tuhan…janganlah kalian cemari dengan dengki…Kalian para jaksa dan hakim tidak punya kepentingan dengan kehadiran maharani…Akhirilah pertunjukan sensasi dalam hukum..murnikanlah ia dengan hikmah dan kebijaksanaan…dan cinta…end,” tulisnya.

http://www.siaga.co/news/2013/05/17/...ka-aib-massal/