Hari terakhir di Makassar, saya gunakan untuk membeli oleh-oleh. Saya minta kepada Amir untuk mengantarkan saya ke pusat oleh-oleh Sulawesi Selatan. Karena banyaknya pilihan tempat, kami memutuskan untuk membeli oleh-oleh di daerah Sumba Opu. Sumba Opu terletak persis di depan Pantai Losari.

Saya selalu meminta pertimbangan ke Amir untuk masalah kue yang kira-kira cocok rasanya untuk semua kalangan. Saya juga membeli beberapa kain khas sana yang pastinya akan susah dijumpai di Jakarta.

Ditengah-tengah saya memilih oleh-oleh, pintu toko terbuka. Masuklah seorang wisatawan asing. Ia terlihat santai dan langsung memilih oleh-oleh yang akan ia bawa. Wisatawan yang mengaku warga Australia tersebut saya lihat sedang berbincang dengan Amir. Waktu itu, saya sedang memilih kain.

Saya dan Bule itu sama-sama pergi ke kasir. Sembari menghitung berapa jumlah rupiah yang harus dibayarkan, saya coba bertanya dengan sedikit medhok. Berapa lama anda sudah di Indonesia? “I’ve been a week,” jawabnya. “In Tanjung Bira 4 days and here 3 days,” jelas si bule setelah saya tanya ‘sudah kemana saja’.

“Sudah ke Bali?” Ia menjawab dengan jawaban yang tidak kami duga, yang membuat kami sedikit tersenyum. Ia bilang, “I don’t like Bali. It’s not Indonesia actually. It’s been changed. I’m looking for a true Indonesia like Bira and Merauke.” Ia menambahkan kalau di Bali sudah sama seperti di luar negeri.

Setelah panjang-lebar berbincang soal tempat-tempat eksotis lain, kami berpisah. Ia membawa kain dan kipas yang bermotif khas kota yang dahulu bernama Ujung Pandang.

Setelah mendengar pendapatnya tentang Bali, apa pendapat Anda?

Sumber