Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

liarsburningAvatar border
TS
liarsburning
Kisah Sepasang Kekasih Baik Yang Tersesat *Pelajaran Hidup*
Agan Sista ni ada pelajaran hidup untuk kita semua apalagi untuk agan dan sista yang masih pacaran cinta mati ma pacarnya emoticon-Ngakak
langsung aja simak cekibroot

Nama saya Yagmur (artinya “hujan”). Saya dilahirkan di pedalaman Turki, di sebuah desa. Pada umumnya, wanita-wanita Turki menikmati banyak kebebasan yang bagi saudari-saudari Arab kami merupakan hal yang tidak pernah mereka pikirkan. Tetapi pedalaman Turki adalah cerita yang berbeda. Pembunuhan karena kehormatan terjadi setiap hari. Biasanya wanita mengerjakan urusan-urusan rumah tangga meskipun mereka masih diperbolehkan bekerja di luar. Tetapi sebenarnya wanita bekerja lebih keras dari pria sebab umumnya pria tidak suka memaksa diri mereka. Di sini, wanita seperti sapi atau budak. Jika suamimu menyuruhmu melakukan sesuatu maka engkau harus mentaatinya.
Ibu saya adalah seorang wanita yang agak berpendidikan. Ia mengajariku di rumah dan bahkan mengijinkanku belajar di sekolah. Hobby saya adalah membaca buku. Melalui buku-buku ini, saya mempelajari bahasa-bahasa yang berbeda dan memperoleh banyak pengetahuan.
Saya seorang gadis yang berdisiplin dan taat, berbeda dengan saudara perempuanku yang agak angkuh. Ketika ia berusia delapan belas tahun, ia jatuh cinta pada seorang pria muda. Keduanya saling mencintai, tetapi pria itu sudah dijodohkan dengan gadis lain, dan ini adalah keputusan orangtuanya. Pacaran merupakan hal yang dilarang dalam Islam; pernikahan terjadi karena dijodohkan dan seringkali orang-orang muda hanya bertemu pasangannya pada hari pernikahan.
Tetapi kakak perempuanku memberontak. Ia “berpacaran” dengan pria muda itu. Setiap malam ia akan pergi untuk bertemu dengannya. Mereka melakukan ciuman dan kemudian hubungan itu menjadi terlalu jauh: Ia pun hamil. Pada awalnya mereka merencanakan untuk melarikan diri ke kota besar dimana kemungkinan mereka akan aman di sana. Mereka tahu peraturan agama di desa dan menyadari bahwa mereka akan mendapatkan masalah besar. Para pemimpin pusat tidak perduli apa yang terjadi di pedalaman Turki. Kadang-kadang memang ada imam atau mullah dan para tua-tua yang dihukum karena mereka mencoba untuk mempraktekkan hukum Islam (Sharia) dan melanggar hukum sekular pemerintah. Tetapi biasanya pemegang otoritas lebih tertarik dengan kota-kota besar yang dipenuhi oleh para turis dan menutup mata mereka terhadap apa yang terjadi di desa-desa.
Saya ingat wajah muda mereka. Saya tidak memahami seluruh situasinya; saya hanyalah seorang gadis kecil. Tetapi ketika saya memandang mereka saya bisa melihat bahwa mereka berbahagia. Kebahagiaan mereka membuat saya bahagia juga, dan saya ingin tersenyum.
Bukannya menikah dengan orang pilihannya, mereka berbicara kepada ayah saya. Kehamilan adalah sebuah alasan baik untuk mendapatkan ijin menikah, itu yang mereka kira.
Celakanya, kakakku salah dalam mengkalkulasikan cinta ayah kami padanya dan obsesi ayah dengan agamanya. Ternyata ia menjadi sangat marah. Bukannya membiarkan dua orang yang sedang jatuh cinta ini menikah dan membangun cinta mereka, ia membawanya ke para pemimpin agama dan mereka menetapkan bahwa kakakku telah melakukan dosa perzinahan. Ia dijatuhi hukuman mati dengan dilempari dengan batu. Mereka tidak menunjukkan belas kasihan bahkan terhadap janin dalam kandungannya. Ia telah menodai “kehormatan” keluarganya dan satu-satunya jalan untuk menghapus noda itu adalah dengan melenyapkan hidupnya yang baru bersemi itu. Janin dalam kandungannya juga merupakan noda, dan ciptaan kecil itu harus dihancurkan supaya keluarga kami bisa kembali hidup dengan terhormat.
Pada malam sebelum ia dieksekusi, ia datang ke kamar saya dan mengatakan kepadaku bahwa ia akan merindukan saya. Ia menangis dan memeluk saya di dadanya. Kemudian ia tersenyum dan berkata bahwa ia akan melihat bayinya yang belum lahir. Saya merasa bahagia, tidak tahu akan nasibnya, tetapi saya bisa merasakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Saya begitu takut!
Saya masih ingat matanya yang hitam; ia menatap langit ketika tanah digali dan ia dimasukkan ke dalamnya. Ia dibungkus dengan kain putih dan tangannya diikat ke tubuhnya. Ia dikubur hingga batas pinggang. Massa mengelilinginya dengan batu di tangan mereka dan mulai melemparinya dengan batu sambil menyerukan Allah-u-Akbar! Allah-u-Akbar! sebagai tambahan atas kegilaan yang mereka lakukan. Kakakku menggelepar kesakitan sementara batu-batu menghantam tubuhnya yang lemah dan memecahkan kepalanya. Darah mengalir keluar dari wajah, pipi, mulut, hidung dan matanya. Yang bisa ia lakukan hanyalah membungkukkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Perlahan-lahan gerakannya melambat dan akhirnya berhenti meskipun hujan batu terus berlangsung. Kepalanya tertelungkup di dadanya. Wajahnya yang penuh darah tetap tenang. Semua kesakitan telah pergi. Massa yang histeris menjadi kasihan dan teriakan Allah-u-Akbar pun berhenti. Seseorang mendekat, dengan sebuah batu besar di tangannya, menghantam tengkorak kakak saya dengan batu itu untuk memastikan nyawanya berakhir. Sebetulnya ia tidak perlu melakukan itu karena ia sudah mati. Mata hitamnya yang biasanya bersinar dengan kehidupan sekarang tertutup. Tawa riangnya yang biasanya memenuhi dunia di sekelilingnya kini telah membisu. Jantungnya yang berdetak dengan cinta surgawi untuk waktu yang hanya singkat saja, sekarang telah berhenti. Bahkan janinnya tidak diberikan kesempatan untuk menghirup udara. Janin ini menemani ibunya yang masih muda di tempatnya yang sunyi dan kuburannya yang dingin, atau siapa yang tahu, mungkin ke tempat yang lebih baik dimana cinta memerintah dan kesakitan serta kebodohan tidak dikenal. Nyawa kedua mahluk hidup ini harus dihapus supaya ayah saya bisa menjaga kehormatannya.
Ia ingin menikah dengan pria yang ia cintai. Ia memimpikan bisa mengenakan gaun putih di hari pernikahannya; dimana akan ada sebuah pesta perayaan yang besar, banyak orang akan diundang dan mereka semua akan mengucapkan selamat kepadanya, menyanyikan lagu-lagu sukacita, dan melemparkan bunga dan guntingan kertas berwarna kepadanya. Ya, memang masih ada perayaan, tetapi bukan perayaan pesta pernikahannya. Ia memang masih mengenakan pakaian putih, tetapi itu bukan gaun putih untuk pernikahannya. Banyak orang datang ke pesta itu, tetapi mereka datang untuk mengutukinya, dan melemparinya dengan batu. Tidak ada musik yang dimainkan dan tidak ada lagu-lagu sukacita yang dinyanyikan; hanya teriakan Allah-u-Akbar yang memenuhi udara. Pelukan yang ia terima hanya dari tanah yang dingin dimana separuh tubuhnya dikubur. Ciuman yang ia terima hanya dari batu-batu yang dilemparkan kepadanya dan merobek dagingnya serta menghancurkan tulang-tulangnya. Mereka menciumnya dengan kematian. Ia tidak dipersatukan dengan pria yang ia cintai tetapi dinikahkan dengan kematian.
Ini adalah sebuah tragedi bagi kekasih kakak saya. Hidupnya menjadi tidak berarti. Ia mendapatkan cambukan, tetapi hanya itu saja. Ia bisa saja melupakan seluruh kisah asmara mereka dan melanjutkan hidupnya, tetapi ia tidak sanggup melakukannya. Saya setiap hari melihatnya berdiri di depan pintu rumah kami, seolah-olah sedang menunggu kakak saya untuk keluar dan bertemu dengannya. Saya melihatnya menangis. Saya hanya bisa membayangkan bahwa ketika ia tidak menangis di depan rumah kami, maka saat itu ia sedang berada di pemakaman, menangis di atas makam orang yang ia kasihi dan bayinya. Hingga suatu hari ia tidak sanggup lagi menanggung penderitaannya dan kemudian ia pun gantung diri hingga mati.
Kematiannya didiamkan dan tak ada orang yang membicarakannya. Mungkin tak ada orang yang peduli. Ia dipersatukan dengan kekasihnya dan bayinya. Tak ada lagi orang yang bisa menyakiti mereka. Tak ada lagi yang bisa memisahkan mereka.
Ini adalah sebuah kisah sedih. Tetapi berbeda dengan cerita Romeo dan Juliet, ini adalah kisah nyata yang belum pernah diungkapkan. Tak seorang pun membicarakan kedua orang yang tengah kasmaran itu. Tak ada orang yang menangisi mereka. Tidak hanya mereka dikubur, tetapi memori mengenai mereka berdua juga dikubur seolah-olah mereka tidak pernah eksis. Cinta mereka yang tulus membuat orang lain merasa malu, perasaan malu yang harus dihilangkan dengan darah mereka.

Gmn gan/sista pelajaran apa yang dapat diperoleh setelah menyimak cerita tersebut? emoticon-Matabelo
#Jagalah cinta kita sampai akhir hayat emoticon-Kiss

ane baru belajar bikin thread nih mohon bimbingannya ya ma yang ijo2 bagi donk..makasih ya agan/sista emoticon-Malu (S)
Diubah oleh liarsburning 08-01-2013 06:46
0
10.4K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan