Kisah ini semoga mengispirasi agan-agan sekalian yang berminat terjun ke bisnis utamanya bisnis clothing dan membangun Brand Clothing sendiri.
Bisa belajar dari kisah Brand Clothing Lokal asal Bandung ini Mendunia, apalagi kalau bukan Petersaysdenim (PSD), simak cerita perjuangan pendiri dan Petersaysdenim (PSD)nya gan
Belajar Dari Kisah Sukses Petersaysdenim
Petersaysdenim (PSD) adalah sebuah brand asal Bandung. Beberapa produknya yaitu celana jeans,kaos, topi dan fashion untuk anak band lainnya. Petersaysdenim (PSD) didirikan oleh Peter Firmansyah. Peter, pria kelahiran Sumedang 4 Februari 1984 yang sempat merasakan bangku kuliah namaun hanya beberapa bulan.
Petersaysdenim (PSD) didirikan pada tahun 2008. Produk yang lahir karena ia miris melihat anak muda kala itu yang lebih bangga mengenakan produk luar ketimbang produk Lokal.
Kini Petersaysdenim (PSD) produk sudah dapat menembus pasar mancanegara seperti USA, Canada, singapura dan lainnya. Hal itu dilakukan pendirinya mengkonsep PSD dengan cara mengawinkan fesyen dan musik.
Kosep Petersaysdenim (PSD) dimana mengkolborasikan antara fesyen dan musik memang tidak bisa dilepaskan dari kiprah Peter sebagai seorang musisi. Pada tahun 2005 mempunya band yang bernama Peter Say Sorry.
Darisana perpaduan antara fesyen dan musik, peter kemudia mulai merancang sendiri jeans untuk bandnya. Selain karena anak Band, peter juga sudah mengenal industri tentang jeans (produksinya) dan konveksi.
Jatuh Bangun Petersaysdenim (PSD)
Selepas SMA peter pernah bekerja di pabrik yang membuat produk seperti Volcom, Globe, hingga Rusty. Dari situ ia belajar produksi mulai dari pemilihan bahan sampai pemasaran. Ia juga pernah bekerja di pegawai distro. Namun dia mendapatkan tambahan penghasilan dari order pembuatan t-shirt, jaket atau sweter.
Ia kemudian menyisihkan sebagian dari penghasilannya dari bekerja di distro dan dari order pembuatan t-shirt, jaket atau sweter. Uang tersebut kelak akan dia gunakan sebagai modal.
”Gaji saya hanya sekitar Rp 1 juta per bulan, tetapi hasil dari pekerjaan sampingan bisa mencapai Rp 2 juta, he-he-he…,” kata Peter.
Tahun 2005 ia kemudian memberanikan diri sebuah brand bernama Defense. Singkat cerita produknya gagal. Pada 2007, Peter juga pernah mengerjakan pesanan jeans senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jeans itu tak sesuai keinginannya.
kegagalan tak membuatnya menyerah, tahun 2008 akhirnya ia mendirikan PSD. Di tahun itupun Petersaysdenim (PSD) masih sempat ditipu ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur.
Kesuksesan Petersaysdenim (PSD) dan Peter
Akan tetapi kini Petersaysdenim (PSD) sudah berhasil menembus pasar mancanegara. Beberapa negara seperti USA, Canada dan Singapura merupakan negara yang dapat di tembus Petersaysdenim (PSD). Bahkan Untuk distribusi di kawasan Amerika bagian utara itu PSD kini bahkan memiliki kantor sendiri di Kanada.
Merek Petersaysdenim (PSD) seringkali disandingkan dengan merek-merek kelas dunia seperti Gibson, Fender, Peavey, Volcom, Macbeth dan lain-lain sebagai sponsor dalam event-event musik. Petersaysdenim (PSD) juga mengendorse band-band indie dari Luar negeri dan Lokal.
Kesuksesan brand Petersaysdenim (PSD), tentunya juga berimbas pada kesuksesan peter. Peter sudah sanggup membiayai pendidikan tiga adiknya dan tak melupakan jasa kedua orang tuanya.
”Kerja keras dan doa orangtua, kedua faktor itulah yang mendorong saya bisa sukses. Saya memang ingin membuat senang orangtua,” katanya. Jika dananya sudah mencukupi, ia ingin orangtuanya juga bisa menunaikan ibadah haji.
Kuci Kesuksesan Petersaysdenim (PSD)
Ada yang menarik dari strategy yang di gunkana oleh Petersaysdenim (PSD). Petersaysdenim (PSD) lebih memilih menggarap pasar International dulu biar lokal mengikuti.
Alasan utamanya “Waktu itu belum ada yang berani memasarkan produknya ke luar negeri” ungkap Peter. Apalagi saat itu untuk menggarap pasar lokal justru sulit, karena ketika itu industri pakaian tengah maju pesat.
Selain itu karakter orang indonesia. “Faktanya adalah banyak orang Indonesia yang nggak cinta produk lokal. Seleranya masih ke-bule-bulean. Dari situ gue konsep PSD untuk ke pasar Internasional sehingga ketika dipakai bule orang Indonesia jadi bangga,” tambah Peter.
Sumber, dimari