- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Awas, Data Rahasia Anda Diperjualbelikan!!!
TS
herot
Awas, Data Rahasia Anda Diperjualbelikan!!!
Data nama, nomor telepon, dan kemampuan daya beli seseorang ternyata bisa menjadi komoditas bisnis. Tak sedikit yang mengumpulkan data semacam itu untuk kepentingan penjualan produk dan penawaran jasa. Yang paling berbahaya, data itu dibeli orang untuk kejahatan, seperti SMS penipuan.
---
PERNAH ditelepon orang tak dikenal, namun si penelepon menyebut nama kita dengan sangat lengkap? Ya, akhir-akhir ini telepon semacam itu sering menyasar orang-orang kelompok menengah ke atas. Rata-rata memang menawarkan berbagai produk atau jasa. Mulai kartu kredit, asuransi, hingga investasi berjangka.
Yang tak kalah marak adalah SMS gateway (satu pesan ke banyak nomor) untuk kepentingan bisnis telemarketing.
Juga, SMS bernada penipuan yang meminta pulsa, transfer uang, atau kabar palsu. Bagi sebagian orang yang menginginkan privasi, kondisi itu tentu sangat mengganggu.
Pernahkan Anda mereka-reka dari mana penelepon dan pengirim pesan itu mendapatkan nomor kita? Inilah yang kami telusuri beberapa hari belakangan. Ternyata salah satu sumber nomor-nomor telepon tersebut adalah database perusahaan yang kini banyak diperjualbelikan.
Mendapatkan database itu sangat mudah. Ketik saja di mesin pencari "jual database perusahaan". Hasilnya, banyak situs atau forum yang menawarkan jual beli database untuk keperluan telemarketing.
Para penjual itu terang-terangan menawarkan database berisi kontak dan nama ribuan orang. Penjual tersebut berasal dari banyak kota. Koran ini pun menelusuri dengan membeli database dari beberapa penjual di Surabaya.
Harga database yang ditawarkan bervariasi. Umumnya mereka menjual database tersebut layaknya menu makanan di restoran cepat saji, yakni sistem paket. Paket itu biasanya merujuk pada isi database. Misalnya, database pemilik kartu kredit, rumah mewah, apartemen, member golf, pelanggan operator seluler, pembeli mobil, pelanggan rental mobil, pemasang iklan, hingga pengunjung restoran di sebuah mal.
Selain bergantung pada isi database, tinggi rendahnya harga terkait dengan jumlah database. Jawa Pos mendapati harga termurah Rp 200 ribu. Namun, koran ini juga membeli paket komplet yang disediakan sebuah penjual di forum internet, harganya Rp 1 juta.
Soal isi dan jumlah data, memang jumlahnya ribuan. Si penjual menyebut jumlah database itu 400 ribu. Tetapi, kami belum menghitung jumlah pastinya.
"Ini koleksi saya yang paling lengkap dan ter-update. Beberapa kontak yang tidak bisa dihubungi sudah tersortir," ujar Mulyono, salah seorang penjual database di Surabaya. Meski yang diperjualbelikan termasuk barang privasi, Mulyono terang-terangan dalam bertransaksi.
Awalnya, koran ini menghubungi Mulyono via telepon yang dia pasang di sejumlah forum internet. Dengan dalih tak ingin dianggap tipu-tipu dan mengecewakan konsumennya, Mulyono memilih melakukan transaksi COD (cash on delivery) daripada mengirim via paket.
Sebelum bertemu, Mulyono menawari pembeli apakah database yang akan dibeli perlu di-burning dan dikemas ke CD atau cukup dikopi antar flash disk. Jika pilihan jatuh ke nomor dua, Mulyono menawarkan untuk ketemuan di warnet sekitar Wonocolo.
Ketika bertemu, Mulyono bercerita banyak tentang isi barang yang dijualnya. Seperti halnya seorang sales, Mulyono menjelaskan kelebihan-kelebihan barang yang dia jual.
Misalnya, klaim bahwa isi database yang dia jual asli, bukan hasil copy paste data sembarangan. Dia juga menyebut koleksi database-nya terlengkap dan up-to-date. "Sudah saya cek dan sortir sehingga 90 persen lebih data ini akurat," jelas Mulyono sembari mengutak-atik dua ponsel BlackBerry-nya.
Selain menjelaskan produk yang dia jual, Mulyono menceritakan klien-klien yang selama ini memanfaatkan database-nya. Kebanyakan memang telemarketing. Mayoritas pembeli database itu perusahaan, sebagian lagi baru perorangan. "Kalau yang beli perusahaan langsung, biasanya mereka meminta kuitansi. Kalau yang beli perorangan, jarang meminta kuitansi,"" ujarnya lantas menawarkan apakah transaksi perlu bukti kuitansi atau tidak.
Di akhir pembicaraan, Mulyono menjanjikan produk yang dijualnya bergaransi. Artinya, jika CD atau isi di dalamnya tidak bisa diakses, dia siap mengganti dengan yang baru. Dia juga menyatakan siap dihubungi sewaktu-waktu untuk mengajari penggunaan database tersebut.
Database paket komplet yang dijual Mulyono dikemas dalam dua keping CD. Keping CD pertama berisi 190 Mb files. Sedangkan CD kedua berisi 82,2 Mb files. Dalam CD pertama terdapat 10 folder database dan 10 file berformat Microsoft Excel.
Pemilik Rumah Mewah hingga Pembeli Mobil
Kebanyakan database yang dijual Mulyono memang berformat Excel. Di dalam 10 folder CD pertama, terdapat puluhan file Excel yang memuat identitas seseorang. Folder yang ada di CD pertama, antara lain, diberi nama 6rb pemasang iklan koranmjlah+dll, 99205, data pemegang kartu kredit berbagai bank, hingga daftar peserta seminar dan peserta wisata dakwah.
Di CD yang kedua, isi database lebih spesifik lagi. Mayoritas data pemegang kartu kredit dari sejumlah bank. Hebatnya, data itu spesifik menyebut jenis kartu kredit seseorang. Misalnya, classic, gold, platinum, dan titanium.
Tak hanya itu, di CD yang kedua juga ada data pemilik rumah-rumah mewah di Surabaya. Ada perumahan mewah di kawasan Manyar, CitraLand, Graha Famili, kawasan Darmo Permai, dan apartemen-apartemen baru. Bukan itu saja, ada pula data tentang pemilik mobil jenis tertentu hingga nama-nama pembayar pajak kendaraan.
Data pemilik nomor ponsel dari operator tertentu dan pemilik nomor dengan jumlah digit sedikit juga ada. Jawa Pos pun mengecek keabsahan data itu dengan menghubungi secara acak. Ternyata benar, nomor-nomor ponsel tersebut sesuai dengan namanya.
Selain membeli database kepada Mulyono, kami menelusuri penjualan data ke penjual lain. Dalam sebuah situs ada penjual yang bernama Doni. Berbeda dengan Mulyono, penjual itu sedikit jual mahal. Servis yang diberikan tidak seperti Mulyono.
Dia sendiri yang menentukan tempat pertemuan. Dia juga berkeberatan saat diajak ngobrol banyak mengenai barang jualannya. Akhirnya, pertemuan dengan Doni disepakati di tempat sebuah gedung di kawasan Panglima Sudirman. Doni memilih tempat pertemuan itu karena dia bekerja di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris di gedung tersebut.
Ketika bertemu, Doni ternyata sudah membawa print out database yang berasal dari file Excel. Data sekitar 50 lembar itu disodorkan dan ditawarkan dengan harga Rp 300 ribu. Setelah ditawar, Doni akhirnya melepas dengan harga Rp 200 ribu.
Doni, tampaknya, tidak profesional seperti Mulyono. Database yang dicetak terkesan acak-acakan. Banyak nama orang di database itu yang terpotong. Misalnya, di sana ada nama Blegur Priyanggono yang tak lain anggota DPRD Surabaya. Nama Blegur hanya tercetak Blegru Priyan.
Doni juga sempat berkeberatan ketika diminta untuk menyerahkan soft copy database tersebut dengan alasan banyak nama yang terpotong. Namun, akhirnya dia bersedia mengirim e-mail soft copy database, tetapi tetap tak spesifik seperti dagangan Mulyono.
Doni mengaku database itu didapat ketika masih menjadi telemarketing. Namun, Doni tidak menjelaskan bidang telemarketing yang dia geluti. Beda dengan Mulyono yang mengaku mendapatkan database ribuan nama itu dengan cara membeli dari beberapa orang. "Ada orang yang biasa menawarkan ke saya. Tetapi, tidak semua tawaran itu saya beli. Saya lihat dulu apakah isi database tersebut sudah saya miliki atau belum,"" jelasnya.
Menurut Mulyono, orang yang menawarinya itu tidak hanya berasal dari Surabaya. Namun, beberapa di antaranya dari Jakarta dan kota besar lain. Entah jujur atau tidak, Mulyono mengaku biasa kulakan database dengan harga Rp 200 ribu-Rp 300 ribu per jenis data. Misalnya, data pemegang kartu kredit dari satu bank.
Bisnis itu dilakoni Mulyono sejak dua tahun lalu, ketika dia menggeluti internet marketing. Mulyono berkilah database itu tidak sembarang dia jual ke seseorang. Menurut dia, sejak awal dirinya menanyakan tujuan pembelian database. ""Karena itu, saya lebih senang kalau jual belinya dilakukan dengan ketemuan,"" paparnya.
Baik Doni maupun Mulyono mengatakan, kebanyakan pembeli database-nya memang seorang telemarketing. Namun, ada pula perusahaan yang menggunakan database itu untuk keperluan marketing via SMS gateway. ""Jadi, ada yang butuh nomor-nomor telepon itu untuk dihubungi langsung atau hanya menyebarkan SMS promosi,"" papar Mulyono. (gun/c7/fat)
JPNN
---
PERNAH ditelepon orang tak dikenal, namun si penelepon menyebut nama kita dengan sangat lengkap? Ya, akhir-akhir ini telepon semacam itu sering menyasar orang-orang kelompok menengah ke atas. Rata-rata memang menawarkan berbagai produk atau jasa. Mulai kartu kredit, asuransi, hingga investasi berjangka.
Yang tak kalah marak adalah SMS gateway (satu pesan ke banyak nomor) untuk kepentingan bisnis telemarketing.
Juga, SMS bernada penipuan yang meminta pulsa, transfer uang, atau kabar palsu. Bagi sebagian orang yang menginginkan privasi, kondisi itu tentu sangat mengganggu.
Pernahkan Anda mereka-reka dari mana penelepon dan pengirim pesan itu mendapatkan nomor kita? Inilah yang kami telusuri beberapa hari belakangan. Ternyata salah satu sumber nomor-nomor telepon tersebut adalah database perusahaan yang kini banyak diperjualbelikan.
Mendapatkan database itu sangat mudah. Ketik saja di mesin pencari "jual database perusahaan". Hasilnya, banyak situs atau forum yang menawarkan jual beli database untuk keperluan telemarketing.
Para penjual itu terang-terangan menawarkan database berisi kontak dan nama ribuan orang. Penjual tersebut berasal dari banyak kota. Koran ini pun menelusuri dengan membeli database dari beberapa penjual di Surabaya.
Harga database yang ditawarkan bervariasi. Umumnya mereka menjual database tersebut layaknya menu makanan di restoran cepat saji, yakni sistem paket. Paket itu biasanya merujuk pada isi database. Misalnya, database pemilik kartu kredit, rumah mewah, apartemen, member golf, pelanggan operator seluler, pembeli mobil, pelanggan rental mobil, pemasang iklan, hingga pengunjung restoran di sebuah mal.
Selain bergantung pada isi database, tinggi rendahnya harga terkait dengan jumlah database. Jawa Pos mendapati harga termurah Rp 200 ribu. Namun, koran ini juga membeli paket komplet yang disediakan sebuah penjual di forum internet, harganya Rp 1 juta.
Soal isi dan jumlah data, memang jumlahnya ribuan. Si penjual menyebut jumlah database itu 400 ribu. Tetapi, kami belum menghitung jumlah pastinya.
"Ini koleksi saya yang paling lengkap dan ter-update. Beberapa kontak yang tidak bisa dihubungi sudah tersortir," ujar Mulyono, salah seorang penjual database di Surabaya. Meski yang diperjualbelikan termasuk barang privasi, Mulyono terang-terangan dalam bertransaksi.
Awalnya, koran ini menghubungi Mulyono via telepon yang dia pasang di sejumlah forum internet. Dengan dalih tak ingin dianggap tipu-tipu dan mengecewakan konsumennya, Mulyono memilih melakukan transaksi COD (cash on delivery) daripada mengirim via paket.
Sebelum bertemu, Mulyono menawari pembeli apakah database yang akan dibeli perlu di-burning dan dikemas ke CD atau cukup dikopi antar flash disk. Jika pilihan jatuh ke nomor dua, Mulyono menawarkan untuk ketemuan di warnet sekitar Wonocolo.
Ketika bertemu, Mulyono bercerita banyak tentang isi barang yang dijualnya. Seperti halnya seorang sales, Mulyono menjelaskan kelebihan-kelebihan barang yang dia jual.
Misalnya, klaim bahwa isi database yang dia jual asli, bukan hasil copy paste data sembarangan. Dia juga menyebut koleksi database-nya terlengkap dan up-to-date. "Sudah saya cek dan sortir sehingga 90 persen lebih data ini akurat," jelas Mulyono sembari mengutak-atik dua ponsel BlackBerry-nya.
Selain menjelaskan produk yang dia jual, Mulyono menceritakan klien-klien yang selama ini memanfaatkan database-nya. Kebanyakan memang telemarketing. Mayoritas pembeli database itu perusahaan, sebagian lagi baru perorangan. "Kalau yang beli perusahaan langsung, biasanya mereka meminta kuitansi. Kalau yang beli perorangan, jarang meminta kuitansi,"" ujarnya lantas menawarkan apakah transaksi perlu bukti kuitansi atau tidak.
Di akhir pembicaraan, Mulyono menjanjikan produk yang dijualnya bergaransi. Artinya, jika CD atau isi di dalamnya tidak bisa diakses, dia siap mengganti dengan yang baru. Dia juga menyatakan siap dihubungi sewaktu-waktu untuk mengajari penggunaan database tersebut.
Database paket komplet yang dijual Mulyono dikemas dalam dua keping CD. Keping CD pertama berisi 190 Mb files. Sedangkan CD kedua berisi 82,2 Mb files. Dalam CD pertama terdapat 10 folder database dan 10 file berformat Microsoft Excel.
Pemilik Rumah Mewah hingga Pembeli Mobil
Kebanyakan database yang dijual Mulyono memang berformat Excel. Di dalam 10 folder CD pertama, terdapat puluhan file Excel yang memuat identitas seseorang. Folder yang ada di CD pertama, antara lain, diberi nama 6rb pemasang iklan koranmjlah+dll, 99205, data pemegang kartu kredit berbagai bank, hingga daftar peserta seminar dan peserta wisata dakwah.
Di CD yang kedua, isi database lebih spesifik lagi. Mayoritas data pemegang kartu kredit dari sejumlah bank. Hebatnya, data itu spesifik menyebut jenis kartu kredit seseorang. Misalnya, classic, gold, platinum, dan titanium.
Tak hanya itu, di CD yang kedua juga ada data pemilik rumah-rumah mewah di Surabaya. Ada perumahan mewah di kawasan Manyar, CitraLand, Graha Famili, kawasan Darmo Permai, dan apartemen-apartemen baru. Bukan itu saja, ada pula data tentang pemilik mobil jenis tertentu hingga nama-nama pembayar pajak kendaraan.
Data pemilik nomor ponsel dari operator tertentu dan pemilik nomor dengan jumlah digit sedikit juga ada. Jawa Pos pun mengecek keabsahan data itu dengan menghubungi secara acak. Ternyata benar, nomor-nomor ponsel tersebut sesuai dengan namanya.
Selain membeli database kepada Mulyono, kami menelusuri penjualan data ke penjual lain. Dalam sebuah situs ada penjual yang bernama Doni. Berbeda dengan Mulyono, penjual itu sedikit jual mahal. Servis yang diberikan tidak seperti Mulyono.
Dia sendiri yang menentukan tempat pertemuan. Dia juga berkeberatan saat diajak ngobrol banyak mengenai barang jualannya. Akhirnya, pertemuan dengan Doni disepakati di tempat sebuah gedung di kawasan Panglima Sudirman. Doni memilih tempat pertemuan itu karena dia bekerja di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris di gedung tersebut.
Ketika bertemu, Doni ternyata sudah membawa print out database yang berasal dari file Excel. Data sekitar 50 lembar itu disodorkan dan ditawarkan dengan harga Rp 300 ribu. Setelah ditawar, Doni akhirnya melepas dengan harga Rp 200 ribu.
Doni, tampaknya, tidak profesional seperti Mulyono. Database yang dicetak terkesan acak-acakan. Banyak nama orang di database itu yang terpotong. Misalnya, di sana ada nama Blegur Priyanggono yang tak lain anggota DPRD Surabaya. Nama Blegur hanya tercetak Blegru Priyan.
Doni juga sempat berkeberatan ketika diminta untuk menyerahkan soft copy database tersebut dengan alasan banyak nama yang terpotong. Namun, akhirnya dia bersedia mengirim e-mail soft copy database, tetapi tetap tak spesifik seperti dagangan Mulyono.
Doni mengaku database itu didapat ketika masih menjadi telemarketing. Namun, Doni tidak menjelaskan bidang telemarketing yang dia geluti. Beda dengan Mulyono yang mengaku mendapatkan database ribuan nama itu dengan cara membeli dari beberapa orang. "Ada orang yang biasa menawarkan ke saya. Tetapi, tidak semua tawaran itu saya beli. Saya lihat dulu apakah isi database tersebut sudah saya miliki atau belum,"" jelasnya.
Menurut Mulyono, orang yang menawarinya itu tidak hanya berasal dari Surabaya. Namun, beberapa di antaranya dari Jakarta dan kota besar lain. Entah jujur atau tidak, Mulyono mengaku biasa kulakan database dengan harga Rp 200 ribu-Rp 300 ribu per jenis data. Misalnya, data pemegang kartu kredit dari satu bank.
Bisnis itu dilakoni Mulyono sejak dua tahun lalu, ketika dia menggeluti internet marketing. Mulyono berkilah database itu tidak sembarang dia jual ke seseorang. Menurut dia, sejak awal dirinya menanyakan tujuan pembelian database. ""Karena itu, saya lebih senang kalau jual belinya dilakukan dengan ketemuan,"" paparnya.
Baik Doni maupun Mulyono mengatakan, kebanyakan pembeli database-nya memang seorang telemarketing. Namun, ada pula perusahaan yang menggunakan database itu untuk keperluan marketing via SMS gateway. ""Jadi, ada yang butuh nomor-nomor telepon itu untuk dihubungi langsung atau hanya menyebarkan SMS promosi,"" papar Mulyono. (gun/c7/fat)
JPNN
Diubah oleh herot 18-03-2013 04:35
0
7.2K
81
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan