Warga pinggir rel yang selama ini terancam penggusuran oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) DAOP 8 ternyata tak main-main dalam melakukan perlawanan. Menjelang batas terakhir tenggat waktu yang diberikan (akhir Januari 2013), ribuan warga berniat melakukan aksi turun ke jalan jika tidak ada solusi dari PT KAI setelah menggusur warga.

Wahyu Nugroho, Koordinator 1 Forum Warga Pinggir Rel (Forwapel) bahkan berencana menggerakkan massa untuk turun ke jalan dan mengemis bersama sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan ini.

“Aksi ini kaitannya dengan rencana penggusuran yang akan dilakukan PT KAI. Ini bentuk kekecewaan terhadap pemerintah yang tidak memperdulikan nasib warga. Kalau digusur kita mau tinggal dimana,” ungkap pria yang juga Wakil Ketua RW 2 Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo ini.

Sementara itu, dalam agenda Hearing antara warga dengan Komisi A DPRD Kota Surabaya hari ini, Senin (28/1/2013), beberapa perwakilan warga diantaranya Komunitas Warga Pinggir Rel (KWPR) bahkan berniat menggelar aksi menduduki jalur rel kereta api di sepanjang Ngagel hingga sepanjang Kalibokor, Kalimas, Krembangan Masigit, Jepara, Sulung, Gembong dan Donokerto.

“Aksi ini untuk mengantisipasi pembongkaran yang dilakukan PT KAI. Langkah ini sebagai bentuk simpati senasib seperjuangan untuk membela teman-teman yang berada di Ngagel, Kalibokor. Mereka sama seperti kami, meskipun deadline pembongkaran wilayah kami sudah lewat,” ujar Margono Ketua KWPR.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari lapangan, warga yang akan melakukan berjumlah 600 orang dari wilayah Sulung, 200 warga Donokerto, 600 warga Dupak Magersari, 100 warga Krembangan Masigit, 200 warga Jepara.

Selain Forum KWPR, juga akan bergabung Tim Anti Penggusuran Masyarakat Pinggir Rel (TAP-MPR) dan Forum Warga Pinggir Rel