Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

VegaLightAvatar border
TS
VegaLight
Setelah Etnis Rohingya, Kini Giliran Etnis Kachin Jadi Target Militan Myanmar

Tentara Front Demokrasi Pelajar Seluruh Burma – Utara (ABSDF-North), sekutu Tentara Kemerdekaan Kachin, menembakkan mortar di dekat Laiza, Myanmar.

Pemberontak Kachin di utara Myanmar mengklaim serangan artileri tentara pemerintah, Senin, menewaskan tiga warga sipil dan melukai empat orang lainnya. Pemerintah Myanmar sendiri menyangkal tuduhan tersebut. Saat Myanmar berupaya menjaga reformasi agar tetap berada di jalur yang benar, negara itu sering dihadapkan pada hubungan yang bergejolak dengan etnis minoritas di area perbatasan.

Menurut pemberontak, seorang remaja putra 15 tahun dan pendeta Kristen 76 tahun tewas dalam serangan tersebut. Bentrok terjadi di Laiza, sebuah kota di negara bagian Kachin yang dimanfaatkan pemberontak sebagai markas besarnya. Empat korban luka adalah perempuan yang berusia antara 2 dan 56 tahun.

“Ini adalah serangan artileri pertama di Laiza,” ujar Letnan Kolonel La Awng, wakil ketua urusan luar negeri Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO).

Humas Presiden Thein Sein, Ye Htut, menyatakan tidak ada serangan di area tersebut. Ia juga menyangkal klaim pemberontak bahwa artileri pemerintah merupakan penyebab tewasnya korban. Menurutnya, korban mungkin tewas akibat ledakan timbunan amunisi.

Suku Kachin, salah satu dari etnis minoritas di Burma, sudah puluhan tahun menuntut otonomi dari pemerintah pusat. Tentara Kemerdekaan Kachin—unit militer KIO—kembali bentrok dengan aparat dekat sebuah lokasi proyek infrastruktur yang disokong oleh negara tetangganya, Cina, sejak 18 bulan lalu. Penyebab pasti bentrokan ini masih belum diketahui.

Dalam konflik teranyar yang kian memanas seminggu terakhir ini, militer Myanmar mengumumkan telah mengepung Laiza serta meluncurkan serangkaian serangan udara dan artileri ke pos-pos pemberontak.

Phil Robertson, wakil direktur Human Rights Watch divisi Asia, mengatakan risiko jatuhnya korban dari warga sipil adalah kekhawatiran terbesar yang muncul sejak bentrokan kian parah.

Cina mendesak Myanmar untuk memulihkan stabilitas di area dekat perbatasan kedua negara setelah tiga bom jatuh di wilayah Cina usai Tahun Baru. Menurut Beijing, pemerintah Myanmar harus segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mencegah insiden serupa terulang kembali.

Myanmar dikuasai oleh junta militer selama puluhan tahun sebelum pemerintahan sipil akhirnya mengambil alih kepemimpinan pada 2010. Pemerintahan Thein Sein telah menerapkan liberalisasi ekonomi dan sipil serta kebebasan politik yang lebih besar. Pada dasarnya pemerintah menghormati setiap perjanjian damai yang telah diteken antara sejumlah besar suku pemberontak di Myanmar dengan rezim junta militer.

sumber

@Myanmar
Kelaut aja lo emoticon-Najis

0
4.3K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan