Penyebaran Islam di Indonesia selalu diklaim dilakukan dgn damai dalam proses akulturasi. Toleransi para sunan ketika berdakwah di kalangan hindhu jawa, selalu dijadikan bukti tersebut. Namun benarkah demikian?

Pada tahun 1920 terbitlah buku kejawen yg menggegerkan dunia persilatan Serat darmogandul, buku yg menceritakan proses keruntuhan Majapahit dan mengolok2 ajaran Islam. Dalam buku ini disebutkan bahwa raden patah putra prabu brawijaya V, mengadakan pemberontakan melawan ayahnya (majapahit) untuk mendirikan kesultanan demak. Para sunan yg biasanya kita kenal sebagai orang toleran, disini diceritakan sbg otak kejahatan yg menghasut raden patah memberontak kpd ayah kandungnya.



Dalam kisah ini Islam dianggap tidak tahu diri, karena sudah diberi kebebasan berdakwah malah menikam dari belakang.



Namun disisi lain dicurigai bahwa pembuat darmogandul adalah orang kristen atau setidaknya memahami kristen dgn baik. Hal ini karena di beberapa kisah banyak mencantumkan ajaran2 yg berasal dari kekristenan. Seperti buah pengetahuan yg disini disebut kayu kawruh(buah budi). Lalu juga memuji2 agama kristen disini disebut agama srani.



Lalu kisah Nabi Daud yg lebih menyerupai cerita di PL ketimbang di Al-Quran. Pertimbangan2 diatas membuat konklusi bahwa pembuat cerita darmagandul sangat mendalami alkitab dan kemungkinan besar baru dibuat setelah Belanda (misionaris) datang. Mungkinkah ini usaha misionaris untuk memecah belah (devide et impera) rakyat Jawa, sekaligus memberikan citra buruk Islam?

Terus apa yg mau didebatin? Langsung aja:

Apakah benar Islam disebarkan dgn cara biadab, menikam dari belakang ataukah kisah ini hanya bullshit misionaris kristen untuk memecah belah dan mendapatkan domba2 baru?

Let's begin, this bloody fight