- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kebobrokan PSSI Djohar dan Kongres Setengah Hati
TS
sariflubis
Kebobrokan PSSI Djohar dan Kongres Setengah Hati
Djohar, Kemunduran PSSI, dan Kongres Setengah Hati
Quote:
Konflik dualisme PSSI dan KPSI mulai menemui titik api yang siap membakar salah satu pihak yang dinilai lebih lemah kedudukannya. Hal ini juga disebabkan oleh keputusan Kongres Luar Biasa (KLB) yang diadakan di Solo pada tanggal 9 Juli 2011. Voters did KLB Solo memutuskan Djohar Arifin menjadi Ketua Umum PSSI menggantikan Nurdin Halid.
Keputusan pengangkatan Djohar inilah yang dinilai oleh masyarakat sepakbola menjadi penyebab kisruh dulisme PSSI. Karena hal ini juga kebencian masyarakat sepakbola kepada Djohar dkk. mencapai klimaks. Bahkan, seperti yang diberitakan oleh beberapa media, voters yang diplot MoU PSSI dan rapat Joint Committee (JC) PSSI sebagai voters kongres yang diminta FIFA untuk diadakan pada 10 Desember 2012 buat atasi kisruh sepakbola Indonesia itu, siap gulingkan Djohar dkk dari kepengurusan PSSI.
"Kami adalah voters kongres yang sah sesuai MoU PSSI dan hasil rapat JC PSSI pada Rabu (5/12). Kami tinggal tunggu hasil verifikasi. Begitu kami sudah sah jadi voters kongres yang tengah dirancang JC PSSI, kami akan langsung minta 1 tambahan agenda buat gulingkan Djohar dkk," tegas salah 1 voters KLB 9 Juli 2012 yang minta identitasnya tak disebutkan.
"Djohar dkk bukan hanya merusak, tapi juga ingin sepakbola Indonesia disanksi FIFA. Kami tidak peduli kongres digelar di mana. Mau di Palangkaraya, Jakarta, atau di mana pun kami siap," papar salah satu anggota kongres voters tersebut.
Alasan voters yang siap menggulingkan Djohar sangat jelas. Di bawah kepemimpinan Djohar dkk, sepakbola Indonesia terus terperosok menuju kehancuran. Jika dilihat dari sisi prestasi misalnya, untuk pertamakalinya timnas Indonesia terjun bebas ke urutan 170 peringkat FIFA. Prestasi memalukan ini belum ditambah sejumlah fakta yang mencoreng wajah timnas Indonesia. Salah satunya adalah kekalahan 0-10 dari Bahrain di laga terakhir Pra-Piala Dunia 2014. Aib PSSI juga ditambah dengan empat hotel blacklist PSSIkarena tunggakan utang. Hal ini tentu sangat memalukan bagi citra sepakbola nasional.
Kebobrokan Djohar tadi baru dilihat dari sisi prestasi. Coba lihat juga perkembangan sepakbola nasional Indonesia dari dalam. Dualisme melanda klub dan Pengprov PSSI yang dibekukan dan dibentuk kepengurusan caretaker tanpa alasan dan proses organisasi yang benar. Jika kita memperhatikan semua fakta dan data yang diberitakan oleh media, penilaian yang muncul adalah PSSI tidak serius menangani dualisme. Padahal masalah dualisme ini jika dilihat dari efeknya terhadap dunia sepakbola nasional jelas tidak bisa dianggap sepele sama sekali.
Citra Djohar dkk. semakin buruk ketika Halim Mahfudz, Sekjen PSSI kepemimpinan Djohar sendiri, dengan lantang menantang sanksi FIFA. Halim menyatakan PSSI Djohar tidak mau patuhi MoU dan hasil rapat JC PSSI, terkait penyelesaian kisruh sepakbola Indonesia melalui Kongres PSSI yang dirancang JC PSSI.
Perintah MoU PSSI yang dipertegas dalam surat FIFA kepada Mennegpora tertanggal 26 November 2012 agar kongres diikuti voters KLB 9 Juli 2011 ditentang Djohar dkk. PSSI Djohar bersikeras voters kongres didasarkan pada voters Kongres PSSI 18 Maret 2012 di Palangkaraya. Padahal, FIFA dan AFC tak mengakuinya.
PSSI Djohar juga ingin memaksakan agar kongres itu berstatus KLB. Padahal, dalam MoU PSSI jelas tertulis kongres itu adalah kongres biasa, bukan KLB.
Selain itu PSSI Djohar juga ingin agar ISL tidak menjadi peserta kongres. Bagaimana bisa hanya berpihak kepada salah satu pihak?!
Padahal jika ingin dualisme segera terurai maka PSSI harus mendengarkan aspirasi kedua belah pihak, yaitu ISL dan LPI.
Keputusan pengangkatan Djohar inilah yang dinilai oleh masyarakat sepakbola menjadi penyebab kisruh dulisme PSSI. Karena hal ini juga kebencian masyarakat sepakbola kepada Djohar dkk. mencapai klimaks. Bahkan, seperti yang diberitakan oleh beberapa media, voters yang diplot MoU PSSI dan rapat Joint Committee (JC) PSSI sebagai voters kongres yang diminta FIFA untuk diadakan pada 10 Desember 2012 buat atasi kisruh sepakbola Indonesia itu, siap gulingkan Djohar dkk dari kepengurusan PSSI.
"Kami adalah voters kongres yang sah sesuai MoU PSSI dan hasil rapat JC PSSI pada Rabu (5/12). Kami tinggal tunggu hasil verifikasi. Begitu kami sudah sah jadi voters kongres yang tengah dirancang JC PSSI, kami akan langsung minta 1 tambahan agenda buat gulingkan Djohar dkk," tegas salah 1 voters KLB 9 Juli 2012 yang minta identitasnya tak disebutkan.
"Djohar dkk bukan hanya merusak, tapi juga ingin sepakbola Indonesia disanksi FIFA. Kami tidak peduli kongres digelar di mana. Mau di Palangkaraya, Jakarta, atau di mana pun kami siap," papar salah satu anggota kongres voters tersebut.
Alasan voters yang siap menggulingkan Djohar sangat jelas. Di bawah kepemimpinan Djohar dkk, sepakbola Indonesia terus terperosok menuju kehancuran. Jika dilihat dari sisi prestasi misalnya, untuk pertamakalinya timnas Indonesia terjun bebas ke urutan 170 peringkat FIFA. Prestasi memalukan ini belum ditambah sejumlah fakta yang mencoreng wajah timnas Indonesia. Salah satunya adalah kekalahan 0-10 dari Bahrain di laga terakhir Pra-Piala Dunia 2014. Aib PSSI juga ditambah dengan empat hotel blacklist PSSIkarena tunggakan utang. Hal ini tentu sangat memalukan bagi citra sepakbola nasional.
Kebobrokan Djohar tadi baru dilihat dari sisi prestasi. Coba lihat juga perkembangan sepakbola nasional Indonesia dari dalam. Dualisme melanda klub dan Pengprov PSSI yang dibekukan dan dibentuk kepengurusan caretaker tanpa alasan dan proses organisasi yang benar. Jika kita memperhatikan semua fakta dan data yang diberitakan oleh media, penilaian yang muncul adalah PSSI tidak serius menangani dualisme. Padahal masalah dualisme ini jika dilihat dari efeknya terhadap dunia sepakbola nasional jelas tidak bisa dianggap sepele sama sekali.
Citra Djohar dkk. semakin buruk ketika Halim Mahfudz, Sekjen PSSI kepemimpinan Djohar sendiri, dengan lantang menantang sanksi FIFA. Halim menyatakan PSSI Djohar tidak mau patuhi MoU dan hasil rapat JC PSSI, terkait penyelesaian kisruh sepakbola Indonesia melalui Kongres PSSI yang dirancang JC PSSI.
Perintah MoU PSSI yang dipertegas dalam surat FIFA kepada Mennegpora tertanggal 26 November 2012 agar kongres diikuti voters KLB 9 Juli 2011 ditentang Djohar dkk. PSSI Djohar bersikeras voters kongres didasarkan pada voters Kongres PSSI 18 Maret 2012 di Palangkaraya. Padahal, FIFA dan AFC tak mengakuinya.
PSSI Djohar juga ingin memaksakan agar kongres itu berstatus KLB. Padahal, dalam MoU PSSI jelas tertulis kongres itu adalah kongres biasa, bukan KLB.
Selain itu PSSI Djohar juga ingin agar ISL tidak menjadi peserta kongres. Bagaimana bisa hanya berpihak kepada salah satu pihak?!
Padahal jika ingin dualisme segera terurai maka PSSI harus mendengarkan aspirasi kedua belah pihak, yaitu ISL dan LPI.
Kaskuser yang baik selalu meninggalkan jejak berupa komeng yang bermutu.
TS ga nolak
TS nolak
TS ga nolak
TS nolak
Diubah oleh sariflubis 09-12-2012 09:15
0
2.7K
Kutip
29
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan