yantiqueAvatar border
TS
yantique
IPA,IPS. TI & Inggris SD Dihapus, PR dikurangi, Malahan Beri Peluang Anak Main GAMES
Evaluasi Dulu Matpel IPA, IPS & Bahasa Inggris, Baru Dihapus
Kamis, 11 Oktober 2012 16:46 wib

JAKARTA - Perubahan kurikulum nasional tidak hanya membutuhkan penggodokan yang matang, tetapi harus didahului evaluasi mendalam terhadap kurikulum yang sedang diterapkan. Sayangnya, dua hal ini tidak ditemukan dalam rencana pemeririntah membuat kurikulum baru untuk tahun depan. Menurut Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Dr. Soedijarto, MA, perubahan kurikulum bukanlah sesuatu yang diperlukan sistem pendidikan nasional saat ini. Selain itu, mengubah kurikulum tidak bisa dilakukan secara instan. "Tidak bisa sekarang jadi, lalu tahun depan langsung diterapkan," ujar Soedijarto kepada Okezone, Kamis (11/10/2012).

Penyusunan dan revisi kurikulum, ujar Soedijarto, itu memerlukan evaluasi yang mendalam. Pemerintah haruslah melihat dan mengevaluasi penerapan kurikulum di ruang kelas dan bagaimana guru menguasai kurikulum tersebut. "Ini bukanlah sesuatu yang apriori dan harus dilakukan tanpa pertanyaan. Dasarnya harus evaluasi, bukan sebatas asumsi-asumsi," tegas Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (PP ISPI) ini.

Evaluasi yang dimaksud Soedijarto meliputi pemetaan kesulitan apa saja yang dialami guru di ruang kelas. Kemudian, sebuah kurikulum baru juga seharusnya diuji coba terlebih dahulu sebelum benar-benar diterapkan. Dengan begitu, guru benar-benar sudah menguasai kurikulum. Mantan Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1975-1981) itu mengimbuh, guru merupakan garda terdepan dalam penerapan kurikulum. Merekalah yang menentukan makna suatu kurikulum untuk disampaikan kepada anak-anak didiknya. "Jika dipaksa harus menerapkan, guru akan menjadi bingung," ujarnya.
http://kampus.okezone.com/read/2012/...s-baru-dihapus

-----------------------

Pelajaran yang diberikan dalam kurikulum anak-anak kita di SD dan SMP itu, memang kelihatannya banyak. Tapi dalam prakteknya, maksimal isi kurikulum yang bisa terserap dan tersampaikan oleh Guru hanya sekitar 60-70% saja, bahkan kalau di luar jawa bisa dibawah 50%. Kalau materi itu dikurangi dengan mengurangi mata pelajaran, otomatislah yang bisa di transfer ke murid itu, tambah minim lagi. Itu beda dengan di negara-negara maju, dimana materi pelajaran dalam kurikulum itu bisa di transfer oleh Guru hingga mendekati 100%, jadi meski mata pelajaran mereka sedikit, tapi effisien. Penghapusan IPA, IT dan bahasa Inggris di era globalisasi dan kemajuan teknolgi IT sekarang, justru kelihatannya malah membuat negeri ini malahan 'set back'. Padahal saat ini, anak TK saja sudah biasa main iPad dan buka Google. Kok bahasa inggris dan IT dihapuskan?

Dan ada satu lagi yang luput diamati oleh orang-orang Kemdiknas kayaknya, yaitu apa yang terjadi pada anak-anak SD sampai SMP di Korea Selatan, Singapore, Malaysia dan beberapa negeri lainnya di seperti di AS dan Uni-Eropa, setelah pengurangan materi pelajaran dan tugas-tugas PR kepada anak-anak mereka. Yang terjadi adalah, ada waktu luang yang cukup banyak bagi anak-anak itu untuk tidak belajar. Tadinya diharapkan kalangan pendidik, waktu luang itu akan dimanfaatkan anak-anak untuk aktivitas bermain dan bersosialisasi lebih banyak dengan teman-temannya. Dan ada waktu untuk berdialog dengan kedua orang tuanya secara intensif saat mereka pulang dan ada di rumah. Tapi tahu nggak, apa yang terjadi pada anak-anak itu? Semua tak terjadi! anak-anak itu malahan memanfaatkan banyak waktu luangnya itu dengan bermain GAMES. Orang tua mereka tak bisa mengawasi penuh, disebabkan bekerja hingga menjelang malam, baru bertemu dengan anak-anaknya. Anak-anak yang tak ada PR, tak lagi belajar serius untuk persiapan menghadapi quiz dan test-test oleh gurunya esok harinya, menyebabkan mereka bersantai penuh dengan bermain GAMES di komputer atau iPadnya. Itulah yang terjadi di dunia anak-anak di Korea, Singapore dan banyak negara maju lainnya. Saya berani berkata demikian, karena pernah cukup lama mengamati hal itu di negeri-negeri ybs, karena alasan studi dan riset. Curahan waktu anak-anak itu bahkan lebih banyak untuk bermain GAMES dalam seminggunya, ketimbang waktu yang diluangkan untuk mempelajari materi pelajaran di sekolahnya.
Diubah oleh yantique 02-12-2012 10:27
0
3.9K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan