- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
kenapa rumput tetangga lebih hijau (renungan)
TS
cah.elekz
kenapa rumput tetangga lebih hijau (renungan)
Quote:
Quote:
buat share aja ya gan ,.,
bukan maksud membanding"kan .,
ane cuman ngeshare yg ane baru baca aja
kebetulan lum ada yg share dimari
Quote:
Spoiler for bacaan 1:
Mungkin sebagian kita pernah punya celetukan atau ungkapan seperti:
Enak ya jadi istrinya si A, sudah suaminya ganteng, kaya lagi.
Coba saya jadi suaminya si B, orangnya cantik, berpendidikan dan mudah bergaul dengan orang lain.
Coba keluarga kita bisa seperti keluarga si D atau keluarga si E, pasti hidup kita nggak seperti ini.
Sepertinya enak kerja seperti si X yang kerjanya di kantoran.
Atau ungkapan-ungkapan yang kurang lebih sama. Ungkapan-ungkapan yang seolah-olah merendahkan diri sendiri atau kurang Pede dengan dirinya sendiri. Secara tidak langsung ini akan membuat kita jatuh pada lubang kekufuran. Membuat kita tidak bisa mensyukuri anugerah yang telah allah berikan kepada kita. Karena belum tentu semua ungkapan-ungkapan itu benar adanya. Rasulullah pernah bersabda Sekiranya Anak Adam mempunyai sebuah lembah emas , niscaya dia akan meminta tambah satu lagi. Sekiranya dia telah mempunyai dua lembah emas, niscaya dia akan meminta lagi. Tidak akan puas kantong mulut seseorang kecuali jika sudah penuh dengan tanah (dalam Jami ash-Shaghir karya Suyuthi). Ini menandakan bahwa sebenarnya sifat manusia itu memang tamak. Diberi berapapun pasti kurang. Mungkin karena sifat inilah yang membuat rumput tetangga itu tampak lebih hijau. Padahal, bisa jadi rumput kita sendiri sebenarnya jauh lebih hijau.
Pertanyaannya sekarang, apakah benar bahwa rumput-rumput tetangga itu memang benar-benar lebih hijau? Bisa ya dan bisa juga tidak. Kalau dilihat lebih dekat sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Pasti diantara hijaunya rerumputan itu ada sebagian rumput yang telah menguning atau rumput yang telah mati. Jangan dilupakan juga, diantara rerumputan itupun kita akan menemukan banyak batu kerikil. Ibarat kita melihat gunung ataupun lautan dari kejauhan. Begitu indah dengan hamparan warna biru yang menarik. Saya yakin, semua orang akan mengatakan betapa indahnya gunung itu. Benarkah? Silahkan buktikan sendiri. Begitu juga ketika kita melihat bulan. Siapa yang tidak terpesona dengan indahnya bulan di malam hari? Begitu mempesona dengan pancaran sinar kuning keemasan. Padahal bulan hanyalah sebuah padang tandus yang berlubang-lubang oleh meteor. Karena jarak sering menipu pandangan. Ketika kita tahu bagaimana sebenarnya kehidupan orang lain, bisa jadi kita akan mengkoreksi pandangan kita dan sadar bahwa ternyata kita memiliki kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia.
Dalam bahasa jawa terkenal istilah Sawang Sinawang. Saling melihat, kurang lebih seperti itu maknanya. Kita melihat sepertinya enak menjadi si A, bisa jadi si A juga berpikiran yang sama ketika melihat kita. Allah sudah mentakdirkan sesuatu sesuai dengan kapasitas dan proporsinya masing-masing. Setiap kehidupan yang ditakdirkan kepada kita pasti ada senangnya dan ada susahnya. Setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jangan pernah sekali-kali membandingkan pasangan kita dengan orang lain. Ini pasti akan menyakitkan hatinya. Karena belum tentu ketika orang lain tersebut yang menjadi pasangan kita, kita akan lebih bahagia. Pun demikian dalam dunia pekerjaan. Ketika melihat si A, sepertinya enak kerjanya. Belum tentu ketika kita diberi amanah pekerjaan tersebut, kita mampu melakukannya dengan baik.
Kalau memang rumput tetangga benar-benar lebih hijau, hendaknya ini dijadikan motivasi diri kita untuk menjadi lebih baik. Untuk membuat rumput kita lebih hijau daripada rumput tetangga. Hendaknya kita tidak selalu memandang ke atas dalam urusan duniawi, karena di atas langit masih ada langit. Membuat kita tidak akan bisa bersyukur walaupun diberi nikmat sebanyak apapun. Pandanglah ke bawah, akan kita dapati masih banyak orang lain yang tidak seberuntung kita.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah SWT lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14).
Mari kita kembalikan semuanya kepada Allah. Daripada sibuk mengurusi rumput tetangga yang tampak lebih hijau, mengapa tidak kita hijaukan rumput surga kita. Insya Allah lebih bernilai di hadapan Allah swt.
Spoiler for bacaan 2:
Kulihat harta dunia di tangan seseorang
Lahirlah gundah semakin ia berlipat bilangan
Hinalah siapa yang memandang dengan keagungan
Agung lah siapa yang memandang dengan kehinaan
(Suara Persaudaraan)
“Rumput tetangga lebih hijau”. Ungkapan yang berarti bahwa orang lain memiliki kenikmatan atau kebaikan yang lebih dari pada diri kita. Bagaimana sikap kita ketika menghadapi kenyataan tersebut? Dengki, iri, atau ikut senang?
Mudah-mudahan tidak ada penyikapan negatif. Berikut ini kemungkinan dan penyikapan yang tepat saat melihat rumput tetangga lebih hijau…
- Mungkin rumput kita lebih hijau, atau sama hijau dari rumput tetangga, tetapi rumput tetangga terlihat lebih hijau karena kita memandangnya dari jauh.
Jarak sering menipu pandangan. Bulan yang terlihat indah dengan sinarnya yang kuning keemasan di malam hari, sebenarnya bila dilihat lebih dekat, adalah sebuah padang tandus yang berlubang-lubang oleh meteor. Sebuah bukit yang sebenarnya agak gundul, bila dilihat dari jauh tetap saja terlihat biru.
Semuanya jelas bila dilihat lebih dekat. Bahwa mungkin orang lain terlihat lebih bahagia dari kita, tetapi ketika kita mengetahui dari dekat kehidupannya, bisa jadi kita akan mengkoreksi pandangan kita, dan tersadarlah bahwa kita memiliki kehidupan yang lebih bahagia.
- Mungkin rumput kita lebih hijau, atau sama hijau dari rumput tetangga, tetapi rumput tetangga terlihat lebih hijau karena ketamakan dan kurangnya rasa syukur pada diri kita.
Rasulullah pernah bersabda “Sekiranya Anak Adam mempunyai sebuah lembah emas , niscaya dia akan meminta tambah satu lagi. Sekiranya dia telah mempunyai dua lembah emas, niscaya dia akan meminta lagi. Tidak akan puas kantong mulut seseorang kecuali jika sudah penuh dengan tanah” (dalam Jami’ ash-Shaghir karya Suyuthi)
Inilah mental yang menghadirkan fatamorgana. Rasa tak pernah puas menyebabkan kita melihat segalanya lebih indah dan selalu ingin memiliki. Introspeksilah, dan semoga kita terhindar dari sifat buruk ini.
- Mungkin rumput kita lebih hijau, atau sama hijau dari rumput tetangga, tetapi rumput tetangga terlihat lebih hijau karena mental pecundang yang ada pada diri kita.
Mental pecundang ini berlawanan dengan mental juara. Seseorang yang memiliki mental pecundang, ia punya rasa rendah diri yang berlebihan. Atau inferiority complex. Selalu under estimate terhadap dirinya.
Dalam persaingan, orang yang memiliki mental pecundang, akan tersingkir. Ia akan selalu melihat kompetitornya lebih baik darinya, lalu diikuti dengan rasa pesimis. Kalah sebelum bertanding. Seharusnya tidak begitu sifat orang mukmin.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Ali Imran 139)
- Boleh saja rumput tetangga lebih hijau dari kita, Memangnya kenapa?
Sifat cuek hadir pada saat yang tepat dalam urusan seperti ini. Jangan sifat cuek hanya ada pada kritik atas kesalahan kita saja. Atau seperti istilah begini: “gw sih asik asik aja… Selama dia gak nyenggol gw.”
- Rumput tetangga terlihat lebih hijau karena rumputnya dicat oleh pemiliknya.
Kadang kala ada orang yang seleranya melompat dari kemampuannya. Seleranya berada di kebutuhan tersier, sedangkan kemampuannya berada di kebutuhan primer. Dan orang tersebut memaksakan diri meraih apa yang ia selerakan. Sehingga terlihat lah ia parlente, dan mewah. Keadaannya palsu. Hijau rumputnya adalah karena cat, bukan hijau alami.
Jadi, jangan buru-buru takjub lah terhadap orang yang kehidupannya terlihat mewah.
- Alhamdulillah, rumput tetangga lebih hijau. Saya ikut senang.
Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari-Muslim) Maka melihat saudaranya seiman memiliki nikmat yang lebih, seharusnya sikap seorang mukmin seperti apa yang telah Allah ceritakan dalam Al-Qur’an tentang kaum Anshor, “ …Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…” (QS 59 : 9)
Diubah oleh cah.elekz 12-12-2012 13:23
0
4.3K
Kutip
21
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan