Narasi iklan ini sangat provokatif, berbunyi Indonesian maids now on SALE!!! Fast & Easy Application!! Now your housework and cooking come easy. You can rest and relax, Deposit only RM 3,500! Price RM 7,500 nett. Bahkan tertulis diskon 40%, karena tarif normal placement rate di Malaysia biasanya 12,000 ringgit. Sontak iklan ini mendapat hujan kecaman dari pemerintah dan tokoh Indonesia karena dianggap merendahkan martabat pekerja Indonesia bak barang yang bisa diperjualbelikan. Pemerintah Malaysia pun bereaksi cepat dengan mengatakan iklan tersebut adalah ilegal dan merupakan tindakan bodoh yang akan memperkeruh suasana dan mengganggu hubungan dua negara.
Sekitar 2,5 juta buruh migran Indonesia di Malaysia -dimana hampir 80%-nya adalah perempuan- tengah mengalami dehumanisasi massal karena diperlakukan layaknya barang dagangan atau komoditas ekonomi. Hal ini ditegaskan oleh Anis Hidayah, Direktur Migrant Care, menurutnya persoalan mendasarnya adalah pemerintah masih memperlakukan TKI sebagai komoditas ekonomi penghasil remitansi tanpa kemauan membangun sistem penempatan dan perlindungan. Memang sebelumnya Juli 2012 pemerintah Indonesia pernah membanggakan prestasi arus masuk remitansi -dana yang dibawa masuk oleh pekerja migran ke negaranya asalnya- yang mencapai Rp 65 Triliun pada tahun 2012, dan dianggap telah menguatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.