Jakarta gagal masuk dalam 100 kota teratas yang layak huni atau "Top 100 Most Livable Cities" berdasarkan survei tahunan yang dilakukan oleh Economist Intelligence Unit dengan hanya menempati urutan ke-118 dari 140 kota yang disurvei.

Melbourne mempertahankan gelar sebagai kota yang paling layak huni di dunia untuk yang kedua kalinya. Wina, Austria, berada di tempat kedua, dan kota di Kanada yaitu Vancouver dan Toronto masing-masing ada di posisi ketiga dan keempat.

Kota Osaka dan Tokyo di Jepang ada di peringkat ke-12 dan 18, Hong Kong berada di urutan ke-31, sementara Singapura tak mampu masuk dalam 50 besar dan berada di peringkat ke-52.

Kota-kota seperti Abidjan, Teheran, Douala, Tripoli, Karachi, Algiers, Harare, Lagos, Port Moresby, dan Dhaka berada di peringkat rendah yang salah satu alasan utamanya adalah konflik yang terjadi di wilayah tersebut.

Jon Copestake, Editor survei tersebut mengatakan, negara-negara di Asia memiliki banyak kawasan berjenjang terkait kelayakan sebuah hunian. Hong Kong dan Singapura memiliki kelayakan hidup yang tinggi karena memiliki infrastruktur, tingkat kesehatan, dan stabilitas yang baik.

Survei layak tinggal dilakukan di 140 kota di seluruh dunia untuk menilai yang terbaik atau terburuk dalam kondisi hidup. Kota-kota tersebut dinilai dari stabilitas politik dan sosial, tingkat kejahatan dan akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas. Survei juga mengukur keragaman dan standar kebudayaan dan lingkungan alam, pendidikan (sekolah dan universitas), dan standar infrastruktur, termasuk transportasi umum.

Setiap kota diberi peringkat relatif untuk lebih dari 30 faktor kualitatif dan kuantitatif di lima kategori besar: stabilitas, kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan, dan infrastruktur.

DAFTAR LENGKAPNYA

saingannya sama kota di negara2 yg lagi perang